Sedang melakukan investigasi dan riset (disingkat INSERT *tanpa selebriti*) atas maraknya dunia blog dan mikroblog semacam facebook dengan tulisan-tulisan yang berbentuk puisi.
Walaupun sejak SMP (apa SD ya ???) sudah dikenalkan dengan ilmu hitam eh sastra yang mengangkat tema tentang puisi, prosa, essay dan semacamnya tapi tetap saja fenomena berpuisi dikalangan blogger & fesbuker membuat saya bertanya-tanya (karena malu bertanya itu sesat di blog)
Mengapa orang senang berpuisi ? dan mengapa orang-orang senang mendengar atau membaca karya-karya berbentuk puisi ?
Ada kawan blogku yang isi blognya puisi semua dan followernya mencapai hampir seribuan orang. Setiap dia posting puisi baru pasti berjibun deh komentar datang ke blognya. Dan rata-rata hampir semuanya memuji-muji karyanya.
Tapi ternyata berpuisi pun ada mazhab-mazhabnya ya dan setiap mazhab ada komunitasnya sendiri-sendiri. Ada yang puisinya bernuasa religi, ada yang beraroma cintaaa aja, ada juga yang patah hati always, ada puisi yang nginggris karena penuh dengan "bahasa Inggwis gicu low", bahkan ada puisi yang penuh amarah karena membahas tentang kelaparan (lho...??? )
Nah mengapa disebut komunitas? Karena setiap mereka akan mencari puisi-puisi yang sesuai dengan keadaan bathinnya. Jika menemukan puisi yang sesuai, maka ia akan merasa nyaman disana dan rela datang berkali-kali hanya untuk membaca atau mendengar sang pujangga bersajak, otomatis keluar deh segala puja puji bagi sang penulisnya.
Eh tapi ada juga lho (ini menurut Tim INSERT) komunitas para puisiwan-puisiwati itu lebih karena faktor subjektif, alias bukan karena faktor puisinya amat mereka rajin nangkring di blog puisi seseorang, melainkan karena yang bikin puisinya cantik atau cakep hehehe.
Tapi terus terang, masih jadi bahan penelitian (tuing-tuing..!!!) mengapa pria suka juga berpuisi ???
"Ada kenikmatan apa khususnya bagi kaum pria yang senang menulis puisi dan merefleksikannya (misalnya semacam alm W.S Rendra ) ?".
Bukankah kaum pria dikenal lebih rasional dibanding kaum hawa termasuk dalam aktivitas menulis ? Bukankah puisi itu tulisan yang sangat mengandalkan kehalusan sekaligus ketajaman rasa, yang biasanya dimiliki oleh kaum hawa ? Bukan berarti yang tidak suka menulis puisi rasanya tidak halus, tapi justru itu pertanyaan saya, "Kenapa ??? pa...pa...pa..< Echo mode ON > "
O ya postingan ini sebetulnya hanya pertanyaan saja tentang mengapa orang suka sekali berpuisi ria, so'alnya aku nggak bisa puisi, tapi selalu ingin ikut lomba puisi.
Terimakasih sebelumnya atas jawabannya, walaupun ada yang menjawabnya dalam hati tapi tetap terimakasih yaaa, salam
24 comments:
Mbak Widya
jujur akupun ga faham dengan apa itu puisi, bagiku menulis apa adanya dengan kalimat pendek, singkat padat bawa makna itu saja.
Ada beberapa karya sastra yang tinggi bener 2 puyeng dan harus baca 2 atau 3 kali baru bisa.
Mbak sendiri suka yang mana ?
@ Pak Satriyo
Saya suka keindahan, termasuk tulisan-tulisan. Kadang-kadang ada puisi yang memang membuat saya terpesona pak (biasanya yg berkait dengan KeTuhanan, rasanya agung, megah, eksotik bahasanya) tapi banyak juga yang koq baru baca separuhnya sudah capek.
Tapi kadang2 yg lain saya suka juga waktu ada lomba puisi kocak yang isinya benar-benar kocak, jauh dari rukun puisi/ aturan2 puisi tapi koq seneng aja bacanya. :D
Puisi yang kocak itu sendiri seperti yang gimana ya?
Belum tau saya. :)
@ Opick
Yang lucu kang Opick, tapi bentuk tulisannya seperti puisi, agak2 serius tapi yg baca bisa ketawa-ketawa sendiri :D
Aku juga ga tau apa puisi itu sebenernya mba, apalagi mahzab2nya.. :D
Mungkin bagi penulis puisi, ada sebuah perasaan lega karena udah mengungkapkan sesuatu walaupun lewat tulisan..^_^
aku nggak pernah nyebut tulisanku puisi loh mba'...
cuman bentuknya seperti puisi >.<
suka nulis model gitu karena kadang bisa menyembunyikan makna sebenarnya tapi kadang bisa begitu gamblang dan pengaturan kalimatnya lebih enak karena pendek2 hihi ^^
have a nice day ^^
saya termasuk saLah satu orang yang kurang paham di bidang puisi, sehingga terkadang merasa kerepotan untuk memaknai puisi. begitupun dengan mazhab-mazhab pada puisi, itu merupakan pengetahuan baru bagi saya.
terima kasih atas sharenya.
aku juga ngga tau mazhab2 dalam puisi dan aku suka puisi yg sederhana yg sekali baca bisa nangkap maknanya dan keindahannya spt puisi Khairil Anwar. Kalo aku nulis puisi ngga direncananain, pas lagi mood, pas pengen nulis ya nulis aja.
wah...kadang mumet baca puisi mbak..he..he...
puisi...ku terbang....
@ mb.Nilla
Saya sempat berfikiran, org yg suka berpuisi itu sepertinya org yg dalam kehidupannya banyak merasakan kegetiran, atau orang yg introvert atau orang yg pendiam tdk terlalu suka ngobrol sm org. Benarkah ?
@ mb.Inge
Tp menurutku mb.Inge jago puisi lho :)
@ Om rame
Sama dong om :)
@ mb.Misfah
Aku jg sesekali bikin puisi (ceritanya) tapi kayaknya yg baca bingung ini puisi apa surat pembaca di koran PR ya hehehe
@ Fajar
cari yg nggak mumet aja deh dek :)
@ Sang Fajar
Yah tangkep dong..:)
penyuka biru juga ya..
keren banget templatenya
aku akhir2 ini malah belum bisa nulis puisi
masih hibernasi
jadi yng muncul di blog catatan kuliah n foto-foto aja
@ mb.Seiri
Hehe sebetulnya aku suka warna hijau (hijau tertentu) atau biru tosca, tapi cari template yg cocok koq blm dapet ya :)
Iya mbak sama, aku jg blm bisa berpuisi, apalagi nulis catatan kuliah mbak wah pusing deh :)
mungkin krn puisi itu identik dg bahasa yg mendayu2. walaupun ada juga puisi yg heroik.
@ FAnny
Iya mbak aku juga baca puisinya Pakde Cholik di Blogcamp itu sangat heroik, jadi kebayang masa perjuangan dulu :)
@ FAnny
Iya mbak aku juga baca puisinya Pakde Cholik di Blogcamp itu sangat heroik, jadi kebayang masa perjuangan dulu :)
Kalau introvert, mungkin aku memang sedikit introvert mba...hehe
kalau pendiam, ga juga. Tergantung suasana dan kondisi lingkungan aja. Kadang2 pendiam, kadang2 rame.
Beberapa temenku yang seneng menulis puisi, aku melihat banyak keragaman karakter diantara mereka. Kalau dibilang banyak merasakan kegetiran, ga selalu juga. Karena ada temenku yg kehidupannya bisa dibilang enak dan ga punya masalah yg kompleks. Mungkin faktor "kesensitifan" lebih berbicara di sini ( menurut pendapatku ). Karena biasanya orang2 yang suka menulis puisi lebih sensitif aja...Mohon maaf ya kalau pendapatku salah..^_^
Peace.....
@ Nilla
O gitu ya, atau dengan kata lain 'halus perasaannya' ya mb.Nilla. Mmm jadi malu nih sama mb.Nilla yg halus,lembut :)
ini puisi bukan mbak?
saya malah bingung,
kok tulisan di sebut puisi
misalnya
saya menulis
kata-kata yang sama
mungkin ada yg bilang puisi
ada yg bilang
bukan...
(saya bingung mendefinisikan/mengklasifikasi jenis tulisan mbak..he.he.he)
Ga begitu juga mba. Intinya sih, aku sndiri bingung dengan definisi2 nya...hihi...( senasib dengan Mas Sukadi )
puisi itu bisa menggambarkan perasaan seseorang entah kehidupannya, masa lalu, tentang cinta, dan pastinya saya sangat menyukai puisi yg isinya sama dgn kehidupan yg saya alami,
klo pertanyaan kenapa orang suka berpuisi, no comment sebab saya tidak berjiwa puisi
@ mas Sukadi, Nilla dan mas Arief
Ada ungkapan teman saya di Multiply yg menanggapi postingan saya yg mnrt saya bagus sekali jawabannya begini :
"pria lebih rasional dari wanita? tidak.
kalau seolah terjadi seperti itu, karena pembagian kerja yg terbentuk oleh kultur ribuan tahun. bukan sesuatu yga natural. maka bias rasionalitas itu sekarang mudah terkoreksi (kecuali dipelihara oleh kultur tertentu demi kepentingan dominasi pria).
Puisi dan prosa lebih mengandalkan pilihan kalimat dan logika berbahasa. Kedua kelamin memiliki kesempatan sama untuk itu. Rasa adalah sikap rasional. Kenapa pria mendominasi? bukan karena sikap rasional adalah milik pria, tetapi kekuasaanlah milik pria, maka karena dari dulu perempuan terdominasi dan tidak berprosa-puisi."
Itu menurut teman kontak saya di MP
doyan puisi nd prosakah? kasi komen di blogku yax...follow jugaaaa, thx u...
Lantaran puisi bersifat simbolik, dengan demikian makna yang hendak diwakilkannya bisa tidak terbatas, itu berbeda dengan bahasa baku, yang harus tegas dan tidak taksa. Karena keluasan makna itulah kadang menyampaikan sesuatu itu lebih mengena jika menggunakan bahasa puitik. Gara-gara hal itu jugalah seorang filsuf Martin Heidegger berpendapat bahwa hanya puisilah yang bisa benar-benar menangkap realitas, bukan filsafat. Saya rasa seperti itu, atau paling banter itu buat saya dan sebagian besar orang yang saya kenal.
Omong-omong, sesekali luangkan waktu untuk membaca Jalal al-Din Rumi. Maaf, saya merekomendasikan beliau gara-gara Anda mengatakan "Bukankah kaum pria dikenal lebih rasional dibanding kaum hawa termasuk dalam aktivitas menulis ? Bukankah puisi itu tulisan yang sangat mengandalkan kehalusan sekaligus ketajaman rasa, yang biasanya dimiliki oleh kaum hawa ?"
Simak karya Matsnawi Rumi, dan direnungkan kembali pernyataan soal lelaki dan perempuan tadi hehehe
Post a Comment