Wednesday, March 30, 2011

Sumedang Larang

Tanah merah saga
Tak menyisakan langitnya jingga
Sang kujang tercerabut dari sangkurnya
Entah siapa yang diincarnya


Sumedang sedang garang kini
Cadas-cadasnya memanas terbakar entah
Apakah surya telah tak seramah dahulu ?
Saat Tajimalela belumlah menjadi legenda


Menelusuri tanah para Hyang
Menapak tilasi reruntuhan Pajajaran
Larut...
Tenggelam...


Nun jauh disana


Bumi pasundan anggun membentang gaun kabutnya
Hijau permadani mahoni dan jati masih menyelimuti perbukitan
Tempat laras degung menari-nari di pematang sawahnya
Dan gelik kecapi suling memanggil-manggil dari cikahuripan


Sungai Cipeles beriak gemintang airnya
Gemericiknya di sela-sela bebatu mengelus-elus jiwa
Tempat putri-putri galuh berendam kesejukan
Bertabir kain dari tatapan pangeran-pangeran Sunda


Setiap kerikilnya pernah menjadi saksi
Saat Ratu Harisbawa telah jatuh hati
Kepada Prabu Geusan Ulun diperuntukkan kidung-kidung cintanya
Membakar jiwa sang Panembahan
Memantik api peperangan


Tak habis-habis kisah Sumedang Larang
Romantika terus berkelindan di bumi parahyangan
Menjerang ingatan
tak hendak dilupakan


Kupungut setangkai bunga perdu
Nanar...
Memandang tanah Pasundan....

6 comments:

insani cita said...

sumedang oh sumedang....
aku suka tahu-nya

catatan kecilku said...

mbak.. tulisannya bagus, gak jadi dibukukan?

Apa kabar mbak...? miss you...

the others.... said...

Tante... shasa belum pernah ke sumedang, lho.

arai said...

aku pernah ke sumedang mba!
ke cadas pangeran

Sukadi said...

Keindahan tersirat, tapi sayang saya belum pernah menginjakkan kaki di tanah pasundan he.he..

Unknown said...

puisi ttg sumedang yg luar biasa