Wednesday, March 16, 2011

Sampan Kayu Tua

Sampan kayu tua terayun-ayun
Dindingnya lemah berlubang sudah
Badai seharian ini telah mengoyak lambung rentanya
Dan burung pelikan hanya menatapnya kosong


Angin Timur masih berhembus kencang
Dan sampan kayu tua tak hendak menghentikan lajunya
Dipilihnya larik-larik gelombang yang tengah murka
Sekali deburan lagi ia akan terhempas


Lalu mengapa rindu itu masih bersemayam
Bukankah telah berlalu cinta semusim itu ?
Sedang daun-daun telah berguguran
Dan  burung gereja telah bermunculan


Sampan kayu tua menepi
Mencari-cari pasir pijakan tak pasti
Melarung jejak di lautan badai
Menenggelamkan diri di dalam sunyi

6 comments:

catatan kecilku said...

Kelelahan, ketidakberdayaan dan kesunyian... itulah yang aku rasakan setelah membaca puisi di atas mbak.

the others.... said...

Mbak Winny memiliki kemampuan untuk menyampaikan suatu pesan melalui kekuatan kata2. Salut deh.

arai said...

sampannya sudah renta mba?
mungkin sudah saatnya untuk istirahat mba. :)

kunjungan pertama, salam kenal mba. :)

nietha said...

mbak winny.. di MP nita juga lupa username nya apaan :-((

h35ti Ibunya Zidan said...

kalo aku kok susah ya buat puisi kayak gini
hebat nih mbak winy, masih aktif berkarya dengan puisinya ... :D

Sugito Kronjot said...

dan burung-burung gereja saling bersiul
menyanyikan lagu-lagu cinta mereka
mendendangkan kehidupan mereka
diatas hamparan dedaunan
dibawah tebaran mekar bunga rindu....

:D

heheheh...

#kunjunganperdana