Jika senja telah bertemu malam, dan suara adzan telah memanggil pulang, dari bersibuk dunia atau lelahnya kuliah.. Akan segera tiba waktunya bertemu saat-saat menggembirakan. Pergi ke surau dimana di tempatku kami menyebutnya madrasah. Sebuah tempat mengaji anak-anak yang sederhana. Hanya seluas kira-kira 120 meter persegi.
Seperti malam-malam biasanya,bersiap menemui bidadari-bidadari mungil dan pangeran-pangeran tampanku. Aku selalu antusias dengan wajah-wajah lugu yang murni itu dan aroma kanak-kanak mereka yang wangi. Selalu begitu, mereka telah menunggu di pintu dan mengucapkan salam saat bertemu.
"Assalamu'alaikum Kakak " begitu mereka selalu menyapaku, tak pernah memanggilku atau guru-guru yang lain ustadz atau ustadzah, mendekatkan jarakku kepada mereka.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuuh anak-anakku" dan demikian selalu balasannya, bagi murid-murid yang manis yang sepantasnya didudukkan seperti darah daging sendiri.
Salah seorang anak laki-laki paling gagah diantara mereka mengucapkan salam peringatan dan memimpin do'a teman-temannya. Maka bergemalah di ruang pendengaranku, merambati setiap sudut ruangan sederhana itu suara-suara yang lugu, mengalunkan permohonan kepada Tuhan, semoga Allah berkenan melimpahkan ilmu yang bermanfaat kepada kami semua.
Kulihat dari sudut mataku, satu persatu teman ustadz dan ustadzah yang lain pun telah memasuki madrasah mungil kami, mengambil setiap pojok kecintaannya dan memeluk anak-anak didiknya di dalam asyiknya membaca kitab dan menyelami kedalaman maknanya.
Mernyelami mengalirnya waktu, bersama kisah-kisah para Anbiya, dari sejak Adam hingga ke Idris, dari mula Ayub hingga Dzulkifli, dari awal Musa kepada Muhammad saw. Menapak tilasi riwayat tanah suci hingga melesat membuka tirai Sidratul Muntaha. Menikmati ketakjuban akan kesetiaan para Mala'ikat dan bertasbihnya burung dan rerumputan..
Sungguh, adalah gairahku melihat binar berkelindan di mata murid-murid tersayangku, atau bulir-bulir air berkilau di mata bening mereka, saat menghayati setiap riwayat kesedihan yang kukisahkan.
Jika ada heran di benaknya, segera bersahutan kalimat-kalimat pertanyaan. Jika tak puas dengan jawaban, maka berhamburanlah pertanyaan lain mengejar. Semakin besar penasaran dan selalu dahaga akan pengetahuan, membuatku semakin jauh merasa di dalam kebodohan.
Jika saatnya masa meningkat pancatan, anak-anak gembira menyambut penghiburan. Karena akan ramai ayah dan bunda berdatangan, menyaksikan anak terkasih dapat membaca Al-Qur'an atau menghafal beberapa hadist di dalam ingatan. Biasanya kami berlatih nadzom atau mengajari anak beberapa tarian. Agar sempurna kelak jika disuguhkan. ^^
Hanya sekilas bayangan akan kenangan bertahun-tahun yang lalu. Gambarannya terbentang kembali saat ku melewati pintunya yang terbuka. Saat ini, masih kulihat pemandangan indah itu. Berderet bidadari dan pangeran kecil sebagaimana dahulu. Sedang melantunkan ayat dan mendengarkan sang guru.
Alhamdulillah, masih ada cinta di madrasahku ♥
_________________________________________________________________________________
Ada banyak cerita cinta kukira malam ini, kuselipkan secuil kenangan untuk turut mengisi lembaran kisahnya
8 comments:
subhanallah.. semoga berkah mba :D
hadir dengan sisi lainnya, sisi religi yg dalam.. salut buat kakak..
@ Elok
Amiin makasih ya Elok :)
@ Andie
Terimakasih Andi :)
Pasti dulu mbak Winny sangat dicintai murid2nya di mushola... :)
Dari cerita mbak Winny... aku bisa membayangkannya, bahkan aku seolah ada disana dan ikut merasakan keindahannya...
Elok nian kata-kata puitis penuh cinta di madrasah ini. Semoga tetap ramai dan menyenangkan ^_^
Ada cinta dimana-mana... apalagi disebuah komunitas yang disana banyak canda riang anak-anak, belum banyak kebencian disana, semua penuh cinta dan bahagia...
Semoga kita senantiasa menadpat cinta dan mendapat taburan kasih dari SANG MAHA CINTA. amin
Post a Comment