You and I will travel far together
We'll pursue our little star together
We'll be happy as we as together
We may never get to heaven
But it's heaven, at least to try
You and I are going on together
Till the end of time we have is gone together
Growing older, growing closer
Making memories that light the sky
Chorus :
That only time can make,
That only love can make
That only we can make
You and I
Sunday, January 30, 2011
Wednesday, January 26, 2011
Tangisan Kaum Pria
" Kenapa wanita lebih sering menangis dibandingkan pria ?"
Dan komentar-komentarnya bermacam-macam seperti yang bisa dilihat disini :
Apapun itu, tapi benarkah hanya wanita yang bisa sering menangis di hadapan pria ?
Siapa bilang pria tak bisa banyak menangis ?
Tahukah engkau, kaum pria sesungguhnya jauh lebih sering "menangis"
Namun mereka menyembunyikan tangisnya di dalam kekuatan akalnya
Itulah mengapa Tuhan menyebutkan pada pria terdapat dua kali lipat akal seorang wanita
Dan itulah sebabnya mengapa tiada yang kau lihat melainkan ketegarannya
Pria menangis karena tanggung jawabnya di hadapan Tuhannya
Ia menjadi tonggak penyangga rumah tangga
Menjadi pengawal Tuhan bagi Ibu, saudara perempuan, istri dan anak-anaknya
Maka tangisnya tak pernah nampak di bening matanya
Tangis pria adalah pada keringat yang bercucuran demi menafkahi keluarganya
Tak bisa kau lihat tangisnya pada keluh kesah di lisannya
Pria "menangis" dalam letih dan lelahnya menjaga keluarganya dari kelaparan
Tak dapat kau dengar tangisnya pada omelan-omelan di bibirnya
Pria "menangis" dalam tegak dan teguhnya dalam melindungi keluarganya dari terik matahari, deras hujan dan dinginnnya angin malam
Tak nampak tangisnya pada peristiwa-peristiwa kecil dan sepele
Pria "menangis" dalam kemarahannya jika kehormatan diri dan keluarganya digugat
Pria "menangis" dengan sigap bangunnya di kegelapan dini hari
Pria "menangis" dengan bercucuran peluhnya dalam menjemput rezeky
Pria "menangis" dengan menjaga dan melindungi orang tua, anak dan istri
Pria "menangis" dengan tenaga dan darahnya menjadi garda bagi agamanya
Namun...
Pria pun sungguh-sungguh menangis dengan air matanya, di kesendiriannya menyadari tanggung jawabnya yang besar di hadapan Tuhannya
Sungguh tiada yang pantas mendampingi pria berharga seperti itu melainkan wanita mulia yang memahami nilainya.
Indah jalan menuju Tuhan jika wanita shalehah yang menjadi teman.
Pandanglah Ayah .....
Pandanglah Suami .....
Sesungguhnya syurga Allah di dalam keridha'an mereka
_______________________________________________________________________
Gambar illustrasi dipinjam dari sini http://ifateha.wordpress.com/2009/02/26/embun-hati/
Sunday, January 23, 2011
Menyulam Waktu
Pergantian musim slalu mengingatkanku padamu
Akan banyak hal yang telah kita lewati bersama
Walau sangat singkat namun begitu bermakna
Tak ada pamrih apapun, hanya cinta
Tak pernah ku mengenalmu
Hanya bayang semu menari di mataku
Namun bagai telah tahun yang keseribu
Sayangku untukmu tak pernah pupus
Adakah ini mimpi indahku berbulan yang lalu
Menerbangkanku ke angkasa biru
Mewarnai indah hari-hariku
Menyembuhkan luka hatiku
Namun jalanku tak tertuju padamu
Satu sayapku terbelenggu terpaku
Kubiarkan kau berlalu
Semata karena kumencintaimu
Adalah kepada Tuhan kutitipkan pesanku
Agar DIA sampaikan dengan lembut kepadamu
Bahwa betapa kumengasihimu
Dan harapkan yang terbaik untukmu
Biarkanku di tempatku
Menyulam waktuku hingga ajal menjemputku
Sedang kuingin kau tahu
Tak menyesal ku mengenalmu
Seseorang terindah pernah menjadi milikku
Menyayangiku dengan sepenuh kalbu
Dan demikian pun diriku
Teramat mengasihimu
Andai ada alam tempat pertemuan itu
Biarlah waktu akan membawamu kepadaku
Dan andainya tiada kesempatanku
Cukuplah Tuhan saja bagiku
Sayang...sesungguhnya teramat kumerindukanmu
Akan banyak hal yang telah kita lewati bersama
Walau sangat singkat namun begitu bermakna
Tak ada pamrih apapun, hanya cinta
Tak pernah ku mengenalmu
Hanya bayang semu menari di mataku
Namun bagai telah tahun yang keseribu
Sayangku untukmu tak pernah pupus
Adakah ini mimpi indahku berbulan yang lalu
Menerbangkanku ke angkasa biru
Mewarnai indah hari-hariku
Menyembuhkan luka hatiku
Namun jalanku tak tertuju padamu
Satu sayapku terbelenggu terpaku
Kubiarkan kau berlalu
Semata karena kumencintaimu
Adalah kepada Tuhan kutitipkan pesanku
Agar DIA sampaikan dengan lembut kepadamu
Bahwa betapa kumengasihimu
Dan harapkan yang terbaik untukmu
Biarkanku di tempatku
Menyulam waktuku hingga ajal menjemputku
Sedang kuingin kau tahu
Tak menyesal ku mengenalmu
Seseorang terindah pernah menjadi milikku
Menyayangiku dengan sepenuh kalbu
Dan demikian pun diriku
Teramat mengasihimu
Andai ada alam tempat pertemuan itu
Biarlah waktu akan membawamu kepadaku
Dan andainya tiada kesempatanku
Cukuplah Tuhan saja bagiku
Sayang...sesungguhnya teramat kumerindukanmu
* Puisi dari cerpen karyaku : Lelaki dari Langit *
Saturday, January 15, 2011
Ayah dan Ibuku
Sama-sama menjadi guru di sekolah dasar
Ayah dan Ibuku bertemu lalu saling mencinta
Menautkan jiwa dan raga dalam pernikahan
Hingga Allah karuniakan
Tiga putri sebagai titipan
Ayahku seorang yang kukuh-pendirian
Pendiam dan tak banyak bicara
Karenanya kami anak-anak tak begitu dekat dengannya
Namun hatinya selembut awan gemawan
Jika manusia dinista, hatinya tak tahan
Ibuku seorang yang ceria
Cantik dan pandai bercerita
Pemurah dan baik hatinya
Darinya kami belajar menyayangi sesama
Menyisihkan rezeki mendahulukan sesama
Beraneka peristiwa datang dan pergi
Mengunjungi keluarga mungil kami
Kadang Ayah kecewa
Kadang Ibu menangis
Namun tak lama ceria kembali
Ayahku mengajariku membaca dan menulis
Menemaniku belajar berhitung dan mengaji
Dia mengantarku kemanapun aku pergi
Menjagaku dengan sepenuh hati
Ibuku menjahitkan baju-baju kami
Menghadiahkan makanan kesukaan kami yang bisa beliau beli
Ibuku senang mengumpulkan kami
Dan bercerita tentang kisah-kisah menarik hati
Ayahku seorang yang berhati-hati
Diperhatikannya setiap lelaki yang menghampiri
Tak boleh putri-putrinya "dilukai"
Sebagaimana selama hidupnya ia telah mengasihi
Ibuku seorang yang lembut hati
Tak kuasa menahan pilu dan tangis
Sedang aku bersimpuh di pangkuannya yang mulia
Berbalut baju pengantin mengharap restunya
Walau telah hadir cucu-cucu memikat
Ayah dan Ibuku tak henti berkhidmat
Dalam susah dan senang kami mereka selalu terlibat
Dibuat lelah selalu namun senyum mereka selalu tersemat
Adalah kini di masa senja mereka
Berdua masih menjalani sisa peristiwa
Mengetuk pintu sang Pencipta
Berharap rela dan ridhaNYA
Kulihat Ayah sepuhku
Dengan rambut memutih dan bahu tak setegap dahulu
Menyodorkan penuh kasih secangkir minuman obat untuk Ibuku
Terbaring lemah karena sakit, ibuku menerima penuh senyum pemberian Ayahku
Ayahku menatap dengan mata tuanya
Ibuku yang menangis haru disisinya
Menyadari waktu mereka yang mungkin tak kan lama tuk bisa bersama
Ya Allah
Dahulu hingga kini Ayah dan Ibu mencintai kami sepenuh hati
Maka cintailah mereka Rabby sepenuh langit dan bumi
Ayahku bukanlah alim ulama ya Allah
Namun selalu kudengar dari sejak masa kecilku
Deru dadanya di setiap malam tak berlampu
Ia menangis dan bersujud kepadaMU
Ibuku bukanlah ustadzah atau orang berilmu
Namun kulihat ia selalu berdiri dibelakang Ayahku
Bermakmum dalam sholat dan kehidupannya
Selalu bersama dalam menjalani taqdirnya
Tuhanku
Sayangilah Ayah dan Ibuku
Dengan sayang yang lebih luas dari saat mereka dahulu menyayangi kami
Lindungilah Ayah dan Ibuku
Dengan perlindunganMU yang lebih besar dari saat mereka dahulu melindungi kami
Rindukanlah Ayah dan Ibuku
Dengan rindu yang lebih agung dari saat mereka dahulu merindukan kami
Ya Ghafuur
Hapuskanlah dengan halus ampunanMU
Segala khilaf dan seluruh dosa-dosa mereka
Ya Rahman Ya Rahim
Karuniakanlah dengan luas Kasih SayangMU Syurga FirdausMU bagi Ayah dan Ibuku
Atas segala niat tulus dan amal shalih mereka
Hamparkanlah bagi mereka, Ayah dan Ibuku
Rahmat dan FadhilahMU
Agar dapat mereka telusuri jalanMU yang lurus
Sehingga sampai dengan selamat
Kepada DiriMU
DiriMU Tuhan, yang selalu mereka rindukan
Thursday, January 13, 2011
Perpisahan, Akankah Selalu Menyakitkan ?
Hari ini hari kesedihan untukkuku. Ada tiga hal yang membuat aku tidak bisa menahan air mata seharian walaupun aku berusaha tahan dan menutupinya.
Pertama, aku harus pulang ke Bogor, meninggalkan Ibuku di Bandung yang sedang sakit sesudah beberapa hari menemani beliau yang dirawat di rumah sakit. Sementara itu suami dan anak-anak di Bogor juga membutuhkan kehadiranku. Rela nggak rela,akhirnya aku harus pergi juga dari rumah ibuku. Melihat kedua orang tuaku sudah sepuh dan hanya keluarga adik yang menemani benar-benar bukan hal ringan pergi dalam keadaan seperti itu.
Kedua, sahabat dekatku punya masalah dimana ia harus berpisah pula dengan orang terdekatnya, dan aku satu-satunya teman tempat dia curhat selama ini. Semalaman dia tidak bisa tidur karena masalahnya itu. Sampe nangis-nangis cerita problemnya yang aku sendiri bingung bagaimana membantunya karena saking rumitnya dan akhirnya kita cuma nangis-nangisan di telfon.
Ketiga, yang ini juga teman dekatku, hari ini kami harus berpisah karena sesuatu hal setelah sekian lama saling cerita. Dan karena sesuatu hal pula kemungkinan kami akan lama sekali nggak ketemu lagi.
Sepanjang perjalanan pulang dari Bandung menuju Bogor, cuma sedih aja. Parahnya di dalam bis yang ada cuma lagu-lagu melankolis semua. Bablas sudah, selama tiga setengah jam perjalanan cuma nahan tangisan.
Malam ini ada kesempatan menulis lagi di MP setelah sekian lama hanya bisa muncul sekali-kali di site teman. Mencoba mencari hikmah yang mungkin saja aku bisa temukan disela-sela ketikan jemariku diatas keyboard.
Bahwa tentang satu pertanyaan :
"Mengapa harus selalu merasa tidak siap menghadapi perpisahan dengan orang yang kita sayangi, dan mengapa karena ketidak siapan itu akhirnya harus menyisakan rasa yang tidak enak, kesedihan dan airmata. Apakah mungkin kita bisa melupakan rasa tidak enak itu, rasa sedih itu tanpa harus melupakan orang-orang yang berkaitan dengan perpisahan antara kita dengan mereka.
Aku mencoba mengurai makna kesedihan yang diakibatkan perpisahan. Mengapa terjadi kesedihan yang bisa begitu mendalam dirasakan orang akibat perpisahan dengan orang-orang yang dicintainya adalah karena begitu dalamnya kesan baik dan menyenangkan yang dia rasakan dari orang-orang itu dan karenanya dia bisa merasakan bahagia. Setiap kita tentu tidak mau kehilangan kebahagiaan bukan ?
Masalahnya, di dunia ini tidak mungkin kita makhluk yang fana ini yang tidak akan mengalami perpisahan,apapun bentuknya dan bagaimanapun ceritanya, sepanjang atau sependek apapun lamanya. Kita semua pasti akan mengalami perpisahan dengan orang-orang yang kita sayangi.
Yang ingin aku tahu adalah bagaimana aku bisa menata hati sehingga bisa lebih siap menghadapi setiap perpisahan yang mungkin saja terjadi. Apakah benar dengan melupakannya ? Bisakah kita melupakan segala kenangan dengan orang-orang yang kita sayangi ? orang tua, kakak, adik, saudara, sahabat, kekasih, suami, istri, anak, dan sebagainya.
Jika dalam bahasa agama ada kata Ikhlas, seperti apakah sesuatu yang dinamakan ikhlas itu bisa dimanifestasikan pada detik-detik perpisahan terjadi dan sesudahnya ?.
Selama ini yang exist di benakku tentang hal ini adalah, pada saat kita dipertemukan dengan orang-orang terdekat kita, pada saat itulah kenangan-kenangan terbangun dan mulai menciptakan rasa nyaman yang menyenangkan. Setiap kita menjalin relasi dan melakukan interaksi dan komunikasi dengan mereka maka pada saat itulah kita tengah membangun 'house of love', membangun rumah kecintaan di hati kita. Dan jika terjadi perpisahan dalam perjalanannya, maka seketika itu bangunan yang telah kita rintis pembentukannya seolah hancur tanpa kita bisa membersihkan puing-puingnya yang terus terpatri diingatan kita dalam keadaannya yang mengenaskan.
Aku berfikir bagaimana aku bisa merubah cara pandangku tentang hal ini, karena jika cara pandangku diatas terus dipertahankan maka wajarlah hatiku akan terus gerimis dalam waktu yang lama setiap terjadi perpisahan. Maka aku memulai menyusun balok-balok pemikiranku yang terbatas jumlahnya ini dan membaca hasilnya yang mengejutkanku sendiri, bahwa :
"Perpisahan dengan orang yang kita sayangi tidak akan menyakitkan manakala kita merasa yakin (karena telah membuktikannya dalam kehidupan kita) bahwa kita telah memberikan yang terbaik kepada mereka di dalam hidup mereka. Dan hari-hari ke depan akan lebih mudah dilalui bukan dengan melupakan mereka yang telah berpisah, karena untuk melupakan mereka kita harus mengingatnya dahulu. Yang kita perlukan hanyalah membangun kenangan-kenangan baru yang indah dengan orang-orang yang Tuhan takdirkan dekat dengan kehidupan kita sekarang. Merawat hubungan yang ada dengan penuh cinta. Maka hubungan kita dengan siapapun baik dengan orang yang terpisah (sementara atau selamanya) maupun dengan yang masih terjalin sekarang akan menjadi album yang kaya dengan potret-potret indah, tanpa harus merasa 'tersayat' saat mengingatnya."
Perpisahan memang menyedihkan, tapi tidak akan menyakitkan.
So, don't be sad, there are a lot of wisdom behind every separation that can enrich your spiritual.
Pertama, aku harus pulang ke Bogor, meninggalkan Ibuku di Bandung yang sedang sakit sesudah beberapa hari menemani beliau yang dirawat di rumah sakit. Sementara itu suami dan anak-anak di Bogor juga membutuhkan kehadiranku. Rela nggak rela,akhirnya aku harus pergi juga dari rumah ibuku. Melihat kedua orang tuaku sudah sepuh dan hanya keluarga adik yang menemani benar-benar bukan hal ringan pergi dalam keadaan seperti itu.
Kedua, sahabat dekatku punya masalah dimana ia harus berpisah pula dengan orang terdekatnya, dan aku satu-satunya teman tempat dia curhat selama ini. Semalaman dia tidak bisa tidur karena masalahnya itu. Sampe nangis-nangis cerita problemnya yang aku sendiri bingung bagaimana membantunya karena saking rumitnya dan akhirnya kita cuma nangis-nangisan di telfon.
Ketiga, yang ini juga teman dekatku, hari ini kami harus berpisah karena sesuatu hal setelah sekian lama saling cerita. Dan karena sesuatu hal pula kemungkinan kami akan lama sekali nggak ketemu lagi.
Sepanjang perjalanan pulang dari Bandung menuju Bogor, cuma sedih aja. Parahnya di dalam bis yang ada cuma lagu-lagu melankolis semua. Bablas sudah, selama tiga setengah jam perjalanan cuma nahan tangisan.
Malam ini ada kesempatan menulis lagi di MP setelah sekian lama hanya bisa muncul sekali-kali di site teman. Mencoba mencari hikmah yang mungkin saja aku bisa temukan disela-sela ketikan jemariku diatas keyboard.
Bahwa tentang satu pertanyaan :
"Mengapa harus selalu merasa tidak siap menghadapi perpisahan dengan orang yang kita sayangi, dan mengapa karena ketidak siapan itu akhirnya harus menyisakan rasa yang tidak enak, kesedihan dan airmata. Apakah mungkin kita bisa melupakan rasa tidak enak itu, rasa sedih itu tanpa harus melupakan orang-orang yang berkaitan dengan perpisahan antara kita dengan mereka.
Aku mencoba mengurai makna kesedihan yang diakibatkan perpisahan. Mengapa terjadi kesedihan yang bisa begitu mendalam dirasakan orang akibat perpisahan dengan orang-orang yang dicintainya adalah karena begitu dalamnya kesan baik dan menyenangkan yang dia rasakan dari orang-orang itu dan karenanya dia bisa merasakan bahagia. Setiap kita tentu tidak mau kehilangan kebahagiaan bukan ?
Masalahnya, di dunia ini tidak mungkin kita makhluk yang fana ini yang tidak akan mengalami perpisahan,apapun bentuknya dan bagaimanapun ceritanya, sepanjang atau sependek apapun lamanya. Kita semua pasti akan mengalami perpisahan dengan orang-orang yang kita sayangi.
Yang ingin aku tahu adalah bagaimana aku bisa menata hati sehingga bisa lebih siap menghadapi setiap perpisahan yang mungkin saja terjadi. Apakah benar dengan melupakannya ? Bisakah kita melupakan segala kenangan dengan orang-orang yang kita sayangi ? orang tua, kakak, adik, saudara, sahabat, kekasih, suami, istri, anak, dan sebagainya.
Jika dalam bahasa agama ada kata Ikhlas, seperti apakah sesuatu yang dinamakan ikhlas itu bisa dimanifestasikan pada detik-detik perpisahan terjadi dan sesudahnya ?.
Selama ini yang exist di benakku tentang hal ini adalah, pada saat kita dipertemukan dengan orang-orang terdekat kita, pada saat itulah kenangan-kenangan terbangun dan mulai menciptakan rasa nyaman yang menyenangkan. Setiap kita menjalin relasi dan melakukan interaksi dan komunikasi dengan mereka maka pada saat itulah kita tengah membangun 'house of love', membangun rumah kecintaan di hati kita. Dan jika terjadi perpisahan dalam perjalanannya, maka seketika itu bangunan yang telah kita rintis pembentukannya seolah hancur tanpa kita bisa membersihkan puing-puingnya yang terus terpatri diingatan kita dalam keadaannya yang mengenaskan.
Aku berfikir bagaimana aku bisa merubah cara pandangku tentang hal ini, karena jika cara pandangku diatas terus dipertahankan maka wajarlah hatiku akan terus gerimis dalam waktu yang lama setiap terjadi perpisahan. Maka aku memulai menyusun balok-balok pemikiranku yang terbatas jumlahnya ini dan membaca hasilnya yang mengejutkanku sendiri, bahwa :
"Perpisahan dengan orang yang kita sayangi tidak akan menyakitkan manakala kita merasa yakin (karena telah membuktikannya dalam kehidupan kita) bahwa kita telah memberikan yang terbaik kepada mereka di dalam hidup mereka. Dan hari-hari ke depan akan lebih mudah dilalui bukan dengan melupakan mereka yang telah berpisah, karena untuk melupakan mereka kita harus mengingatnya dahulu. Yang kita perlukan hanyalah membangun kenangan-kenangan baru yang indah dengan orang-orang yang Tuhan takdirkan dekat dengan kehidupan kita sekarang. Merawat hubungan yang ada dengan penuh cinta. Maka hubungan kita dengan siapapun baik dengan orang yang terpisah (sementara atau selamanya) maupun dengan yang masih terjalin sekarang akan menjadi album yang kaya dengan potret-potret indah, tanpa harus merasa 'tersayat' saat mengingatnya."
Perpisahan memang menyedihkan, tapi tidak akan menyakitkan.
So, don't be sad, there are a lot of wisdom behind every separation that can enrich your spiritual.
Subscribe to:
Posts (Atom)