Tuesday, August 31, 2010

Antara Kenaikan Pajak Barang Mewah dan Jeritan Hati Para Penyandang Tuna Rungu

Tulisan ini pernah saya posting di Facebook tanggal 31 Agustus 2010, saya muat kembali disini semoga lebih membuka mata kita bahwa banyak perso'alan yang lolos begitu saja dari pengamatan dan kepedulian kita.
Menyimak berita tahun lalu

Berita di bulan september 2009 mengenai: Panja RUU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) DPR RI dengan pemerintah menyepakati kenaikan tarif pajak barang mewah (PPnBM) dari 75% menjadi 200% dalam UU PPN dan PPnBM yang baru. Akan tetapi  Panja DPR belum memutuskan mulai berlakunya UU ini. "Tapi ada 2 alternatif, 1 Januari 2010 atau 1 April 2010".(detikfinance.com, Senin, 14/09/2009)

Lalu googling mencari definisi tentang barang mewah yang hasilnya adalah :
Empat kategori barang mewah itu adalah
1. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok,
2. barang itu yang hanya dikonsumsi masyarakat tertentu,
3. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
4. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status


Untuk sesaat, keterhubungan kedua point diatas tidak menggangguku, namun mengetahui kemudian bahwa ada barang yang amat penting dan termasuk barang primer bagi masyarakat yang tersentuh oleh peraturan PPN dan PPnBM diatas membuatku cukup geram akhirnya.


Terkait dengan judul di atas, berdasarkan data dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) , yang bunyinya sebagai berikut :
Prevalensi anak tunarungu di Indonesia berdasarkan data statistik Departemen Pendidikan Nasional Indonesia menunjukkan bahwa jumlah anak-anak tunarungu di Indonesia cukup tinggi mencapai 0,17%, dimana 17 dari 10.000 anak prasekolah sampai umur 12 tahun mengalami tuli, maka jumlah itu cukup besar dan menuntut perhatian.


Bagaimana tidak membuat sedih, dalam sebuah jurnal di Multiply seorang penyandang Tuna Rungu menuliskan bahwa Alat Bantu Dengar yang bagi mereka merupakan barang primer yang bisa membantu mereka keluar dari dunianya yang sunyi telah dimasukkan dalam kategori barang mewah, sehingga di pasaran Alat Bantu Dengar ini (ABD) bisa mencapai harga jutaan. Bahkan ada seorang ibu berkomentar di threadnya mengatakan bahwa harga ABD untuk satu telinga anaknya senilai enam juta rupiah, berarti untuk dua telinga sang ibu harus mengeluarkan uang sebanyak dua belas juta rupiah, sebuah harga yang fantastis bagi kebanyakan rakyat yang menyandang kurang pendengaran di negeri ini yang mayoritas bukanlah dari kalangan orang-orang kaya. Bahkan ada informasi lain harga sepasang ABD ada yang mencapai 34 juta rupiah, subhanallah.


Memang sampai saat ini ABD masih merupakan produk import sehingga ada yang memaklumi ketinggian harganya di pasaran, tapi kalau harus ditambah lagi dengan besarnya pajak yang harus ditanggung, alangkah menyedihkannya. Masalahnya apakah benar ABD masuk dalam kategori barang mewah yang ditetapkan nilai pajaknya ?. Bagi penyandang tuna rungu, memiliki ABD bukan untuk gaya-gayaan, mereka memerlukannya sebagai telinga pengganti untuk bisa mendengar dan belajar dan bekerja seperti manusia lainnya.


Ada perdebatan juga bahwa ternyata, untuk ABD tidak ada peraturan berkaitan dengan hal ini, alias tidak ada pajak untuk ABD. Namun dalam thread teman saya itu ada orang yang berasal dari kantor pajak yang justru mempertegas keberadaan pajak itu atas ABD. Jadi, yang mana yang benar ? Apa orang pajak itu yang tidak tahu peraturan mentrinya tapi dengan seenaknya menetapkannya kepada masyarakat yang tidak mengerti ? atau adakah jawaban lainnya ?


Jika harus digambarkan betapa sedihnya  Ibu dan Ayah saat mengetahui anaknya menderita kelainan alat pendengaran, terbayangkan masa depannya harus bergantung terus kepada orang lain. Bayi yang sejak lahir telah menderita kelainan alat pendengaran, bisa dipastikan jika tidak menggunakan ABD, maka ia tidak akan bisa belajar bicara. Ini membuktikan bahwa seperti fungsi kacamata bagi penderita rabun mata, maka fungsi ABD juga amat penting bagi penyandang tuna rungu.


Banyak kisah saya baca tentang para penyandang tuna rungu atau tuna netra yang memilik prestasi yang hebat. Dengan support alat-alat bantu seperti ABD ini mereka bisa hidup selayaknya manusia normal lainnya, mampu memiliki karir dan beraktivitas seperti manusia lainnya. Tak ada yang tahu, barangkali lewatsumbangsih mereka juga  negeri ini bisa menjadi lebih baik.


Semoga para dhu'afa tidak semakin terpinggirkan di negeri ini

PS :
Informasi tentang hal ini juga dapat dibaca di sini langsung dari penyandang kurang pendengaran itu sendiri disitu atau disini

Monday, August 30, 2010

Hadiah lagi di Bulan Ramadhan

Hari ke dua puluh Ramadhan....
Seperti biasa jika, sesuatu telah dianggap sebagai rutinitas, maka hal itu akan menjadi terasa mudah, tetapi harus hati-hati agar tetap tidak kehilangan makna. Demikian juga menjalani Ramadhan, menjalaninya sebagai sebuah rutinitas memang memudahkan diri menjalaninya secara fisik, hampir-hampir sepanjang hari tidak merasakan haus ataupun lapar, tidak juga tergoda oleh segala macam iklan atau tampilan makanan minuman. Waktunya diri berkaca, apakah telah hadir insyaf diri di dalam jiwa atau tetap bebal walau diri mengaku taqwa.

Hari ini hanya ingin sekedar membuat 'laporan tertulis' kepada penyelenggara Gelar Puisi Aku Cinta Indonesia, bahwa hadiah telah tiba dengan selamat sekitar seminggu yang lalu. Sebuah buku yang mencerahkan, dan Selembar T-Shirt merah tanda persahabatan. Sudah aku pake jalan-jalan sama tim krucil-ku hehehe


Terimakasih kepada Pakde dan penyelenggara Puisi ACI di Blogcamp. Semoga kebaikannya selama ini menjadi berkah untuk kita semua, amiin...

Tuesday, August 24, 2010

Yusnita Febri


Yusnita Febri. Mbak Nita / Nita atau Nit saja begitu teman-teman MPers memanggilnya
Nggak pernah ketemu di dunia nyata. Dari tulisan-tulisannya di MP sedikit yang dapat kuketahui tentang sosoknya, karena memang seseorang tak bisa mengakui mengenal seseorang begitu saja hanya karena pernah ber"say hello" di internet apalagi kalau belum pernah bertemu muka.

Tapi bagaimanapun setiap orang akan meninggalkan kesan sejak pertama kali kenal dengan orang lain,baik disadarinya ataupun tidak. Melalui tulisan-tulisannya, aku mengagumi sosoknya yang diakuinya memiliki kekurangan fisik di alat pendengarannya, namun hal itu tidak membuatnya menyesali nasib bahkan dengan keberadaannya Nita yang mengakui dirinya juga sebagai aktivis internet (xixixi...orang mah aktivis apaaa...gitu) memiliki banyak prestasi dan aktivitas, salah satunya dengan memiliki akun di Multiply  dan Blogspot yang didedikasikannya untuk membantu memotivasi para penyandang tunarungu serta orang tuanya.

Nggak banyak yang bisa aku ceritakan tentang perempuan cantik ini (suwer, waktu gambar, aku kagum sama hidungnya mbak Nita yang mancung, dan paling susah waktu bikin matanya), pokoknya yang mau kenal dateng aja ke site-nya disitu atau  di sini.

Mbak Nita, maaf ya kalo mengecewakan, pokoknya Ai Lov Yu deeh...

Monday, August 23, 2010

Masa SMP Masa Yang Indah

Bismillah...

Alhamdulillah mendapat kesempatan urun tulisan untuk mendukung Gerakan SEO Positif dan Anak SMP melalui sahabat bloggerku yang suka panggil aku Tante (wah berasa muda jadinya hehe) yaitu Inuel The Nyun-Nyun si manis dari Surabaya.


Demi mengubah keyword SMP yang sekarang sudah terkontaminasi konten yang tidak baik di jagad internet Indonesia, aku sepenuhnya rela menulis tentang hal ini.


Hmm, bicara SMP, bagiku bicara nostalgia. Tentu saja, karena tiga tahun lagi inshaAllah, putriku sendiri yang akan menjadi siswi SMP. Mengenang masa itu bukan hal yang berat untukku, bahkan banyak kenangan manis yang tentus saja tidak aku lupakan karena indah dan baiknya pengalaman di masa itu.

Saat menyadari bahwa aku sudah menginjak 13 tahun, dan telah mengenakan seragam putih biru ke sekolah setiap hari adalah saat-saat yang menyenangkan buatku saat itu, entahlah mungkin hal ini dirasakan juga oleh teman-teman blogger lainnya. setiap kesempatan baru rasanya menawarkan harapan baru pula.


Walaupun memiliki banyak teman-teman yang baik, dan sering mengadakan acara-acara bersama baik dengan teman sekolah maupun teman main di rumah, aku tetaplah seorang yang senang dengan kesendirian. Watak bawaan dari rumah yang membuatku mulai memiliki kegemaran menulis. Kata orang menulis adalah salah satu kekhasan orang yang senang menyendiri sepertiku ( suka menyendiri apa nggak ada yang mau nemenin yah ??? *garuk-garuk kepala*).
Waktu itu aku bisa menghabiskan banyak buku pribadi yang disebut Diary untuk menuliskan banyak hal. Nggak tahu kenapa, aku lebih suka menuliskan isi hatiku dalam tulisan pena daripada mencurahkannya kepada ibuku sendiri. Sejak itulah kegemaran menulisku berawal.



Aku juga suka menggambar, menggambar apa saja yang aku suka semirip mungkin dengan model aslinya. Tak jarang, aku sering kena sentil Ibu titik-titik di kelas waktu itu karena saat beliau menerangkan sesuatu, nampak oleh beliau aku asyik coret-coret bukuku dengan gambar-gambar. Malah aku pernah gambar sosok  Ibu guruku itu dalam bentuk sketsa lho, saat beliau sedang berdiri di depan kelas hihihi, untung nggak ketahuan sampai aku lulus SMP, kalau nggak pasti aku dihukum lebih dari sekedar omelan, karena yang aku gambar, sosok dia dengan mimik yang judes, pokoknya nggak ada cantik-cantiknya deeh hehehe, maaf ya Buuu, maklum aku masih "nakal" waktu itu  .



Padahal sebetulnya, yang aku rasakan, walaupun tangan dan mataku tertuju pada kertas gambarku, aku masih bisa memahami apa yang beliau jelaskan koq *ini ngeles nggak ya ???*.
Mengerti itu kan nggak harus melototin tampang sang guru yang berdiri depan kelas ya. Justru kalo nggak sambil lihat pembicaranya, aku bisa lebih konsen *cari alesan*.
Tapi itu pun bukan pas pelajaran eksakta macam Matematika atau Fisika yang butuh konsentrasi penuh, aku menggambar hanya pada saat pelajaran-pelajaran dimana sang guru lebih banyak bercerita atau lebih banyak mnejelaskan suatu pelajaran yang puanjaang, daripada ngantuk kan lebih baik menyimaknya sambil gambar ya heheheh. Yaah namanya juga orang tua, mungkin beliau merasa kita tidak memperhatikan, jadi wajarlah kalau beliau jadi kesal, lagian cuma Ibu itu doang koq yang begitu.



Hmm satu lagi yang berkembang dari minat dan bakatku saat usia SMP itu adalah saat aku mulai suka dengan dentingan alat musik gitar. Mendengar satu kali suara gitar di televisi (saat itu stasiun satu-satunya di Indonesia cuma TVRI) mengalunkan musik klasik membuatku terpacu untuk bisa memainkan alat musik ini. Mulailah aku mencari guru untuk bisa mengantarku pada obsesiku itu. Aku tidak ikut les musik gitar saat itu, tapi ibuku memanggil seorang adik dari teman mengajarnya (Ibuku seorang guru sekolah dasar) untuk mengajariku alat musik kesukaanku. Entah mengapa suara gitar bagiku sangat eksotis, dimainkan secara tunggalpun tanpa ditemani alat musik yang lain terasa lengkap dan merdu. Alhamdulillah, hingga kini dengan gitar setidaknya aku bisa menghibur suami dan anak-anakku di rumah.



Ketiga minat dan bakatku di atas walaupun bukan bakat yang cemerlang mungkin bagi orang-orang,  tapi membuatku bisa bersyukur hari ini, bahwa masa mudaku di tingkat SMP saat itu kurasakan membawaku pada hal-hal bermanfaat, aku jauh dari lingkungan yang bisa merugikan masa depanku (jangan salah, ada teman SMP-ku saat itu yang santer menjadi pembicaraan teman-teman karena pergaulan bebasnya dengan lawan jenis).



Banyak hal yang ingin kukenang dan kuceritakan disini tentang masa itu, tapi apa yang sudah terangkai di atas sudah mencukupi aku kira untuk bisa saling menginspirasi adik-adikku siswa SMP dimanapun berada untuk dapat memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk hal-hal positif  sesuai dengan norma-norma yang diyakininya.


 Semoga tulisan alakadarnya ini dapat menjadi sumbangsih bermanfaat walau hanya secuil untuk mendukung masyarakat kita lebih perduli akan berinternet yang sehat.


Terimakasih buat Inuel-ku sayang atas kesempatan ini, dan juga kepada pemrakarsa diadakannya Gerakan SEO postif ini, semoga dirahmati Allah amiin.


Untuk memperbesar suara kita dalam menciptakan Keyword SMP dengan konten yang baik, maka bagi siapa yang telah membaca jurnal ini dan merasa belum menulis tentang hal ini, senang sekali jika dapat turut serta untuk menulisnya. Sebetulnya yang disyaratkan adalah lima blogger,tapi sepertinya aku bloger kloter terakhir yang menulis tentang hal ini, jadi bagi bloger yang belum sempat menulis, ayo..kita berpartisipasi memajukan internet sehat untuk generasi kita.

Semoga bermanfaat ya, amiin

Friday, August 20, 2010

Nasi Untuk Bapak (Edisi Lengkap)



Setelah membuat Flash Fiction yang dibatasi kata-katanya hanya 250 biji, sekarang aku posting fiksi yang sama dengan judul yang sama pula namun edisi lengkapnya dengan jumlah kata 3S (Suka-Suka Saya). Silahkan menyimak ...

Faqih menyuapkan nasi kedalam mulutnya, ia melihat bapaknya sedang menyusun cobek dan ulekan untuk dijual.

"Bapak, makan sama Faqih yok"

Bapak tersenyum, tangannya masih sibuk membereskan peralatan kerjanya.

"Habiskan saja sama Faqih, Bapak masih kenyang nak"

Faqih tertegun, ditatapnya sepiring nasi yang selalu mereka makan berdua dan selalu Faqih yang disuruh memakannya terlebih dahulu. Tak ada sepiring nasi yang lainnya yang mereka bisa makan bersama-sama, karena Bapak tak ingin makan sebelum anaknya merasa kenyang.

Walaupun sesungguhnya, Faqih tak pernah kenyang makan, karena ia sadar harus berbagi dengan bapaknya. jika ia menghabiskan nasinya, maka Bapak tak bisa makan hari itu karena hanya sebungkus nasi yang bisa ia beli untuk satu hari.

Jika malam tiba, mereka hanya bisa menikmati singkong goreng yang dibeli dari tetangganya, atau hanya sekedar minum untuk mengganjal perut tipis mereka.

Bapak akan memakan nasi bekas Faqih makan sesudah ia selesai dan meninggalkan sisanya. Faqih tahu makanan itu tak kan pernah bisa mengenyangkan perut ayahnya yang harus bekerja berkeliling kampung sebagai tukang cobek dan ulekan.

Faqih teringat sesuatu, ia beranjak dari duduknya, lalu mengambil kaleng bekas ikan sarden dan mengambil isinya berupa sejumlah uang recehan yang ia kumpulkan selama ini. Ia mengambil uang recehan itu dan menyodorkannya kepada bapaknya.

"Bapak, ini uang tabungan Faqih, beli nasi yang banyak ya Pak.Bapak jangan makan bekas Faqih lagi. Besok Faqih jual karet gelang lagi, biar nambah tabungan Faqih buat beli nasi yang banyak buat kita"

Berdesir hati Bapak melihat uang recehan yang tak seberapa di tangannya. Hatinya menjerit, anak piatunya yang sejak setahun lalu ditinggal mati ibunya, kini masih berumur tujuh tahun, sudah menyantuninya uang untuk bisa membuatnya merasakan kenyang makan. Bapak berlutut, dan menatap mata bening anak darah dagingnya itu :

"Faqih simpan saja uangmu ini nak. Biar Bapak yang cari uang untuk beli nasi yang banyak buat kita ya"

Bapak memeluk Faqih dengan kesedihan, dan melanjutkan kata-katanya :

"Faqih, maafkan Bapak belum bisa membuatmu kenyang nak, do'akan Bapak sehat ya, biar Faqih bisa makan, bisa sekolah". Suara Bapak tercekat.

Faqih terdiam, ia melihat bulir air di mata orangtua satu-satunya ini, jarang sekali ia melihatnya. Bapak orang yang tegar, namun kali ini ia tak melihatnya. Dengan tangan mungilnya, ia mengusap air mata yang jatuh di pipi bapaknya, dengan suara kanak-kanaknya Faqih berkata :

"Bapak jangan sedih, kata Ibu, kita bisa kenyang makan nanti kalau sudah di syurga. Kata Ibu, di syurga itu banyak orang miskin seperti kita, tapi kita harus sholeh dulu. Di syurga nanti kita bisa makan nasi yang disimpan di tempat pemanas nasi kayak punya temen Faqih, jadi nasinya hangat terus". Faqih mencoba menghibur bapaknya dengan sedikit tambahan imajinasinya.

Meluap air mata Bapak, dipeluknya Faqih semakin erat, tangis menggejolak di dalam dada, ia berbisik dalam hatinya :

" Ya Allah, kasihi anakku ini Gustii....sayangi dia".



Berapa banyak orang yang lapar disekeliling kita namun tak sadar kita sering mengabaikannya. Berpiring-piring nasi sisa yang kita buang ternyata sangat berharga bagi orang seperti mereka.
Terlalu banyak orang yang lapar, terlalu banyak cerita kesedihan.
Semoga Ramadhan kali ini mengingatkan kita akan tanggung jawab kita atas hak-hak mereka yang tak terpenuhi. Belajar menjalankan apa yang disabdakan Nabi kita tecinta Muhammad saw :
" Cintailah orang-orang yang miskin"

PS : Foto illustrasi diculik dari http://syair79.wordpress.com/2010/05/29/hitam-putih-kehidupan-misra-cerpen/





Thursday, August 19, 2010

Nasi Untuk Bapak

Faqih menyuapkan nasi kedalam mulutnya, ia melihat bapaknya sedang menyusun beberapa cobek dan ulekan untuk dijual.

"Bapak, makan sama Faqih yok"

Bapak tersenyum, tangannya masih sibuk membereskan peralatan kerjanya lalu menjawab:

"Habiskan sajaa sama Faqih, Bapak masih kenyang nak"

Faqih tertegun, ditatapnya sepiring nasi yang selalu mereka makan berdua dan selalu Faqih yang disuruh memakannya terlebih dahulu. Tak ada sepiring nasi yang lainnya agar mereka bisa makan bersama-sama, karena  Bapak tak ingin makan sebelum anaknya merasa kenyang. Walaupun sesungguhnya Faqih tak pernah kenyang makan, karena ia sadar harus berbagi dengan bapaknya. Jika ia menghabiskan nasinya, maka Bapak tak bisa makan hari itu karena hanya sebungkus nasi yang bisa ia beli untuk satu hari.
Jika malam tiba, mereka berdua hanya bisa menikmati singkong goreng yang dibeli dari tetangganya atau sekedar minum untuk mengganjal perut tipis mereka.


Bapak akan memakan nasi bekas Faqih makan sesudah ia selesai dan meninggalkan sisanya. Faqih tahu makanan itu tak kan pernah bisa mengenyangkan perut ayahnya yang harus bekerja keliling kampung dengan membawa beban berat sebagai sebagai tukang cobek dan ulekan.


Faqih teringat sesuatu, ia beranjak dari duduknya, lalu mengambil kaleng bekas ikan sarden dan mengambil isinya berupa sejumlah  uang recehan yang ia kumpulkan selama ini. Ia mengambil uang recehan itu dan menyodorkannya kepada bapaknya.


"Bapak, ini uang tabungan Faqih, beli nasi yang banyak ya Pak.  Bapak jangan makan bekas Faqih lagi.  Besok Faqih jual karet gelang lagi, biar nambah tabungan Faqih untuk beli nasi yang banyak buat kita"


Berdesir hati Bapak melihat uang recehan yang tak seberapa di tangannya.  Hatinya menjerit.  Anak piatunya, yang sejak setahun yang lalu telah ditinggal mati ibunya, kini masih berumur tujuh tahun tapi sudah menyantuninya uang untuk bisa  membuatnya merasakan kenyang makan. Bapak berlutut dan menatap mata bening anak kecil darah dagingnya itu :


"Faqih simpan saja uangmu ini nak, biar Bapak yang cari uang untuk beli nasi yang banyak buat kita ya"


Bapak memeluk Faqih dengan kesedihan, dan melanjutkan kata-katanya :


"Faqih, maafkan Bapak belum bisa membuatmu kenyang nak, do'akan bapak sehat ya, biar Faqih bisa makan, bisa sekolah". Suara Bapak tercekat.


Faqih terdiam, ia melihat ada bulir air di mata orang tua satu-satunya ini, jarang sekali ia melihatnya. Bapak orang yang tegar, namun kali ini ia tak melihatnya. Dengan tangan mungilnya Faqih mengusap air mata di pipi bapaknya, dengan suara khas kanak-kanaknya Faqih berkata :


"Bapak jangan sedih,  kata Ibu, kita bisa kenyang nanti kalau sudah di Syurga. Kata Ibu, di Syurga itu banyak orang miskin seperti kita, tapi kita harus sholeh dulu. Di syurga nanti, kita bisa makan nasi yang disimpan di tempat pemanas nasi kayak punya temen Faqih, jadi nasinya hangat terus".
Faqih mencoba menghibur bapaknya dengan sedikit tambahan imajinasinya.


Meluap air mata Bapak, dipeluknya Faqih semakin erat, tangis menggejolak di dalam dada, ia berbisik dalam hatinya :
"Ya Allah, kasihi anakku ini Gustii..., sayangi dia....." 


Berapa banyak orang yang lapar disekeliling kita, namun tak sadar kita sering mengabaikannya. Berpiring-piring nasi sisa yang kita buang ternyata amat berharga untuk orang-orang seperti mereka. Terlalu banyak orang yang lapar, terlalu banyak cerita kesedihan. Semoga Ramadhan kali ini mengingatkan kita akan tanggung jawab kita atas hak-hak mereka yang tak terpenuhi. Belajar menjalankan yang disabdakan Nabi kita tercinta Muhammad saw :"Cintailah orang-orang yang miskin ".


PS : Foto Illustrasi diculik dari : http://syair79.wordpress.com/2010/05/29/hitam-putih-kehidupan-misra-cerpen/


Sunday, August 15, 2010

Bahagia.........Milik Siapa ? *Celotehku di Bulan Agustus*

Setidaknya menurut pendapatku.......


Bahagia itu bukan milik orang yang diam, tak bergeming dengan masalah disekelilingnya
Bahagia itu milik orang yang perduli, bersedia membantu sesama.



Bahagia itu bukan milik orang yang menyesali kesulitannya
Bahagia itu milik orang yang terbuka hati dan akalnya untuk mencari solusi permasalahannya.


Bahagia itu bukan milik orang yang merasa memiliki ilmu yang banyak, sibuk berdebat menentang semua ide dan fakta yang berbeda
Bahagia itu milik orang yang menerima perbedaan, sebagai suatu tanda kebesaran Tuhan



Bahagia itu bukan milik orang yang marah, senang mencaci, memaki negara, pemimpin dan bangsanya sendiri. Sementara ia makan dan minum, beranak pinak dan menghabiskan usia didalamnya.
Bahagia itu milik orang yang berkeringat dan lelah memperbaiki kekurangan-kekurangan negerinya, yang menetes air matanya mendo'akan keadaan bangsa, negara dan tanah airnya agar Tuhan berkenan mengangkat derajat dan martabatnya dalam kebenaranNYA.


Bahagia itu bukan milik orang yang selalu mengingat kesalahan insan
Bahagia itu milik orang yang memiliki banyak persediaan maaf dan ampunan


Bahagia itu bukan milik orang yang sibuk mengejar apa yang bukan miliknya
Bahagia itu milik orang yang memandang besar apa yang ada di dalam genggamannya dan mensyukurinya.


Bahagia itu bukan milik orang yang sulit dan tak bisa mencintai apa yang telah menjadi miliknya (keluarganya, masyarakatnya, negerinya)
Bahagia itu milik orang yang menemukan banyak kesempatan belajar saat menemukan kekurangan-kekurangan dari yang telah dititipkan Tuhan kepadanya.


Bahagia itu bukan milik orang yang mempertanyakan keadilan Tuhan
Bahagia itu milik orang yang pandai menyadari bahwa lebih banyak nikmat yang dia terima dibanding kesusahannya.



Bahagia itu bukan milik orang yang berputus asa untuk menjangkaunya
Bahagia itu milik orang yang merasa sudah memilikinya sejak ia dilahirkan ibunya


Bumi ini bumi milikNYA, sebagaimana segala yang terlihat ada adalah juga milikNYA.
Kita lahir tak membawa apa-apa, hadir ke dunia hanya singgah sementara'
Untuk apa "merusaknya", jika tak dapat mempertanggungjawabkannya.
Tak ada yang salah dengan cita-cita untuk memperbaiki keadaan, namun bukan berarti harus mengingkari dan mencampakkan kebaikan yang sudah ada di tangan.

Jadi, selamat menemukan kebahagiaan yaaaa....