Menonton film itu membuatku ingat dengan keponakanku. Dia bisa mendapatkan profesi sesuai dengan kata hatinya. Keponakanku Erin namanya, sangat suka dengan kucing sejak kecil. Orang tuanya (kakakku) penyayang binatang, ada banyak peliharaan di kebunnya, dan kucing ini termasuk peliharaan yang dibiarkan berkeliaran di dalam rumah. Erin dan kedua adik perempuannya semua sama mencintai binatang berbulu lebat ini.
Aku tidak menduga, perjalanan hidup Erin membawanya pada profesi yang ia inginkan. Setelah lulus dari SMA di daerahnya ia melanjutkan pendidikannya ke jurusan peternakan di IPB Bogor. Dan menyelesaikan seluruh pendidikan kedokteran hewannya di UGM Yogya.
Bahagiaku untuknya, sekarang ia sudah menikah dan mengandung anaknya yang pertama, bersama suami dari bidang profesi yang hampir sama ia nampak sangat menikmati hari-harinya.
Yang pake kerudung hitam ini Erin
Erin dan teman-teman berpose didepan kandang sapi, suami Erin di belakang asyik dengan pasiennya :)
Banyak dari kita yang menjalani profesinya tidak sesuai dengan hati nuraninya, membuat pelakunya berat menjalaninya. Jangankan untuk bisa berdedikasi dan berintegritas, mau disiplin aja sulit. Makanya menurutku banyak kejadian diberitakan di TV seperti PNS ( yang bukan PNS juga banyak) sering bolos atau mangkir, pas jam kerja keluyuran di mall-mall, menurutku mereka adalah orang-orang yang kurang mencintai pekerjaannya. Hanya mengharapkan salarynya aja, nggak fair memang.
Apa yang aku "lihat" di film yang tersebut di atas bisa menjadi inspirasi untuk kita semua, untuk mengikuti kata hati dalam memutuskan profesi apa yang akan kita pilih dalam kehidupan kita, sebelum kita menyesalinya.
Banyak orang tua (mungkin termasuk kita sendiri) sering memaksakan kehendak kepada anak-anak kita, disadari atau tidak. Memasukkan mereka ke sekolah-sekolah tertentu untuk mengarahkan masa depan mereka. Menyuruh mereka les ini dan itu yang melelahkan otak dan hati mereka, karena belum tentu itu yang mereka suka dan inginkan walau dari "luar" mereka tampak enjoy-enjoy saja.
Kita lebih menginginkan mempunyai anak yang otaknya jenius daripada anak yang berani menghadapi kehidupan dengan apa yang ia punya. Kita lebih menginginkan memilik anak yang terkenal daripada anak yang bahagia dengan masa kecilnya. Kita lebih menginginkan memiliki anak yang asal punya pekerjaan di masa dewasanya daripada anak yang berintegritas tinggi terhadap pekerjaannya apapun itu. Tak heran banyaknya koruptor di masa kini menurutku juga karena mereka tidak benar-benar mencintai pekerjaannya, hanya mengambil "manfaatnya" saja untuk memperkaya dirinya sendiri.
Banyak kita lihat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita, jika bapaknya polisi cenderung akan mengarahkan anaknya jadi polisi juga, jika bapaknya tentara cenderung akan mengarahkan anaknya jadi tentara juga, orang tuanya guru maka anak-anaknya pasti ada yang menjadi guru juga, orangtuanya dokter maka anak-anaknya tidak akan jauh-jauh dari profesi itu.
Memang tidak salah jika orang tuanya seorang pengusaha menginginkan anaknya jadi pengusaha juga atau profesi-profesi lain. Tapi kita tidak boleh mengabaikan kata hati anak, mereka juga memiliki hak untuk bahagia dengan profesinya kelak.
Sebagai orang tua yang mencintai mereka kita bisa membaca apa minat mereka sejak kecil, apa saja kecenderungannya, apa yang mereka minati. Kemudian membantu memberikan gambaran kepada anak-anak kita tentang apa yang disukainya dan kemungkinan-kemungkinannya di masa depan.
Alhamdulillah, aku sendiri telah merasakannya, bagaimana memiliki profesi yang sesuai dengan minat dan bakatku sendiri. Aku dapat melakukan hobyku sekaligus mendapatkan bonusnya berupa salary yang cukup dalam pandanganku. Yang penting aku bahagia, dan ketika kita bahagia menjalani profesi kita, maka secara otomatis kita akan menyerahkan segala integritas kita dalam pekerjaan itu.
Ada quote menarik dalam film Three Idiots yang aku suka :
"Ikutilah kata hatimu, sebelum kau berbaring di ranjang kematianmu dan menyesali keputusanmu dahulu, percayalah all is well (maksudnya mungkin "everything is gona be okay").
So tunggu apa lagi, semangaatt....!!!
19 comments:
Bener bgt mba, anak2 kita kan bukan penerus dari cita2 kita, semangat juga mba ^__^
met siang mbk,...
Hehe...zel da pny rancangan toek masa dpn si kecil..
Tp kykny mesti d tinjau ulang dch bc tulisan mbk.mksh ea
Film three idiots itu lucu, kocak tapi banyak memberikan kita inspirasi..saya suka banget dengan alur ceritanya yang kadang agak membingungkan..thanks for sharing..tetap semangat ya..
aku ingin jadi penulis. Tapi Alhamdulilah profesiku sekarang memberiku waktu luang untuk menulis.
Assalammu'alaikum mbakku..^_^
Mohon maaf lahir dan batin ya.... Alhamdulillah aku baik, gimana dengan mba dan keluarga?
Seringkali juga banyak yang memilih pendidikan, cita-cita dan pekerjaan berdasarkan apa yang dianggap baik oleh kebanyakan orang ya mba. Akhirnya mengabaikan cita-cita diri sendiri demi mewujudkan "cita-cita orang lain". Kalaupun berhasil, mungkin ......ga ada ketenangan atau kepuasan dalam dirinya, karena sesungguhnya itu bukan keinginannya.
Salah satu faktor untuk meraih kebahagiaan.." Jalankan impian kita, bukan impian orang lain "
Dan mohon kepada para orang tua untuk tidak memaksa anak-anaknya untuk menempuh sesuatu yang tidak mereka inginkan. Setiap anak itu unik. Biarkan mereka berkembang dan bertumbuh sesuai dengan minat dan kata hati mereka :)
Saya malah bingung mau jadi apa mbak, dulu waktu masih kecil cita-cita mau jadi insinyur, dan akhirnya orang tua dengan susah payah meng-insinyurkan saya. Tapi saya merasa masih ada yang kurang, sampai sekarang saya masih mencari konsep hidup, 'merengek' pada DIA untuk menjawab pertanyaan tentang apa sih sebenarnya pekerjaan/profesi yang tepat buat saya. Bukan berarti saya tidak bersyukur, tapi menggabungkan konsep dunia dan akhirat terkadang membuat kita merasa kurang puas dengan apa yang sekarang kita dapatkan.
Halah, kok malah curhat... sorry mbak, sayangnya saya belum nonton film nya..he.he
@ mbak bunda Chusaeri
Iya mbak, sering ada kata2 teruskan cita-cita orang tuamu, harus ditinjau ulang lagi kata-kata itu kl jadi beban untuk anaknya, terutama dlm hal profesi dan jodoh.
Ya mbak ttp semangat :)
@ Izel
Ya mbak, kita hanya wajib membimbing dan menyemangati anak agar dia bisa bersikap benar dalam jalan hidup yang ia pilih. Kata2 'Mengarahkan' sesungguhnya sudah suatu bentuk 'pemaksaan secara halus'.
Walaupun begitu namanya anka2, kl msh kecil dia tentu blm bisa menentukan mana yg baik utk dirinya sndiri, jd kita membantunya memberikan pandangan ttg beberapa pilihan yg bisa ia putuskan mana yg paling nyaman utk dia kerjakan.
Makasih ya mb.Izel :)
@ Lia
Iya Li, saya juga suka film itu, nggak bosen2 nontonnya, lagunya enak juga yah *kedipin Lia :)*
@ mb.Misfah
Alhamdulillah kl begitu mbak, senangnya msh bisa melakukan hoby ditengah kesibukan ya mbak :)
@ mb.Nilla
Alaikumsalam Nilla sayang, setuju banget dg ketidak setujuan Nilla dlm "mewujudkan cita2 org lain, bukan cita2 diri sendiri"
Kebayang seumur-umur kita tertekan ya :)
@ ms Sukadi
wah kl ini, orang tuanya sdh bagus memenuhi cita-cita anaknya, tp malah anaknya yg bingung udh jadi insinyur pengen kerja apa ya hihi, aneh ah si mas ini.
Hmm, gmn kl jadi bahan postingan mas sukadi selanjutnya, mau tahu apa pekerjaan mas sekarang ;)
em..betul2..pilih yang sesuai ngn jiwa kita..=]
saya ini kok tak pernah merancang masa depan..yang saya lakukan adalah mencoba..untuk meraih apa yang menjadi keinginan saya...selama keinginan saya itu baik dan menghasilkan tentunya...enjoy aja..
bener banget mbak..
kadang klo ga seuai hati ngejalaninnya suka setengah2..:D
@Mba' Winny: dulu saya langsung kerja di lapangan/pelaksana jasa konstruksi, berhubung jenuh dan kepingin merasakan suasana baru akhirnya sekarang saya sekarang kerja agak keluar dari rel pendidikan mbak, kepenginnya kembali ke jalur lagi, tapi nunggu mood dulu he.he.
terimakasih
Iya mbak, kebanyakan orangtua menginginkan/mengarahkan anaknya untuk mengikuti jejak orangtuanya, padahal gak sesuai dgn potensi anaknya, jadi kasian anaknya yang menjalaninya tidak sesuai dgn keinginan hatinya.
Paling menyenangkan adalah bekerja pada bidang yang kita sukai/hobby, walaupun pada kenyataannya seringkali akhirnya kita bekerja pada bidang yang bukan spesialisasi kita. Btw, anggap aja sbg pembelajaran, learning by doing.
Salam kenal ya mbak...
@ diriku
Betul betul betul :)
Thx yaa
@ K.O.S
Itu intinya mas :)
ang kita enjoy itu yg membahagiakan bukan ? :)
@ Nina
Ya mbak Nina, kl udah setengah-setengah gitu kan jadinya nggak kenyang ya, eh jadi omongin setengah porsi bakso jadinya hehehe
@ mas Sukadi
Hampir nggak percaya dulunya mas Sukadi kerja sebagai tukang insinyur. Habisnya puisinya bagus2 :)
@ Erik
ya mas, sebenarnya masuk orang tua itu baik, tapi kebanyakan salah caranya dalam menghantarkan anak pd kesuksesannya. Yg ada bukan sukses, malah anak jadi stress.
Padahal dia butuh kenyamanan untuk bisa fokus dan bekerja keras dlm mencapai tujuannya ya
Sayang pas Idul Fitri kemarin aku gak bisa lihat 3 Idiots... padahal pengen banget mbak.
Sekarang tinggal berharap agar segera diputar ulang di TV lagi deh.
Mbak, maaf ya baru sempat mampir lagi hari ini...
Karena hampir seminggu koneksi internet di rumah mati... hikss..
Aku jadi ikutan mati gaya karena gak bisa blogging dan BW... :(
SEMANGAT TERUUUUUUSSS!
Tentu berlipat bahagianya bisa mendapatkan pekerjaan sesuai yang dicita-citakan. Kalau saya ibaratnya jauh panggang dari api, begitulah pekerjaanku saat ini dengan pendidikan terakhirku.
salam,
Post a Comment