Hari ini hari kesedihan untukkuku. Ada tiga hal yang membuat aku tidak bisa menahan air mata seharian walaupun aku berusaha tahan dan menutupinya.
Pertama, aku harus pulang ke Bogor, meninggalkan Ibuku di Bandung yang sedang sakit sesudah beberapa hari menemani beliau yang dirawat di rumah sakit. Sementara itu suami dan anak-anak di Bogor juga membutuhkan kehadiranku. Rela nggak rela,akhirnya aku harus pergi juga dari rumah ibuku. Melihat kedua orang tuaku sudah sepuh dan hanya keluarga adik yang menemani benar-benar bukan hal ringan pergi dalam keadaan seperti itu.
Kedua, sahabat dekatku punya masalah dimana ia harus berpisah pula dengan orang terdekatnya, dan aku satu-satunya teman tempat dia curhat selama ini. Semalaman dia tidak bisa tidur karena masalahnya itu. Sampe nangis-nangis cerita problemnya yang aku sendiri bingung bagaimana membantunya karena saking rumitnya dan akhirnya kita cuma nangis-nangisan di telfon.
Ketiga, yang ini juga teman dekatku, hari ini kami harus berpisah karena sesuatu hal setelah sekian lama saling cerita. Dan karena sesuatu hal pula kemungkinan kami akan lama sekali nggak ketemu lagi.
Sepanjang perjalanan pulang dari Bandung menuju Bogor, cuma sedih aja. Parahnya di dalam bis yang ada cuma lagu-lagu melankolis semua. Bablas sudah, selama tiga setengah jam perjalanan cuma nahan tangisan.
Malam ini ada kesempatan menulis lagi di MP setelah sekian lama hanya bisa muncul sekali-kali di site teman. Mencoba mencari hikmah yang mungkin saja aku bisa temukan disela-sela ketikan jemariku diatas keyboard.
Bahwa tentang satu pertanyaan :
"Mengapa harus selalu merasa tidak siap menghadapi perpisahan dengan orang yang kita sayangi, dan mengapa karena ketidak siapan itu akhirnya harus menyisakan rasa yang tidak enak, kesedihan dan airmata. Apakah mungkin kita bisa melupakan rasa tidak enak itu, rasa sedih itu tanpa harus melupakan orang-orang yang berkaitan dengan perpisahan antara kita dengan mereka.
Aku mencoba mengurai makna kesedihan yang diakibatkan perpisahan. Mengapa terjadi kesedihan yang bisa begitu mendalam dirasakan orang akibat perpisahan dengan orang-orang yang dicintainya adalah karena begitu dalamnya kesan baik dan menyenangkan yang dia rasakan dari orang-orang itu dan karenanya dia bisa merasakan bahagia. Setiap kita tentu tidak mau kehilangan kebahagiaan bukan ?
Masalahnya, di dunia ini tidak mungkin kita makhluk yang fana ini yang tidak akan mengalami perpisahan,apapun bentuknya dan bagaimanapun ceritanya, sepanjang atau sependek apapun lamanya. Kita semua pasti akan mengalami perpisahan dengan orang-orang yang kita sayangi.
Yang ingin aku tahu adalah bagaimana aku bisa menata hati sehingga bisa lebih siap menghadapi setiap perpisahan yang mungkin saja terjadi. Apakah benar dengan melupakannya ? Bisakah kita melupakan segala kenangan dengan orang-orang yang kita sayangi ? orang tua, kakak, adik, saudara, sahabat, kekasih, suami, istri, anak, dan sebagainya.
Jika dalam bahasa agama ada kata Ikhlas, seperti apakah sesuatu yang dinamakan ikhlas itu bisa dimanifestasikan pada detik-detik perpisahan terjadi dan sesudahnya ?.
Selama ini yang exist di benakku tentang hal ini adalah, pada saat kita dipertemukan dengan orang-orang terdekat kita, pada saat itulah kenangan-kenangan terbangun dan mulai menciptakan rasa nyaman yang menyenangkan. Setiap kita menjalin relasi dan melakukan interaksi dan komunikasi dengan mereka maka pada saat itulah kita tengah membangun 'house of love', membangun rumah kecintaan di hati kita. Dan jika terjadi perpisahan dalam perjalanannya, maka seketika itu bangunan yang telah kita rintis pembentukannya seolah hancur tanpa kita bisa membersihkan puing-puingnya yang terus terpatri diingatan kita dalam keadaannya yang mengenaskan.
Aku berfikir bagaimana aku bisa merubah cara pandangku tentang hal ini, karena jika cara pandangku diatas terus dipertahankan maka wajarlah hatiku akan terus gerimis dalam waktu yang lama setiap terjadi perpisahan. Maka aku memulai menyusun balok-balok pemikiranku yang terbatas jumlahnya ini dan membaca hasilnya yang mengejutkanku sendiri, bahwa :
"Perpisahan dengan orang yang kita sayangi tidak akan menyakitkan manakala kita merasa yakin (karena telah membuktikannya dalam kehidupan kita) bahwa kita telah memberikan yang terbaik kepada mereka di dalam hidup mereka. Dan hari-hari ke depan akan lebih mudah dilalui bukan dengan melupakan mereka yang telah berpisah, karena untuk melupakan mereka kita harus mengingatnya dahulu. Yang kita perlukan hanyalah membangun kenangan-kenangan baru yang indah dengan orang-orang yang Tuhan takdirkan dekat dengan kehidupan kita sekarang. Merawat hubungan yang ada dengan penuh cinta. Maka hubungan kita dengan siapapun baik dengan orang yang terpisah (sementara atau selamanya) maupun dengan yang masih terjalin sekarang akan menjadi album yang kaya dengan potret-potret indah, tanpa harus merasa 'tersayat' saat mengingatnya."
Perpisahan memang menyedihkan, tapi tidak akan menyakitkan.
So, don't be sad, there are a lot of wisdom behind every separation that can enrich your spiritual.
10 comments:
semua terjadi atas dua haL. adanya pertemuan, pasti akan ada perpisahan. hanya tinggaL menunggu waktunya saja kapan ia akan menghampiri.
pertemuan menjadi makna tersediri untuk bersiap-siap mengaLami perpisahan, saat perpisahan tiba wajar bisa mengaLami kepiLuan tetapi bukan berarti harus Larut ke daLam akarnya.
Ad yg bilang pertemuan itu sarana, niat ikhlaslah yg utama. Bila kita ikhlas terhadap pertemuan yg sarat dgn memory keindahan, tentu kita jg harus ikhlas untuk satu kata perpisahan meskipun berat. Sebuah proses waktu yg harus d lalui dlm kehidupan, hitam putih, pahit maniz, suka n duka. Genggam kebersamaan saat indah or pahit namun setiap kita jg haruz siap melapaskan genggaman itu, karena masing2 kita haruz belajar untuk tumbuh... jihehehe...
Semua pasti ada hikmahnya, tetap semangat Ibu WINDYA...!!!
satuju!
truskan dengan kenangan baru aje
lmbt laun knangan lama akn mudah dtinggalkan
kehidupan itu ibarat roda yg berputar...
perpisahan menyebabkan adanya kesedihan karena kita merasa kehilangan juga kebahagiaan yang pernah dialami, sayang dengan kenangan yang sudah terbangun >.<
kalau kita memandangnya dengan adanya perpisahan tersebut maka bermula sebuah awal baru.. iia gag perlu ada penyesalan hingga kesedihan bukan :)
ngga mesti sih mbak hihi.. tapi pasti ada hikmahnya
perpisahan memang kadang bisa menyakitkan... tapi dengan berlalunya waktu pasti rasa itu perlahan akan hilang dengan sendirinya...
moga ibu lekas sembuh ya mbak... salam kasih untuk seluruh keluarga...
Perpisahan memang berat mbak, apalagi jika perpisahan itu harus terjadi dalam suasana yang kurang menyenangkan, seperti yang mbak Winny alami di atas.
Lain ceritanya saat harus berpisah kembali dg sahabat lama setelah sekian lama terpisah, berpisah karena anak harus melanjutkan pendidikan di tempat yang jauh dsb.
Perpisahan spt yg aku sebutkan di atas memang berat, tapi ada rasa senang dan kebahagiaan kita sebelum perpisahan itu terjadi.
Bagaimana dg Bundanya mbak sekarang ini? semoga sudah jauh lebih sehat ya? Amin....
Ikhlas... memang sulit sekali utk dilaksanakan, itulah yg masih aku rasakan hingga saat ini.
Tapi aku memang tetap harus belajar utk bisa ikhlas untuk apapun yg terjadi dalam hidupku.
BTW, aku salut dg bangunan kesadaran mbak Winny yg baru tentang perpisahan. Rasanya aku harus menanamkan hal itu juga di kepalaku agar suatu saat waktu perpisahan hadir dalam hidupku aku sudah lebih 'siap' menerimanya.
Post a Comment