Tuhan
Siapakah DIA
DIA-kah yang dikabarkan orang Yang selalu Ada bersamamu ?
Benar, DIA-lah Tuhan
Yang tak pernah berhenti merawat dan memelihara bahkan disaat kau terluka dan merasa sendiri tak punya siapa.
Disaat kau selalu melupakanNYA, DIA terus menjaga.
Disaat kau merasa kehilangan bintang di langit malam,sesungguhnya DIA tengah mengaruniakan kedamaian di hatimu dengan suara hewan malam di keheningan gulita.
Disaat kau merasa kehilangan hangat sinar MentariNYA, sesungguhnya DIA tengah melimpahkan keteduhan siang untuk penawar lelahmu.
Disaat kau merasa kehilangan cinta seseorang, sesungguhnya DIA tengah menatapmu lebih lekat dan menyiapkan kebahagiaan lain yang tak pernah kau duga.
Disaat kau merasa kehilangan, sesungguhnya DIA tengah memberimu.
Belajarlah memandang dengan hati, bukan hanya mata kasat dan logika yang sering menipu.
Sungguh Tuhan tak pernah meninggalkanmu
Dia selalu bersamamu walau sering kau " tak-mengacuhkanNYA"
Dia tak putus memberi, walau kau tak pernah meminta.
Dia terus menyayangi, walau kau sering tak perduli.
Jangan pernah takut untuk 'berlari', menggapai mimpimu, DIA akan "membantumu", menjagamu kala kau semakin kencang, dan mengobatimu kala kau terjatuh dan terluka.
Jangan pernah ragu akan kesetiaanNYA, DIA ada didadamu manakala kau selalu mengingatNYA
DIA bersamamu, bersama setiap detak jantungmu, bersama setiap denyut nadimu, bersama setiap hela nafasmu.
Maka tak perlu berteriak untuk memanggilNYA karena DIA teramat dekat
Tak perlu kau menarik perhatianNYA karena DIA selalu "menatap"
Tak perlu menghardikNYA mempertanyakan do'a yang kau anggap tak terjawab, karena DIA selalu memberi setiap detik setiap waktu.
Tak perlu kau menjauh menghindariNYA, karena DIA akan selalu menemukanmu
DIA-lah penciptaMU, yang Membentuk setiap noktah sel tubuhmu
Yang Memperjalankan setiap aliran darahmu
Yang Menggerakkan setiap degup jantungmu
Yang Mengetahui setiap yang terlintas di benakmu
Yang Membaca setiap desir hatimu
Yang Menyembuhkanmu kala kau sakit
Yang Menghiburmu kala kau berduka
Yang bersama di kesendirian dan ramaimu
Dia lah TuhanMU
Yang Menyayangimu, Yang MengasihiMU
Tuesday, November 23, 2010
Wednesday, November 17, 2010
Mudahnya Ikhlas...
Dua hari ini banyak yang mengangkat tema Idul Adha yang nota bene membicarakan Qurban. Jika diamati, hampir semua media mengangkat hal ini termasuk siapa saja dari tokoh-tokoh masyarakat yang berqurban hari kemarin dan tak ketinggalan berita tentang berjubelnya masyarakat dari kalangan yang lain mengantri untuk mendapatkan jatah daging hewan qurban tersebut. Tak jarang drama insiden terjadi semakin menyakiti rasa keadilan ini, melihat kaum wanita dan anak-anak yang seharusnya terlindungi terinjak-injak orang di kerumunan pengantri jatah daging hewan qurban tersebut.
Salah satu moment yang sudah menjadi rutinitas tahunan, namun nampakya telah kehilangan banyak maknanya di benak dan hati orang-orang yang merayakannya. Walaupun tak dipungkiri, jika melihat kuantitas, semakin banyak orang yang melaksanakan ibadah yang satu ini. Dari kalangan pejabat negara dan orang-orang ternama lainnya yang memiliki harta berlimpah seakan berlomba-lomba menyerahkan hewan Qurban dengan harga yang tinggi dan kualitas hewan yang terbaik.
Hanya saja apakah semua ini adalah cermin dari keikhlasan seperti yang telah diteladankan oleh sang perintisnya yaitu sang kekasih Allah Nabi Ibrahim as. Jika jawabannya belum, tentu semua orang yang berqurban dapat memahami, namun adakah setiap orang yang berqurban juga mau dan bertekad untuk meneladani ? Inilah pertanyaannya. Dan jawaban dari semua ini tercermin dari kehidupan kita sendiri.
Jika dalam masyarakat yang masih diselimuti oleh kereligiusan ini masih berseliweran jiwa-jiwa yang korup, ini menjadi pertanda, bahwa keihlasan umat atas aktivitas berkehidupannya masih diragukan. Bagaimana dapat dikatakan ikhlas, jika walaupun dia bekerja di instansi yang mengatas namakan kepentingan masyarakat namun pada faktanya adalah tempat dirinya memperkaya diri sendiri dengan cara mencurangi hak-hak orang lailn.
Kasus-kasus korupsi bermula pada telah hilangnya ikhlas dalam dada setiap pelakunya. Dia telah menjadikan kepentingan diri dan keluarganya satu-satunya alasan beraktivitas. Maka demi kepentingannya sendiri, dia rela bekerja habis-habisan, berkorban waktu dan tenaga, berkorban kebersamaan dengan keluarganya (yang dijadikannya tujuan), berkorban karena telah mempertaruhkan kehormatan dan masa depannya jika ketahuan korupsi dan sebagainya.
Bagaimana bisa dikatakan berqurban jika sepanjang hidupnya mengabaikan nasib orang lain dalam harta yang diamanahkan kepadanya untuk dia nikmati sendiri. Bagaimana bisa dikatakan berqurban jika selama usianya tak perduli akibat perbuatannya atas kesengsaraan ribuan saudara sebangsanya gara-gara apa yang
Hati masih berharap banyak dengan fenomena ini, harus selalu ada rasa syukur mengiringi segala keironisan. Karena hakikat berqurban adalah keikhlasan. Ikhlas itu suatu keadaan dimana hati kita kosong dari segala sesuatu pada saat melakukan perbuatan yang baik, kecuali yang ada hanyalah Allah sebagai maksud dan tujuannya. Maka adakah kita telah menjadikan Allah sebagai sebab dan tujuan dari ibadah qurban ini, adalah hanya Tuhan sendiri yang tahu, sedangkan kita sesama manusia hanya dapat menilai dari yang tersurat dan tersirat
Berqurban aslinya adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan kita sendiri yang rakus, yang tak pernah puas dengan apa yang telah diberikan Tuhan sehingga bersedia untuk menyikut sana-sini demi kepuasan diri sendiri.
Bicara Qurban sesungguhnya bicara tentang keikhlasan, mempersembahkan yang terbaik yang kita miliki demi mengagungkan Tuhan semesta alam yang imbasnya adalah kebaikan untuk sesama makhlukNYA. Akan mudah sekali untuk merasakan ikhlas manakala kita telah berusaha memmbersihkan diri dari segala kepentingan *walau hanya sebuah nama baik.*
Salah satu moment yang sudah menjadi rutinitas tahunan, namun nampakya telah kehilangan banyak maknanya di benak dan hati orang-orang yang merayakannya. Walaupun tak dipungkiri, jika melihat kuantitas, semakin banyak orang yang melaksanakan ibadah yang satu ini. Dari kalangan pejabat negara dan orang-orang ternama lainnya yang memiliki harta berlimpah seakan berlomba-lomba menyerahkan hewan Qurban dengan harga yang tinggi dan kualitas hewan yang terbaik.
Hanya saja apakah semua ini adalah cermin dari keikhlasan seperti yang telah diteladankan oleh sang perintisnya yaitu sang kekasih Allah Nabi Ibrahim as. Jika jawabannya belum, tentu semua orang yang berqurban dapat memahami, namun adakah setiap orang yang berqurban juga mau dan bertekad untuk meneladani ? Inilah pertanyaannya. Dan jawaban dari semua ini tercermin dari kehidupan kita sendiri.
Jika dalam masyarakat yang masih diselimuti oleh kereligiusan ini masih berseliweran jiwa-jiwa yang korup, ini menjadi pertanda, bahwa keihlasan umat atas aktivitas berkehidupannya masih diragukan. Bagaimana dapat dikatakan ikhlas, jika walaupun dia bekerja di instansi yang mengatas namakan kepentingan masyarakat namun pada faktanya adalah tempat dirinya memperkaya diri sendiri dengan cara mencurangi hak-hak orang lailn.
Kasus-kasus korupsi bermula pada telah hilangnya ikhlas dalam dada setiap pelakunya. Dia telah menjadikan kepentingan diri dan keluarganya satu-satunya alasan beraktivitas. Maka demi kepentingannya sendiri, dia rela bekerja habis-habisan, berkorban waktu dan tenaga, berkorban kebersamaan dengan keluarganya (yang dijadikannya tujuan), berkorban karena telah mempertaruhkan kehormatan dan masa depannya jika ketahuan korupsi dan sebagainya.
Bagaimana bisa dikatakan berqurban jika sepanjang hidupnya mengabaikan nasib orang lain dalam harta yang diamanahkan kepadanya untuk dia nikmati sendiri. Bagaimana bisa dikatakan berqurban jika selama usianya tak perduli akibat perbuatannya atas kesengsaraan ribuan saudara sebangsanya gara-gara apa yang
Hati masih berharap banyak dengan fenomena ini, harus selalu ada rasa syukur mengiringi segala keironisan. Karena hakikat berqurban adalah keikhlasan. Ikhlas itu suatu keadaan dimana hati kita kosong dari segala sesuatu pada saat melakukan perbuatan yang baik, kecuali yang ada hanyalah Allah sebagai maksud dan tujuannya. Maka adakah kita telah menjadikan Allah sebagai sebab dan tujuan dari ibadah qurban ini, adalah hanya Tuhan sendiri yang tahu, sedangkan kita sesama manusia hanya dapat menilai dari yang tersurat dan tersirat
Berqurban aslinya adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan kita sendiri yang rakus, yang tak pernah puas dengan apa yang telah diberikan Tuhan sehingga bersedia untuk menyikut sana-sini demi kepuasan diri sendiri.
Bicara Qurban sesungguhnya bicara tentang keikhlasan, mempersembahkan yang terbaik yang kita miliki demi mengagungkan Tuhan semesta alam yang imbasnya adalah kebaikan untuk sesama makhlukNYA. Akan mudah sekali untuk merasakan ikhlas manakala kita telah berusaha memmbersihkan diri dari segala kepentingan *walau hanya sebuah nama baik.*
Thursday, November 11, 2010
Rayuan Pulau Kelapa
Semalam mati lampu cukup lama. Untuk menghibur anak-anak yang kurang nyaman dengan suasana yang gelap dan sunyi, aku coba menyanyikan lagu-lagu sekalian menina-bobokan mereka dengan lagu Bintang Kecil, O Ayah dan Ibu, Insan Utama, Ambilkan Bulan Bu dan Pelangi.
Tidak tahu kenapa, tiba-tiba terfikir untuk menyanyikan lagu nasional Rayuan pulau Kelapa yang sudah "berabad-abad" hilang dari playlist benakku. Saat menyanyikan lagu itu, anakku yang tadi ikut mengikuti nyanyianku terdiam (mungkin karena sudah mengantuk juga), dan tiba-tiba muncul rasa haru setiap menyebutkan satu demi satu baitnya. Merasakan betapa besarnya karunia Tuhan atas negriku ini; keindahan panoramanya, kekayaan sumber alamnya, keramahan penduduknya, keaneka ragaman agama, bahasa dan budayanya. Banyak sekali yang Tuhan berikan untuk kita semua di negeri ini.
Tidak terasa mataku berkaca-kaca malam tadi, dan keharuan membuat suaraku jadi tidak stabil.
Dan tahukah apa yang membuatku lalu tersenyum malam itu ?
Adalah melihat anak dan suamiku tertidur karena lagu Rayuan Pulau Kelapa itu walau hanya diiringi dentingan gitarku.
*Semoga kita menjadi hamba-hambaNYA yang pandai bersyukur kepadaNYA ya nak. Dapat memuliakan kehidupan ini dengan benar sesuai kehendakNYA,amiin
Selamat tidur sayang *
Tidak tahu kenapa, tiba-tiba terfikir untuk menyanyikan lagu nasional Rayuan pulau Kelapa yang sudah "berabad-abad" hilang dari playlist benakku. Saat menyanyikan lagu itu, anakku yang tadi ikut mengikuti nyanyianku terdiam (mungkin karena sudah mengantuk juga), dan tiba-tiba muncul rasa haru setiap menyebutkan satu demi satu baitnya. Merasakan betapa besarnya karunia Tuhan atas negriku ini; keindahan panoramanya, kekayaan sumber alamnya, keramahan penduduknya, keaneka ragaman agama, bahasa dan budayanya. Banyak sekali yang Tuhan berikan untuk kita semua di negeri ini.
Tidak terasa mataku berkaca-kaca malam tadi, dan keharuan membuat suaraku jadi tidak stabil.
Dan tahukah apa yang membuatku lalu tersenyum malam itu ?
Adalah melihat anak dan suamiku tertidur karena lagu Rayuan Pulau Kelapa itu walau hanya diiringi dentingan gitarku.
*Semoga kita menjadi hamba-hambaNYA yang pandai bersyukur kepadaNYA ya nak. Dapat memuliakan kehidupan ini dengan benar sesuai kehendakNYA,amiin
Selamat tidur sayang *
Wednesday, November 3, 2010
Jangan Yang Tersisa Untuk Insan Yang Mulia .........
Sejak Ibu mengetahui kehadiranmu dalam rahimnya
Hanya cinta dan kerinduan yang membuatnya diam dan bergerak
Telah berganti segala hasrat
Hanya ingin bertemu 'penyejuk mata' dalam kandungan
Dan sejak Ayah menyadari akan kemunculan sang tumpuan harapan
Hanya keberanian dan tanggung jawab yang membuatnya datang dan pergi
Telah berganti segala tekad
Hanya ingin berjumpa 'buah hati' dalam buaian
Ibu menisik sulaman do'a-do'a
Ayah membanting tulang menguras kekuatan
Bersama-sama menjemput harapan
Akan kehadiran putra putri yang dirindukan
Jika saatnya tiba
Tak hilang segala pengorbanan
Seribu sakit di tubuh Ibu menjadi satu
Bersimbah darah menyambut sang tamu
Ayah menjaga, Ibu mengasuh
Letih dan lelah menjadi teman
Ayah bekerja, Ibu mengayomi
Berlimpah segala pengorbanan
Hingga kau tumbuh dewasa dan menjauh pergi
Tak berhenti Ayah dan Ibu memberi
Kebahagiaanmu menjadi mimpi indahnya
Kesulitanmu adalah tangis-tangis malamnya
Tak ada jeda kasih sayangnya
Tak ada henti do'a-do'a tulusnya
Namun bagaimana keadaanmu atas mereka ?
Jika ada waktu dan tenagamu tersisa, baru kau luangkan untuk sekedar mengunjungi mereka
Jika ada uang dan hartamu tersisa baru kau sisihkan untuk sekedar "jajan" mereka
Jika ada ruang di rumahmu tersisa baru kau persilahkan menjadi tempat berteduh mereka
Jika ada sedikit bakatmu tersisa baru kau tuliskan puisi sederhana untuk mereka
Jika ada ingatanmu tersisa baru kau panjatkan do'a pendek untuk mereka
Sedang selama hidup sejak kau dilahirkan
Ayah dan Ibu selalu memberikan yang terbaik mereka
Masa muda telah habis untuk mencintaimu
Walau siapapun berkata itu telah menjadi kewajiban mereka
Namun tetaplah kau tak lebih berharga dibanding jerih payah mereka telah menyayangi dan mencinta
Seberapa besarpun kau berusaha menggantinya
Tak pernah bisa kau membayar harga pengorbanan dan ketulusan mereka
Kini tinggallah pertanyaan besar...
Mengapa Allah telah berfirman
Bahwa Ayah dan Ibu semua insan
Telah menjadi yang kedua setelah Tuhan
Tempat syukur setiap anak dipersembahkan
Bukan yang tersisa dari waktumu untuk menemui Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat sangat merindukan kehadiranmu
Bukan yang tersisa dari hartamu untuk mencukupi Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat malu menengadahkan tangan kepadamu
Bukan yang tersisa dari rumahmu untuk menjaga dan merawat Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat malu untuk "merepotkanmu"
Bukan yang tersisa dari budi pekertimu untuk memuliakan Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat malu untuk memohon perhatianmu
Bukan yang tersisa dari ingatanmu untuk mendo'akan Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat malu untuk mengharap kesetiaanmu
Walau bagaimanapun keadaan tuan
Baik kelapangan ataupun kesempitan
Jangan yang tersisa yang kau berikan
Kepada orang tua yang melahirkan membesarkan
Hanya satu yang Tuhan berikan kesempatan untukmu
Membahagiakan Ibu dan Ayahmu
Dengan yang terbaik yang kau bisa
Seperti yang terbaik yang kau beri untuk anak-anakmu
Serta menyertakan mereka dalam setiap do'a-do'amu
Jangan beri yang tersisa dari yang kau punya
Untuk insan yang berkorban nyawa dan harta
Sebelum tiba masanya...
Kau ingin memberi segala
Namun telah tak bisa
Karena mereka telah tiada.....
"Rabbigfirly waaliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani shagiiraa...'
"Wahai Tuhan kami ampunilah kami serta orang tua kami. Dan sayangilah orang tua kami sebagaimana mereka telah menyayangi kami..."
Allahumma Aamiin
Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan untuk orang tua kita semua, aamiin
Bogor, 3 November 2010
________________________________________________________________
Sebuah catatan untuk diri sendiri, setelah kemarin Ibu ingin pulang sementara ke Bandung padahal beliau belum terlalu sehat walaupun kondisinya mulai membaik ( "Kangen rumah" katanya).
Monday, November 1, 2010
Sekali Lagi Tentang Keragaman
Kalau sedang sendirian, yang paling menyenangkan buatku salah satunya adalah main gitar. Bisa agak tenang gubah lagu (amatiran buat koleksi pribadi) atau sekedar nyanyi ngetan ngulon (ngaler ngidul kan buat ngobrol).
Kalau suatu hari ada snar gitar yang putus karena terlalu kencang aku plintir waktu atur nada dasarnya, pasti aku cari maximal 2 hari harus sudah dapat snar pengganti. Karena rasanya tidak enak aja punya gitar nggak ready to used. Kehilangan satu snar untuk seorang gitaris adalah "bencana", apalagi gitaris profesional yang mencari rezekinya dari hasil memetik dawai gitarnya. Kehilangan satu dawai gitar berarti tak ada musik yang bisa dimainkan dengan benar, tak ada nada indah yang bisa didengar.
Bermain gitar hari ini mengingatkanku pada film yang dibuat teman-teman hebat MP-ku "Dari Republik Multinesia Untuk Republik Indonesia" yang sinopsisnya diulas oleh mas Luqman dalam Review-nya. Karena sudah terulas secara baik dan lengkap oleh sutradaranya sendiri, maka aku disini tidak akan mereview lagi film tersebut, silahkan ditonton sendiri yang tentunya penilaian akan sesuai dengan pandangan yang menonton sendiri-sendiri.
Melihat film itu entah kenapa aku justru lebih tertarik pada durasi terakhir penayangannya, yaitu saat film itu mulai memperlihatkan kebersamaan teman-teman saat mempersiapkan film itu dengan backsound lagu yang membuat hati ikut terharu. Teman-teman dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda mampu mewujudkan sebuah film sederhana dengan isi yang sarat makna. Teman-temanku bersahabat dalam perbedaan yang mereka punya, jauh sebelum film ini bahkan direncanakan. Persahabatan yang dimulai dari dunia tulis menulis di dunia maya yang secara alami mendekatkan mereka satu persatu, dan bahkan akupun mulai merasa masuk ke dalam dunia mereka yang sederhana yaitu kecintaan mereka terhadap persaudaraan tanpa memandang perbedaan yang ada yang memang telah diberikan Tuhan sebelumnya. Perbedaan itu bahkan membuat mereka berada dalam kebersamaan. Sekali lagi aku melihat postingan teman di jurnal mbak Nita, membuat aku berkali-kali merasa tersentuh dengan kebersamaan mereka.
Jika mau memandang secara lebih luas, pada dasarnya segala yang terjadi dalam dinamika kehidupan kita juga berawal dari perbedaan. Perbedaan yang saling mengisi, yang saling membangun. Tidak berdiri rumah kita jika tidak dibangun atas perbedaan bahan bangunannya, apa jadinya jika semua bahan bangunan jika hanya terdiri dari pasir saja, atau semen saja atau kayu saja. Tidak ada manusia yang dirinya hanya terdiri dari otak saja, atau jantung saja, atau ruh saja, atau hati saja. Dia membutuhkan raga, membutuhkan ruh, membutuhkan hati, membutuhkan rasa agar dapat disebut sebagai manusia. Demikian pula bangsa ini, negara ini, membutuhkan perbedaan yang saling bersinergi untuk eksistensinya. Membutuhkan keragaman yang saling menjaga untuk menambah kekuatannya. Tak bisa negara ini berdiri dengan adanya saling mengutuk perbedaan sesama saudara sebangsanya. Tak bisa tanah air kita ini berjaya dengan adanya saling menyerang perbedaan sesama saudara senegaranya.
Seperti gitar yang tak dapat melahirkan dentingan indah tanpa satu snarnya , maka kitapun tak bisa kehilangan satupun teman,saudara, siapapun penghuni negeri di bumi Tuhan ini kecuali dalam keputusan taqdirNYA, kita hanya akan terus bermimpi akan perdamaian di negeri ini, jika tak bisa saling menghargai dan memuliakan perbedaan masing-masing.
Mengenang kembali keragaman yang dirayakan tanggal 30 Oktober 2010 kemarin, semoga perbedaan diantara kita, benar-benar akan menjadi rahmat untuk kita semua.
Kalau suatu hari ada snar gitar yang putus karena terlalu kencang aku plintir waktu atur nada dasarnya, pasti aku cari maximal 2 hari harus sudah dapat snar pengganti. Karena rasanya tidak enak aja punya gitar nggak ready to used. Kehilangan satu snar untuk seorang gitaris adalah "bencana", apalagi gitaris profesional yang mencari rezekinya dari hasil memetik dawai gitarnya. Kehilangan satu dawai gitar berarti tak ada musik yang bisa dimainkan dengan benar, tak ada nada indah yang bisa didengar.
Bermain gitar hari ini mengingatkanku pada film yang dibuat teman-teman hebat MP-ku "Dari Republik Multinesia Untuk Republik Indonesia" yang sinopsisnya diulas oleh mas Luqman dalam Review-nya. Karena sudah terulas secara baik dan lengkap oleh sutradaranya sendiri, maka aku disini tidak akan mereview lagi film tersebut, silahkan ditonton sendiri yang tentunya penilaian akan sesuai dengan pandangan yang menonton sendiri-sendiri.
Melihat film itu entah kenapa aku justru lebih tertarik pada durasi terakhir penayangannya, yaitu saat film itu mulai memperlihatkan kebersamaan teman-teman saat mempersiapkan film itu dengan backsound lagu yang membuat hati ikut terharu. Teman-teman dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda mampu mewujudkan sebuah film sederhana dengan isi yang sarat makna. Teman-temanku bersahabat dalam perbedaan yang mereka punya, jauh sebelum film ini bahkan direncanakan. Persahabatan yang dimulai dari dunia tulis menulis di dunia maya yang secara alami mendekatkan mereka satu persatu, dan bahkan akupun mulai merasa masuk ke dalam dunia mereka yang sederhana yaitu kecintaan mereka terhadap persaudaraan tanpa memandang perbedaan yang ada yang memang telah diberikan Tuhan sebelumnya. Perbedaan itu bahkan membuat mereka berada dalam kebersamaan. Sekali lagi aku melihat postingan teman di jurnal mbak Nita, membuat aku berkali-kali merasa tersentuh dengan kebersamaan mereka.
Jika mau memandang secara lebih luas, pada dasarnya segala yang terjadi dalam dinamika kehidupan kita juga berawal dari perbedaan. Perbedaan yang saling mengisi, yang saling membangun. Tidak berdiri rumah kita jika tidak dibangun atas perbedaan bahan bangunannya, apa jadinya jika semua bahan bangunan jika hanya terdiri dari pasir saja, atau semen saja atau kayu saja. Tidak ada manusia yang dirinya hanya terdiri dari otak saja, atau jantung saja, atau ruh saja, atau hati saja. Dia membutuhkan raga, membutuhkan ruh, membutuhkan hati, membutuhkan rasa agar dapat disebut sebagai manusia. Demikian pula bangsa ini, negara ini, membutuhkan perbedaan yang saling bersinergi untuk eksistensinya. Membutuhkan keragaman yang saling menjaga untuk menambah kekuatannya. Tak bisa negara ini berdiri dengan adanya saling mengutuk perbedaan sesama saudara sebangsanya. Tak bisa tanah air kita ini berjaya dengan adanya saling menyerang perbedaan sesama saudara senegaranya.
Seperti gitar yang tak dapat melahirkan dentingan indah tanpa satu snarnya , maka kitapun tak bisa kehilangan satupun teman,saudara, siapapun penghuni negeri di bumi Tuhan ini kecuali dalam keputusan taqdirNYA, kita hanya akan terus bermimpi akan perdamaian di negeri ini, jika tak bisa saling menghargai dan memuliakan perbedaan masing-masing.
Mengenang kembali keragaman yang dirayakan tanggal 30 Oktober 2010 kemarin, semoga perbedaan diantara kita, benar-benar akan menjadi rahmat untuk kita semua.
Subscribe to:
Posts (Atom)