Tuesday, August 31, 2010

Antara Kenaikan Pajak Barang Mewah dan Jeritan Hati Para Penyandang Tuna Rungu

Tulisan ini pernah saya posting di Facebook tanggal 31 Agustus 2010, saya muat kembali disini semoga lebih membuka mata kita bahwa banyak perso'alan yang lolos begitu saja dari pengamatan dan kepedulian kita.
Menyimak berita tahun lalu

Berita di bulan september 2009 mengenai: Panja RUU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) DPR RI dengan pemerintah menyepakati kenaikan tarif pajak barang mewah (PPnBM) dari 75% menjadi 200% dalam UU PPN dan PPnBM yang baru. Akan tetapi  Panja DPR belum memutuskan mulai berlakunya UU ini. "Tapi ada 2 alternatif, 1 Januari 2010 atau 1 April 2010".(detikfinance.com, Senin, 14/09/2009)

Lalu googling mencari definisi tentang barang mewah yang hasilnya adalah :
Empat kategori barang mewah itu adalah
1. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok,
2. barang itu yang hanya dikonsumsi masyarakat tertentu,
3. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
4. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status


Untuk sesaat, keterhubungan kedua point diatas tidak menggangguku, namun mengetahui kemudian bahwa ada barang yang amat penting dan termasuk barang primer bagi masyarakat yang tersentuh oleh peraturan PPN dan PPnBM diatas membuatku cukup geram akhirnya.


Terkait dengan judul di atas, berdasarkan data dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) , yang bunyinya sebagai berikut :
Prevalensi anak tunarungu di Indonesia berdasarkan data statistik Departemen Pendidikan Nasional Indonesia menunjukkan bahwa jumlah anak-anak tunarungu di Indonesia cukup tinggi mencapai 0,17%, dimana 17 dari 10.000 anak prasekolah sampai umur 12 tahun mengalami tuli, maka jumlah itu cukup besar dan menuntut perhatian.


Bagaimana tidak membuat sedih, dalam sebuah jurnal di Multiply seorang penyandang Tuna Rungu menuliskan bahwa Alat Bantu Dengar yang bagi mereka merupakan barang primer yang bisa membantu mereka keluar dari dunianya yang sunyi telah dimasukkan dalam kategori barang mewah, sehingga di pasaran Alat Bantu Dengar ini (ABD) bisa mencapai harga jutaan. Bahkan ada seorang ibu berkomentar di threadnya mengatakan bahwa harga ABD untuk satu telinga anaknya senilai enam juta rupiah, berarti untuk dua telinga sang ibu harus mengeluarkan uang sebanyak dua belas juta rupiah, sebuah harga yang fantastis bagi kebanyakan rakyat yang menyandang kurang pendengaran di negeri ini yang mayoritas bukanlah dari kalangan orang-orang kaya. Bahkan ada informasi lain harga sepasang ABD ada yang mencapai 34 juta rupiah, subhanallah.


Memang sampai saat ini ABD masih merupakan produk import sehingga ada yang memaklumi ketinggian harganya di pasaran, tapi kalau harus ditambah lagi dengan besarnya pajak yang harus ditanggung, alangkah menyedihkannya. Masalahnya apakah benar ABD masuk dalam kategori barang mewah yang ditetapkan nilai pajaknya ?. Bagi penyandang tuna rungu, memiliki ABD bukan untuk gaya-gayaan, mereka memerlukannya sebagai telinga pengganti untuk bisa mendengar dan belajar dan bekerja seperti manusia lainnya.


Ada perdebatan juga bahwa ternyata, untuk ABD tidak ada peraturan berkaitan dengan hal ini, alias tidak ada pajak untuk ABD. Namun dalam thread teman saya itu ada orang yang berasal dari kantor pajak yang justru mempertegas keberadaan pajak itu atas ABD. Jadi, yang mana yang benar ? Apa orang pajak itu yang tidak tahu peraturan mentrinya tapi dengan seenaknya menetapkannya kepada masyarakat yang tidak mengerti ? atau adakah jawaban lainnya ?


Jika harus digambarkan betapa sedihnya  Ibu dan Ayah saat mengetahui anaknya menderita kelainan alat pendengaran, terbayangkan masa depannya harus bergantung terus kepada orang lain. Bayi yang sejak lahir telah menderita kelainan alat pendengaran, bisa dipastikan jika tidak menggunakan ABD, maka ia tidak akan bisa belajar bicara. Ini membuktikan bahwa seperti fungsi kacamata bagi penderita rabun mata, maka fungsi ABD juga amat penting bagi penyandang tuna rungu.


Banyak kisah saya baca tentang para penyandang tuna rungu atau tuna netra yang memilik prestasi yang hebat. Dengan support alat-alat bantu seperti ABD ini mereka bisa hidup selayaknya manusia normal lainnya, mampu memiliki karir dan beraktivitas seperti manusia lainnya. Tak ada yang tahu, barangkali lewatsumbangsih mereka juga  negeri ini bisa menjadi lebih baik.


Semoga para dhu'afa tidak semakin terpinggirkan di negeri ini

PS :
Informasi tentang hal ini juga dapat dibaca di sini langsung dari penyandang kurang pendengaran itu sendiri disitu atau disini

Monday, August 30, 2010

Hadiah lagi di Bulan Ramadhan

Hari ke dua puluh Ramadhan....
Seperti biasa jika, sesuatu telah dianggap sebagai rutinitas, maka hal itu akan menjadi terasa mudah, tetapi harus hati-hati agar tetap tidak kehilangan makna. Demikian juga menjalani Ramadhan, menjalaninya sebagai sebuah rutinitas memang memudahkan diri menjalaninya secara fisik, hampir-hampir sepanjang hari tidak merasakan haus ataupun lapar, tidak juga tergoda oleh segala macam iklan atau tampilan makanan minuman. Waktunya diri berkaca, apakah telah hadir insyaf diri di dalam jiwa atau tetap bebal walau diri mengaku taqwa.

Hari ini hanya ingin sekedar membuat 'laporan tertulis' kepada penyelenggara Gelar Puisi Aku Cinta Indonesia, bahwa hadiah telah tiba dengan selamat sekitar seminggu yang lalu. Sebuah buku yang mencerahkan, dan Selembar T-Shirt merah tanda persahabatan. Sudah aku pake jalan-jalan sama tim krucil-ku hehehe


Terimakasih kepada Pakde dan penyelenggara Puisi ACI di Blogcamp. Semoga kebaikannya selama ini menjadi berkah untuk kita semua, amiin...

Tuesday, August 24, 2010

Yusnita Febri


Yusnita Febri. Mbak Nita / Nita atau Nit saja begitu teman-teman MPers memanggilnya
Nggak pernah ketemu di dunia nyata. Dari tulisan-tulisannya di MP sedikit yang dapat kuketahui tentang sosoknya, karena memang seseorang tak bisa mengakui mengenal seseorang begitu saja hanya karena pernah ber"say hello" di internet apalagi kalau belum pernah bertemu muka.

Tapi bagaimanapun setiap orang akan meninggalkan kesan sejak pertama kali kenal dengan orang lain,baik disadarinya ataupun tidak. Melalui tulisan-tulisannya, aku mengagumi sosoknya yang diakuinya memiliki kekurangan fisik di alat pendengarannya, namun hal itu tidak membuatnya menyesali nasib bahkan dengan keberadaannya Nita yang mengakui dirinya juga sebagai aktivis internet (xixixi...orang mah aktivis apaaa...gitu) memiliki banyak prestasi dan aktivitas, salah satunya dengan memiliki akun di Multiply  dan Blogspot yang didedikasikannya untuk membantu memotivasi para penyandang tunarungu serta orang tuanya.

Nggak banyak yang bisa aku ceritakan tentang perempuan cantik ini (suwer, waktu gambar, aku kagum sama hidungnya mbak Nita yang mancung, dan paling susah waktu bikin matanya), pokoknya yang mau kenal dateng aja ke site-nya disitu atau  di sini.

Mbak Nita, maaf ya kalo mengecewakan, pokoknya Ai Lov Yu deeh...

Monday, August 23, 2010

Masa SMP Masa Yang Indah

Bismillah...

Alhamdulillah mendapat kesempatan urun tulisan untuk mendukung Gerakan SEO Positif dan Anak SMP melalui sahabat bloggerku yang suka panggil aku Tante (wah berasa muda jadinya hehe) yaitu Inuel The Nyun-Nyun si manis dari Surabaya.


Demi mengubah keyword SMP yang sekarang sudah terkontaminasi konten yang tidak baik di jagad internet Indonesia, aku sepenuhnya rela menulis tentang hal ini.


Hmm, bicara SMP, bagiku bicara nostalgia. Tentu saja, karena tiga tahun lagi inshaAllah, putriku sendiri yang akan menjadi siswi SMP. Mengenang masa itu bukan hal yang berat untukku, bahkan banyak kenangan manis yang tentus saja tidak aku lupakan karena indah dan baiknya pengalaman di masa itu.

Saat menyadari bahwa aku sudah menginjak 13 tahun, dan telah mengenakan seragam putih biru ke sekolah setiap hari adalah saat-saat yang menyenangkan buatku saat itu, entahlah mungkin hal ini dirasakan juga oleh teman-teman blogger lainnya. setiap kesempatan baru rasanya menawarkan harapan baru pula.


Walaupun memiliki banyak teman-teman yang baik, dan sering mengadakan acara-acara bersama baik dengan teman sekolah maupun teman main di rumah, aku tetaplah seorang yang senang dengan kesendirian. Watak bawaan dari rumah yang membuatku mulai memiliki kegemaran menulis. Kata orang menulis adalah salah satu kekhasan orang yang senang menyendiri sepertiku ( suka menyendiri apa nggak ada yang mau nemenin yah ??? *garuk-garuk kepala*).
Waktu itu aku bisa menghabiskan banyak buku pribadi yang disebut Diary untuk menuliskan banyak hal. Nggak tahu kenapa, aku lebih suka menuliskan isi hatiku dalam tulisan pena daripada mencurahkannya kepada ibuku sendiri. Sejak itulah kegemaran menulisku berawal.



Aku juga suka menggambar, menggambar apa saja yang aku suka semirip mungkin dengan model aslinya. Tak jarang, aku sering kena sentil Ibu titik-titik di kelas waktu itu karena saat beliau menerangkan sesuatu, nampak oleh beliau aku asyik coret-coret bukuku dengan gambar-gambar. Malah aku pernah gambar sosok  Ibu guruku itu dalam bentuk sketsa lho, saat beliau sedang berdiri di depan kelas hihihi, untung nggak ketahuan sampai aku lulus SMP, kalau nggak pasti aku dihukum lebih dari sekedar omelan, karena yang aku gambar, sosok dia dengan mimik yang judes, pokoknya nggak ada cantik-cantiknya deeh hehehe, maaf ya Buuu, maklum aku masih "nakal" waktu itu  .



Padahal sebetulnya, yang aku rasakan, walaupun tangan dan mataku tertuju pada kertas gambarku, aku masih bisa memahami apa yang beliau jelaskan koq *ini ngeles nggak ya ???*.
Mengerti itu kan nggak harus melototin tampang sang guru yang berdiri depan kelas ya. Justru kalo nggak sambil lihat pembicaranya, aku bisa lebih konsen *cari alesan*.
Tapi itu pun bukan pas pelajaran eksakta macam Matematika atau Fisika yang butuh konsentrasi penuh, aku menggambar hanya pada saat pelajaran-pelajaran dimana sang guru lebih banyak bercerita atau lebih banyak mnejelaskan suatu pelajaran yang puanjaang, daripada ngantuk kan lebih baik menyimaknya sambil gambar ya heheheh. Yaah namanya juga orang tua, mungkin beliau merasa kita tidak memperhatikan, jadi wajarlah kalau beliau jadi kesal, lagian cuma Ibu itu doang koq yang begitu.



Hmm satu lagi yang berkembang dari minat dan bakatku saat usia SMP itu adalah saat aku mulai suka dengan dentingan alat musik gitar. Mendengar satu kali suara gitar di televisi (saat itu stasiun satu-satunya di Indonesia cuma TVRI) mengalunkan musik klasik membuatku terpacu untuk bisa memainkan alat musik ini. Mulailah aku mencari guru untuk bisa mengantarku pada obsesiku itu. Aku tidak ikut les musik gitar saat itu, tapi ibuku memanggil seorang adik dari teman mengajarnya (Ibuku seorang guru sekolah dasar) untuk mengajariku alat musik kesukaanku. Entah mengapa suara gitar bagiku sangat eksotis, dimainkan secara tunggalpun tanpa ditemani alat musik yang lain terasa lengkap dan merdu. Alhamdulillah, hingga kini dengan gitar setidaknya aku bisa menghibur suami dan anak-anakku di rumah.



Ketiga minat dan bakatku di atas walaupun bukan bakat yang cemerlang mungkin bagi orang-orang,  tapi membuatku bisa bersyukur hari ini, bahwa masa mudaku di tingkat SMP saat itu kurasakan membawaku pada hal-hal bermanfaat, aku jauh dari lingkungan yang bisa merugikan masa depanku (jangan salah, ada teman SMP-ku saat itu yang santer menjadi pembicaraan teman-teman karena pergaulan bebasnya dengan lawan jenis).



Banyak hal yang ingin kukenang dan kuceritakan disini tentang masa itu, tapi apa yang sudah terangkai di atas sudah mencukupi aku kira untuk bisa saling menginspirasi adik-adikku siswa SMP dimanapun berada untuk dapat memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk hal-hal positif  sesuai dengan norma-norma yang diyakininya.


 Semoga tulisan alakadarnya ini dapat menjadi sumbangsih bermanfaat walau hanya secuil untuk mendukung masyarakat kita lebih perduli akan berinternet yang sehat.


Terimakasih buat Inuel-ku sayang atas kesempatan ini, dan juga kepada pemrakarsa diadakannya Gerakan SEO postif ini, semoga dirahmati Allah amiin.


Untuk memperbesar suara kita dalam menciptakan Keyword SMP dengan konten yang baik, maka bagi siapa yang telah membaca jurnal ini dan merasa belum menulis tentang hal ini, senang sekali jika dapat turut serta untuk menulisnya. Sebetulnya yang disyaratkan adalah lima blogger,tapi sepertinya aku bloger kloter terakhir yang menulis tentang hal ini, jadi bagi bloger yang belum sempat menulis, ayo..kita berpartisipasi memajukan internet sehat untuk generasi kita.

Semoga bermanfaat ya, amiin

Friday, August 20, 2010

Nasi Untuk Bapak (Edisi Lengkap)



Setelah membuat Flash Fiction yang dibatasi kata-katanya hanya 250 biji, sekarang aku posting fiksi yang sama dengan judul yang sama pula namun edisi lengkapnya dengan jumlah kata 3S (Suka-Suka Saya). Silahkan menyimak ...

Faqih menyuapkan nasi kedalam mulutnya, ia melihat bapaknya sedang menyusun cobek dan ulekan untuk dijual.

"Bapak, makan sama Faqih yok"

Bapak tersenyum, tangannya masih sibuk membereskan peralatan kerjanya.

"Habiskan saja sama Faqih, Bapak masih kenyang nak"

Faqih tertegun, ditatapnya sepiring nasi yang selalu mereka makan berdua dan selalu Faqih yang disuruh memakannya terlebih dahulu. Tak ada sepiring nasi yang lainnya yang mereka bisa makan bersama-sama, karena Bapak tak ingin makan sebelum anaknya merasa kenyang.

Walaupun sesungguhnya, Faqih tak pernah kenyang makan, karena ia sadar harus berbagi dengan bapaknya. jika ia menghabiskan nasinya, maka Bapak tak bisa makan hari itu karena hanya sebungkus nasi yang bisa ia beli untuk satu hari.

Jika malam tiba, mereka hanya bisa menikmati singkong goreng yang dibeli dari tetangganya, atau hanya sekedar minum untuk mengganjal perut tipis mereka.

Bapak akan memakan nasi bekas Faqih makan sesudah ia selesai dan meninggalkan sisanya. Faqih tahu makanan itu tak kan pernah bisa mengenyangkan perut ayahnya yang harus bekerja berkeliling kampung sebagai tukang cobek dan ulekan.

Faqih teringat sesuatu, ia beranjak dari duduknya, lalu mengambil kaleng bekas ikan sarden dan mengambil isinya berupa sejumlah uang recehan yang ia kumpulkan selama ini. Ia mengambil uang recehan itu dan menyodorkannya kepada bapaknya.

"Bapak, ini uang tabungan Faqih, beli nasi yang banyak ya Pak.Bapak jangan makan bekas Faqih lagi. Besok Faqih jual karet gelang lagi, biar nambah tabungan Faqih buat beli nasi yang banyak buat kita"

Berdesir hati Bapak melihat uang recehan yang tak seberapa di tangannya. Hatinya menjerit, anak piatunya yang sejak setahun lalu ditinggal mati ibunya, kini masih berumur tujuh tahun, sudah menyantuninya uang untuk bisa membuatnya merasakan kenyang makan. Bapak berlutut, dan menatap mata bening anak darah dagingnya itu :

"Faqih simpan saja uangmu ini nak. Biar Bapak yang cari uang untuk beli nasi yang banyak buat kita ya"

Bapak memeluk Faqih dengan kesedihan, dan melanjutkan kata-katanya :

"Faqih, maafkan Bapak belum bisa membuatmu kenyang nak, do'akan Bapak sehat ya, biar Faqih bisa makan, bisa sekolah". Suara Bapak tercekat.

Faqih terdiam, ia melihat bulir air di mata orangtua satu-satunya ini, jarang sekali ia melihatnya. Bapak orang yang tegar, namun kali ini ia tak melihatnya. Dengan tangan mungilnya, ia mengusap air mata yang jatuh di pipi bapaknya, dengan suara kanak-kanaknya Faqih berkata :

"Bapak jangan sedih, kata Ibu, kita bisa kenyang makan nanti kalau sudah di syurga. Kata Ibu, di syurga itu banyak orang miskin seperti kita, tapi kita harus sholeh dulu. Di syurga nanti kita bisa makan nasi yang disimpan di tempat pemanas nasi kayak punya temen Faqih, jadi nasinya hangat terus". Faqih mencoba menghibur bapaknya dengan sedikit tambahan imajinasinya.

Meluap air mata Bapak, dipeluknya Faqih semakin erat, tangis menggejolak di dalam dada, ia berbisik dalam hatinya :

" Ya Allah, kasihi anakku ini Gustii....sayangi dia".



Berapa banyak orang yang lapar disekeliling kita namun tak sadar kita sering mengabaikannya. Berpiring-piring nasi sisa yang kita buang ternyata sangat berharga bagi orang seperti mereka.
Terlalu banyak orang yang lapar, terlalu banyak cerita kesedihan.
Semoga Ramadhan kali ini mengingatkan kita akan tanggung jawab kita atas hak-hak mereka yang tak terpenuhi. Belajar menjalankan apa yang disabdakan Nabi kita tecinta Muhammad saw :
" Cintailah orang-orang yang miskin"

PS : Foto illustrasi diculik dari http://syair79.wordpress.com/2010/05/29/hitam-putih-kehidupan-misra-cerpen/





Thursday, August 19, 2010

Nasi Untuk Bapak

Faqih menyuapkan nasi kedalam mulutnya, ia melihat bapaknya sedang menyusun beberapa cobek dan ulekan untuk dijual.

"Bapak, makan sama Faqih yok"

Bapak tersenyum, tangannya masih sibuk membereskan peralatan kerjanya lalu menjawab:

"Habiskan sajaa sama Faqih, Bapak masih kenyang nak"

Faqih tertegun, ditatapnya sepiring nasi yang selalu mereka makan berdua dan selalu Faqih yang disuruh memakannya terlebih dahulu. Tak ada sepiring nasi yang lainnya agar mereka bisa makan bersama-sama, karena  Bapak tak ingin makan sebelum anaknya merasa kenyang. Walaupun sesungguhnya Faqih tak pernah kenyang makan, karena ia sadar harus berbagi dengan bapaknya. Jika ia menghabiskan nasinya, maka Bapak tak bisa makan hari itu karena hanya sebungkus nasi yang bisa ia beli untuk satu hari.
Jika malam tiba, mereka berdua hanya bisa menikmati singkong goreng yang dibeli dari tetangganya atau sekedar minum untuk mengganjal perut tipis mereka.


Bapak akan memakan nasi bekas Faqih makan sesudah ia selesai dan meninggalkan sisanya. Faqih tahu makanan itu tak kan pernah bisa mengenyangkan perut ayahnya yang harus bekerja keliling kampung dengan membawa beban berat sebagai sebagai tukang cobek dan ulekan.


Faqih teringat sesuatu, ia beranjak dari duduknya, lalu mengambil kaleng bekas ikan sarden dan mengambil isinya berupa sejumlah  uang recehan yang ia kumpulkan selama ini. Ia mengambil uang recehan itu dan menyodorkannya kepada bapaknya.


"Bapak, ini uang tabungan Faqih, beli nasi yang banyak ya Pak.  Bapak jangan makan bekas Faqih lagi.  Besok Faqih jual karet gelang lagi, biar nambah tabungan Faqih untuk beli nasi yang banyak buat kita"


Berdesir hati Bapak melihat uang recehan yang tak seberapa di tangannya.  Hatinya menjerit.  Anak piatunya, yang sejak setahun yang lalu telah ditinggal mati ibunya, kini masih berumur tujuh tahun tapi sudah menyantuninya uang untuk bisa  membuatnya merasakan kenyang makan. Bapak berlutut dan menatap mata bening anak kecil darah dagingnya itu :


"Faqih simpan saja uangmu ini nak, biar Bapak yang cari uang untuk beli nasi yang banyak buat kita ya"


Bapak memeluk Faqih dengan kesedihan, dan melanjutkan kata-katanya :


"Faqih, maafkan Bapak belum bisa membuatmu kenyang nak, do'akan bapak sehat ya, biar Faqih bisa makan, bisa sekolah". Suara Bapak tercekat.


Faqih terdiam, ia melihat ada bulir air di mata orang tua satu-satunya ini, jarang sekali ia melihatnya. Bapak orang yang tegar, namun kali ini ia tak melihatnya. Dengan tangan mungilnya Faqih mengusap air mata di pipi bapaknya, dengan suara khas kanak-kanaknya Faqih berkata :


"Bapak jangan sedih,  kata Ibu, kita bisa kenyang nanti kalau sudah di Syurga. Kata Ibu, di Syurga itu banyak orang miskin seperti kita, tapi kita harus sholeh dulu. Di syurga nanti, kita bisa makan nasi yang disimpan di tempat pemanas nasi kayak punya temen Faqih, jadi nasinya hangat terus".
Faqih mencoba menghibur bapaknya dengan sedikit tambahan imajinasinya.


Meluap air mata Bapak, dipeluknya Faqih semakin erat, tangis menggejolak di dalam dada, ia berbisik dalam hatinya :
"Ya Allah, kasihi anakku ini Gustii..., sayangi dia....." 


Berapa banyak orang yang lapar disekeliling kita, namun tak sadar kita sering mengabaikannya. Berpiring-piring nasi sisa yang kita buang ternyata amat berharga untuk orang-orang seperti mereka. Terlalu banyak orang yang lapar, terlalu banyak cerita kesedihan. Semoga Ramadhan kali ini mengingatkan kita akan tanggung jawab kita atas hak-hak mereka yang tak terpenuhi. Belajar menjalankan yang disabdakan Nabi kita tercinta Muhammad saw :"Cintailah orang-orang yang miskin ".


PS : Foto Illustrasi diculik dari : http://syair79.wordpress.com/2010/05/29/hitam-putih-kehidupan-misra-cerpen/


Sunday, August 15, 2010

Bahagia.........Milik Siapa ? *Celotehku di Bulan Agustus*

Setidaknya menurut pendapatku.......


Bahagia itu bukan milik orang yang diam, tak bergeming dengan masalah disekelilingnya
Bahagia itu milik orang yang perduli, bersedia membantu sesama.



Bahagia itu bukan milik orang yang menyesali kesulitannya
Bahagia itu milik orang yang terbuka hati dan akalnya untuk mencari solusi permasalahannya.


Bahagia itu bukan milik orang yang merasa memiliki ilmu yang banyak, sibuk berdebat menentang semua ide dan fakta yang berbeda
Bahagia itu milik orang yang menerima perbedaan, sebagai suatu tanda kebesaran Tuhan



Bahagia itu bukan milik orang yang marah, senang mencaci, memaki negara, pemimpin dan bangsanya sendiri. Sementara ia makan dan minum, beranak pinak dan menghabiskan usia didalamnya.
Bahagia itu milik orang yang berkeringat dan lelah memperbaiki kekurangan-kekurangan negerinya, yang menetes air matanya mendo'akan keadaan bangsa, negara dan tanah airnya agar Tuhan berkenan mengangkat derajat dan martabatnya dalam kebenaranNYA.


Bahagia itu bukan milik orang yang selalu mengingat kesalahan insan
Bahagia itu milik orang yang memiliki banyak persediaan maaf dan ampunan


Bahagia itu bukan milik orang yang sibuk mengejar apa yang bukan miliknya
Bahagia itu milik orang yang memandang besar apa yang ada di dalam genggamannya dan mensyukurinya.


Bahagia itu bukan milik orang yang sulit dan tak bisa mencintai apa yang telah menjadi miliknya (keluarganya, masyarakatnya, negerinya)
Bahagia itu milik orang yang menemukan banyak kesempatan belajar saat menemukan kekurangan-kekurangan dari yang telah dititipkan Tuhan kepadanya.


Bahagia itu bukan milik orang yang mempertanyakan keadilan Tuhan
Bahagia itu milik orang yang pandai menyadari bahwa lebih banyak nikmat yang dia terima dibanding kesusahannya.



Bahagia itu bukan milik orang yang berputus asa untuk menjangkaunya
Bahagia itu milik orang yang merasa sudah memilikinya sejak ia dilahirkan ibunya


Bumi ini bumi milikNYA, sebagaimana segala yang terlihat ada adalah juga milikNYA.
Kita lahir tak membawa apa-apa, hadir ke dunia hanya singgah sementara'
Untuk apa "merusaknya", jika tak dapat mempertanggungjawabkannya.
Tak ada yang salah dengan cita-cita untuk memperbaiki keadaan, namun bukan berarti harus mengingkari dan mencampakkan kebaikan yang sudah ada di tangan.

Jadi, selamat menemukan kebahagiaan yaaaa....

Saturday, August 14, 2010

Senyum Ibu

Nuning menghirup aroma yang enak itu, di meja makan rumah Tutik sahabat barunya terhidang aneka masakan untuk buka puasa. Jika menu ta'jilnya saja sudah seperti itu, Nuning membayangkan bagaimana dengan makanan utamanya yang sejak tadi Nuning dengar kemeriahan memasaknya di dapur Tutik saat ia masih asyik bermain dengan sahabat barunya itu yang belum seminggu ini pindah ke dekat rumahnya. Mereka bersebaya, sama-sama duduk di kelas 5 sekolah dasar.


Keluarga Tuti cukup berada, segala mainan dan isi kamar Tutik membuat Nuning betah berlama-lama main di rumahnya. Terkadang dalam sehari, ia bisa 4 kali pulang ke rumah hanya untuk mengambil beberapa mainannya atau uang untuk ia dan Tutik membeli makanan ringan sebagai bekal pergi tarawih nanti malam. Setiap Nuning masuk ke rumahnya, Ibunya selalu menegurnya agar ia tidak terlalu lama bermain dan beristirahat karena beliau amat mengkhawatirkan kesehatannya. Tapi Nuning terlalu asyik dengan pertemanannya kini, ia dan Tutik selalu menemukan ide untuk memperpanjang waktu bermainnya, apalagi di muslim libur bulan puasa seperti ini.


Waktu berbuka hanya berselang lima menit lagi, Nuning tak juga beranjak dari kamar Tutik. Setelah pulang sebentar untuk mandi sore, tanpa berpamitan kepada ibunya ia kembali mendatangi rumah Tutik untuk memenuhi undangan Tutik dan mamanya untuk berbuka puasa di rumah mereka. Betapa senang hati Nuning membayangkan apa yang akan dinikmatinya nanti, dia teringat isi meja Tutik sudah berjejer mangkuk-mangkuk berisi kolak pisang campur durian hangat, sepinggan besar Pastel goreng gurih, serta beraneka buah-buahan segar yang tertata cantik. Aroma khas makanan hangat itu seudah menyebar memenuhi ruangan-ruangan rumah Tutik, dan orang tua serta kakak-kakak Tutik nampak sudah bersiap menyambut waktu berbuka.


Nuning masih memainkan boneka Barbie milik Tutik, sedang sahabatnya itu pamit sebentar ke toilet. Tiba-tiba terlintas di benak Nuning sosok ibunya di rumah:

" Sedang apa Ibu sekarang ?"

Pasti sama sedang menyiapkan hidangan untuk berbuka juga, demikian dalam benak Nuning. Bedanya hanya isi mejanya, biasanya untuk berbuka mereka, Ibu akan menyiapkan teh manis hangat. Saat pulang tadi Nuning melirik ke dapur, Ibunya tengah menggoreng tempe balut tepung dan menumis sayur kangkung cah kesukaan ayahnya serta pisang goreng pesanannya. Nuning membayangkan betapa sedihnya Ibu jika berbuka puasa tanpa dirinya, yang meski Ibunya tidak akan khawatir karena tahu ia sejak tadi bermain dengan Tutik, tapi tentu Ibu akan berkurang kebahagiannya jika ia tak ikut berbuka puasa bersama mereka melingkar bersama ayah dan adiknya di atas tikar mereka. Apa yang akan dirasakan Ibu jika ia kehilangan salah satu anaknya di tikar mereka karena lebih memilih berbuka puasa di rumah temannya yang lebih kaya, hidangannya lebih lengkap dan lezat dan seluruh anggota keluarga berkumpul disana ditambah dirinya.


Nuning segera bangkit dari duduknya, masih ada kesempatan mendengarkan adzan maghrib dari rumahnya yang hanya terpaut lima rumah dengan rumah sahabatnya ini.Tutik agak terkejut saat ia hampir menabrak Nuning di pintu kamar :

" Ning, kamu mau kemana ?"


"Aku berbuka di rumah aja ya Tik, kasian Ibu menungguku. Besok kita main lagi ya"


Nuning berlari dalam kesyahduan saat-saat datangnya maghrib, ia tak perduli dengan panggilan Tutik dibelakangnya, Nuning ingin pulang sebelum adzan maghrib mendahuluinya dan mengucapkan do'a berbuka puasa bersama ibu, ayah dan adiknya. Ternyata Nuning mendapatkan kebahagiaan lain selain berbuka puasa dan bertemu Tuhannya kelak yang dijanjikan kepada orang yang berpuasa seperti yang dikatakan ustadznya di surau, Nuning mendapatkan satu lagi kebahagiaan, yaitu melihat senyum ibunya saat melihat kedatangannya.


Hingga dewasa kelak,saat kau telah berumah tangga dan memiliki anak, Ibu akan selalu mengembangkan senyumnya setiap engkau mengunjungi rumahnya, kerinduannya tidak akan berubah dengan berlalunya waktu, baginya engkau tetaplah bayi mungilnya yang selalu dirindukannya siang dan malam. Sayangi Ibu....cintai Ibu....

Thursday, August 12, 2010

Asmara Dua Cinta

Kata orang, berselingkuh itu indah tapi merepotkan. Begitu juga dengan saya. Eh, tapi jangan merengut dulu, saya selingkuh dari Blogspot ke Multiply jadi sekarang kerjaan saya wara-wiri di dua web ini, belum lagi di Blog Spot saya mengelola dua blog jadi mohon maaf jika saya sering melalaikan blogwalking ke blog sahabat-sahabat. Nah, melepas kerinduan dengan kekasih hati sang Blogspot ini saya mau dongeng aja dulu ya,  saya dapat dari millis seorang teman saya bernama Andi Paijan,  semoga terhibur cekidot :

Surat Tukang Buah yg Patah Hati..
Wajahmu mmg MANGGIS, watakmu juga MELONkolis, tapi hatiku NANAS krn cemburu, SIRSAK napasku, hatiku ANGGUR lebur, ini DELIMA dlm hidupku, mmg SALAKku, jarang APEL malam minggu, ya Tuhan, Mohon BELIMBINGmu, kalo mmg perPISANGan ini baik untukku, SEMANGKA kau bahagia dgn yg lain

TTD: SAWOnara.

Surat Balasan dari pacarnya yg ternyata tukang sayur…

Membalas KENTANG suratmu itu, BROKOLI sudah kubilang, jangan tiap dateng rambutmu slalu KUCAI, JAGUNGmu gak pernah di cukur. Disuruh dateng malam minggu, ehh nongolnya LABU. ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin PARE, Kalo mo nelpon aja mesti ke WORTEL….CABE dehhhhhh!!!

TTD: KAILAN!!!

Monday, August 9, 2010

Menjadi Diri Sendiri (Yang Asyik...)

Tidak terasa, sudah lebih dari satu tahun mendapat jatah "gubuk" di dunia maya ini dan mulai berkenalan dengan "tetangga" kiri kanan hingga kini cukup banyak teman yang berbaik hati mau berteman dengan seorang winny ini. Sebagaimana bergaul di dunia nyata (nyata dalam arti bertemu fisik) bergaul di dunia maya pun (bagi saya sebetulnya dunia internet dunia nyata juga, karena percakapannya nyata walaupun hanya dalam bentuk tulisan dan yang menulisnyapun ada, yang menulis dan punya akun FB atau punya blogpun bukan dari kalangan bangsa jin ya hehehe) sama saja menemukan banyak pengalaman dan kesan tersendiri. Sebagaimana diri saya bisa dinilai orang, maka saya pun mempunyai kesan atas pribadi seseorang yang menjadi teman saya.


Sekian lama bergaul dengan anda, dia, mereka, membuat saya teringat dengan kisah keluarga Luqman yang pernah diceritakan kisahnya saat saya masih kecil (entah mengapa kisah ini disebut kisah keluarga Luqman, apakah kisah ini berangkat dari sebuah hadist ? Yang punya nama Luqman, maaf bukan salah bunda mengandung ya...  hehehe). Kisah seorang ayah dan putranya yang melakukan perjalanan menuju satu tempat bersama keledai mereka. Ada yang masih ingat ? Kalau ada yang lupa, saya bantu mengingatkannya, begini ceritanya :


Tersebutlah seorang ayah dan seorang anak hendak melakukan suatu perjalanan menuju ke suatu tempat dengan keledai mereka. Sang ayah duduk di atas pelana keledai itu, sedang anaknya berjalan mengiringinya. Saat mereka berpapasan dengan seorang pengembara, sang ayah ditegur oleh pengembara itu :

"Sungguh menyedihkan kedaan kalian, bagaimana mungkin kau bisa membiarkan anakmu kelelahan berjalan kaki sedang kau enak-enakan menunggangi keledai itu ?".
Sang ayah termenung, menyadari kesalahannya akhirnya dia turun dari keledainya dan mengizinkan anak remajanya mengendarai keledainya, sedang dia sendiri kini berjalan kaki. Namun, tiba di suatu tempat, mereka berpapasan dengan seorang ibu yang memperhatikan mereka, dan ibu itu pun menegur mereka dengan nada prihatin :

"Hai pemuda, sungguh kau telah berlaku tidak sopan kepada ayahmu. Kau yang masih muda dengan enaknya menunggangi keledaimu, sedang ayahmu yang sudah tua kau biarkan berjalan kaki. Sungguh tidak terpuji keadaannmu".
Mendengar teguran si ibu tersebut, keduanyapun berhenti dan merenung dan membenarkan ucapan wanita tadi. Maka keduanya kini naik ke atas keledainya dan meneruskan perjalanan. Di tengah kota, orang banyak memperhatikan mereka, terdengar mereka berkat :

"Sungguh celaka kalian berdua, bagaimana mungkin keledai sekurus itu kalian tunggangi berdua, tidak sampai dua puluh langkah keledai itu pasti mati kelelahan."

Kedua ayah beranak itupun berfikir lagi, kali ini keduanya memutuskan untuk tidak menunggangi keledai mereka. Mereka menuntun keledainya dan meneruskan perjalanannya. 
Saat mereka hampir mendekati tempat yang akan mereka tuju, bertemulah mereka dengan seorang laki-laki gagah yang terpingkal-pingkal mentertawakan mereka, laki-laki itu berkata :

"Hahahaha....lihat orang tua dan anak itu benar-benar bodoh, mereka memiliki keledai yang kuat tapi mereka  sia-siakan. Mengapa tidak mereka jual saja keldeai itu daripada menyusahkan mereka ? hahahaha"
Sampai disini Luqman dan anaknya pun kebingungan lagi apa yang mereka lakukan serba salah. Akhirnya mereka berdua pun menjual keledai mereka. 
STOP (kalau dilanjut, ceritanya nggak selesai-selesai, nanti pasti ada masalah lagi setelah mereka menjual keledainya ya)


Hmm...bergaul dengan orang pun bisa sebingung mas Luqman eh Syekh Luqman di atas kalau kita tidak mandiri dalam bercara pandang, berpemahaman, berkeyakinan hingga bertindak. Kita akan selalu dibingungkan dengan apa maunya orang lain.


Teman-teman kita mungkin ada yang 'berhaluan barat' bisa jadi bergaul dengan mereka kita akan digiring pada suasana heroik, serba ideal, berhati-hati, sindiran-sindiran halus untuk hidup benar dsb. Ada juga mungkin teman yang 'berhaluan timur' bergaul dengan mereka bisa jadi kita akan merasakan atmosfir yang berapi-api, selalu mengeluhkan keadaan, protes sana protes sini, orang tidak ada yang benar pemikirannya kecuali pemikiran mereka. Bisa jadi kita punya teman 'berhaluan utara' yang serba santai, hidup "yang easy man", pembicaraan mereka seputar 'Besok makan dimana ?", senang bersosialisasi sana-sini, setiap bulan sepanjang tahun ada jadwal reuni fakultas,SMA,SMP hingga reuni TK. Mungkin masih ada teman yang 'berhaluan selatan/tenggara/barat daya/timur laut dan sebagainya (kepada arah mata angin saya mohon maaf meminjam kalian sebagai perumpamaan ya) yang memiliki kekhasan tipikal dan menghembuskan aroma pertemanan yang berbeda-beda.


Jika kita memiliki obsesi untuk menjadi pribadi yang "diinginkan" keberadaannya oleh siapapun mereka dengan haluan yang berbeda-beda itu, maka bersiap-siaplah menjadi "Confused person of the year" bahkan "confused person of the life forever and after". Karena kenyataannya kita tidak mungkin bisa membahagiakan semua orang walau bagaimanapun kita menginginkannya. Tidak ada pribadi yang memiliki kesamaan yang absolut.Bahkan dua anak kembar identik sekalipun tetap memiliki kekhasannya dan hasratnya sendiri .


Oleh sebab itu bertemulah saya kini dengan kedalaman makna dari ayat dalam Al-Qur'an yang menyebutkan firman Allah :
" Allah menciptakan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal" (QS, Al-Hujurat : 13). Saling mengenal bukan untuk saling menghakimi, bukan untuk saling menyalahkan satu sama lain. Toh memang Allah telah menciptakan kita semua berbeda-beda.Tapi sebaiknya didalam pergaulan kita tetap berusaha menjadi orang yang asyik, dalam arti berusaha untuk bisa menempatkan diri dengan baik dimana kita sedang berada. Memamerkan kefanatikan atas ide/keyakinan pribadi di tengah publik yang jelas amat beragam ini adalah sikap yang kurang bijak dan sia-sia, apalagi sampai memprovokasi bahkan melecehkan orang yang memiliki 'pendirian' berbeda.

Tetaplah dengan keadaanmu jika hal itu kau yakini benar, tetapi sertailah ia dengan menghargai orang lain yang berbeda denganmu. Sesudah itu, let's make a better place for you and for me (kata Michael Jackson).

Tidak sampai dua hari lagi kita bertemu bulan mulia Ramadhan, atas tulisan-tulisan saya yang tidak berkenan di hati, kiranya sahabat-sahabat sudi untuk memaafkan. Semoga masih diberi kesempatan menjalankan ibadah shiyam dengan lancar, amiin.
Jaga hati, jaga kesehatan, salam untuk keluarga ya...

Wassalam

Tuesday, August 3, 2010

Asa Seorang Ibu



Tidak terasa waktu berganti, ternyata kita telah sampai "dititik ini". Lembar demi lembar kehidupan sudah banyak terlewati dan begitu banyak hikmah yang menunggu untuk dipetik. Sedang waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali, masa muda kita tidak akan muncul lagi, hanya kenangan-kenangannya yang mungkin sebagian masih tertinggal di benak dan lubuk hati. Sebagian lainnya gugur bersamaan dengan hembusan angin zaman.



Segala yang telah terjadi dalam usia kita sepantasnya menjadi bahan tafakur agar apa yang benar dan baik dalam hidup kita dahulu dapat dilanjutkan bahkan ditambahi dan ditambahi lagi. Sedang kesalahan dan kekhilafan masa lalu dapat ditinggalkan dan dijadikan bahan evaluasi dan introspeksi kepada diri dan keluarga agar tidak terulang lagi dimasa yang akan datang jika masih diizinkan Allah.



Maka itulah yang sering menjadi asaku agar apa yang tidak benar, tidak baik dan tidak membahagiakan di masa lalu tidak terjadi kepada anak-anakku. Saya kira begitu pula dengan apa yang setiap orang tua harapkan. Cinta dan kasih kepada anak-anak adalah kekayaan tak ternilai yang disematkan Allah kedalam dada semua ibu (dan ayah tentunya). Maka hanya yang terbaik dan terindah yang kuharapkan terjadi dalam kehidupan anak-anakku terutama karena aku dititipi anak-anak perempuan.



Mencintai mereka bukan hanya dalam bentuk pemberian-pemberian yang mewah
Mencintai mereka bukan hanya dalam bentuk menyekolahkan mereka di tempat-tempat mahal
Mencintai mereka bukan hanya dalam bentuk menuntut prestasi dan angka-angka terhebat agar masa depan mereka cerah
Mencintai mereka bukan hanya dalam bentuk proteksi ketat sehingga membuat mereka jengah



Aku ingin mencinta dan mengasihi seperti yang mereka inginkan untuk dicinta, yaitu cinta yang sampai kedalam kalbu, cinta ibu yang dapat dirasakan dalam dada anak-anakku, walau banyak yang tak dapat aku berikan dalam kehidupan mereka.



Mereka bukan milikku, tetapi Allah telah menitipkannya padaku beberapa waktu sehingga meng-arca cinta dihatiku. Tiada yang selalu kupinta dalam munajatku melainkan yang terbaik dan terindah untuk putra putriku.



Semoga Allah selalu menjadikanku naungan teduh yang menentramkan anak-anakku
Menjadi pelabuhan aman yang menyelamatkan jiwa dan raga mereka
Menjadi seseorang yang dirindukan dan tak dilupakan dalam do'a-do'a mereka.
Menjadi seseorang yang pantas untuk anak-anakku menyebutku Ummi (Ibuku)...



Allahumma amiin :)


Gambar Illustrasi dipinjam dari sini

Sunday, August 1, 2010

AADP (Ada Apa Dengan Puisi) ???

Sedang melakukan investigasi dan riset (disingkat INSERT *tanpa selebriti*) atas maraknya dunia blog dan mikroblog semacam facebook dengan tulisan-tulisan yang berbentuk puisi.
Walaupun sejak SMP (apa SD ya ???) sudah dikenalkan dengan ilmu hitam eh sastra yang mengangkat tema tentang puisi, prosa, essay dan semacamnya tapi tetap saja fenomena berpuisi dikalangan blogger & fesbuker membuat saya bertanya-tanya (karena malu bertanya itu sesat di blog)


Mengapa orang senang berpuisi ? dan mengapa orang-orang senang mendengar atau membaca karya-karya berbentuk puisi ?


Ada kawan blogku yang isi blognya puisi semua dan followernya mencapai hampir seribuan orang. Setiap dia posting puisi baru pasti berjibun deh komentar datang ke blognya. Dan rata-rata hampir semuanya memuji-muji karyanya.


Tapi ternyata berpuisi pun ada mazhab-mazhabnya ya dan setiap mazhab ada komunitasnya sendiri-sendiri. Ada yang puisinya bernuasa religi, ada yang beraroma cintaaa aja, ada juga yang patah hati always, ada puisi yang nginggris karena penuh dengan "bahasa Inggwis gicu low", bahkan ada puisi yang penuh amarah karena membahas tentang kelaparan (lho...??? )


Nah mengapa disebut komunitas? Karena setiap mereka akan mencari puisi-puisi yang sesuai dengan keadaan bathinnya. Jika menemukan puisi yang sesuai, maka ia akan merasa nyaman disana dan rela datang berkali-kali hanya untuk membaca atau mendengar sang pujangga bersajak, otomatis keluar deh segala puja puji bagi sang penulisnya.


Eh tapi ada juga lho (ini menurut Tim INSERT) komunitas para puisiwan-puisiwati itu lebih karena faktor subjektif, alias bukan karena faktor puisinya amat mereka rajin nangkring di blog puisi seseorang, melainkan karena yang bikin puisinya cantik atau cakep hehehe.


Tapi terus terang, masih jadi bahan penelitian (tuing-tuing..!!!) mengapa pria suka juga berpuisi ???
"Ada kenikmatan apa khususnya bagi kaum pria yang senang menulis puisi dan merefleksikannya (misalnya semacam alm W.S Rendra ) ?".

Bukankah kaum pria dikenal lebih rasional dibanding kaum hawa termasuk dalam aktivitas menulis ? Bukankah puisi itu tulisan yang sangat mengandalkan kehalusan sekaligus ketajaman rasa, yang biasanya dimiliki oleh kaum hawa ? Bukan berarti yang tidak suka menulis puisi rasanya tidak halus, tapi justru itu pertanyaan saya, "Kenapa ??? pa...pa...pa..< Echo mode ON > "



O ya postingan ini sebetulnya hanya pertanyaan saja tentang mengapa orang suka sekali berpuisi ria, so'alnya aku nggak bisa puisi, tapi selalu ingin ikut lomba puisi.


Terimakasih sebelumnya atas jawabannya, walaupun ada yang menjawabnya dalam hati tapi tetap terimakasih yaaa, salam