Saturday, December 11, 2010

Kendatipun Kapal akan Karam, Tegakkan Hukum dan Keadilan [Memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia]


Kata-kata di atas adalah penggalan kalimat yang diucapkan mantan Jaksa Agung Republik Indonesia di periode Kabinet Persatuan dari 6 Juni 2001 sampai wafatnya pada 3 Juli 2001. Almarhum Prof. Dr. Baharuddin Lopa. Berkaitan dengan hari korupsi sedunia, dimana kata-kata ini telah membuat semua orang kembali memiliki harapan besar akan munculnya keadilan di negeri yang subur dengan praktek korupsi di setiap sendinya ini.

Bagaimana tidak issue tentang hal ini memang telah banyak membakar manusia di sepanjang sejarah dunia, geram dengan merajalelanya korupsi di kehidupan mereka. Yang kalau saja tidak menjerumuskan mereka pada jurang kemiskinan pada titik yang paling nadir, niscaya hal ini tidak akan menjadi pembicaraan terus menerus hingga saat ini.


Bagaimanapun fenomena korupsi telah mengharu biru kehidupan berbangsa dan bernegara di banyak tempat di dunia, karena dengannya secara sistematis telah menggerogoti sendi keberadaan dan kehidupan negara itu sendiri dengan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemimpin-pemimpinnya dari akibat yang ditimbulkannya, pemiskinan terstruktur yang diciptakan budaya korupsi sama sekali jauh dari cita-cita awal berdirinya negara itu sendiri.



Dari sejak tanggal 9 hingga hari ini memperhatikan bagaimana orang-orang mensikapi Hari Anti Korupsi. Mencari tahu ke perpustakaan Google dan yang didapat hanya dua besar yang menguasai 'page one', yaitu ritual peringatan oleh jajaran aparat pemerintahan dan demonstrasi massa. Hampir-hampir tidak ada perubahan berarti walaupun peringatan ini digelar setiap tahunnya mengingat masih banyaknya kasus-kasus korupsi yang belum terselesaikan tanpa menafi'kan upaya pemerintah yang telah bergulir dalam menangani masalah ini.


Semula banyak yang ingin dimuat dalam postingan ini diantaranya nama-nama tokoh dunia dan dalam negeri yang ditasbihkan sebagai tokoh-tokoh paling korup. Tapi apalah gunanya kita membaca deretan nama dan dosa yang dikalungkan kepada mereka, apabila hal itu tetap saja tidak merubah jiwa-jiwa setiap kita untuk mau berjuang setidaknya bergerak untuk melawan badai korupsi di negeri ini.


Alangkah lebih baik menurutku untuk mengingat sepak terjang tokoh yang dapat menginspirasi kehidupan kita untuk bisa hidup secara jujur, apa adanya, tiada yang ditakuti kecuali hanya Tuhan semesta alam  seperti yang telah ditunjukkan oleh seorang laki-laki pemberani yaitu Baharuddin Lopa.


Beliau lahir di Mandar, Sulawesi Selatan, 27 Agustus 1935. Beliau dikenal sebagai tokoh pejuang keadilan yang mewariskan ketegasan dan keberanian dalam penegakkan hukum di Indonesia.


Dalam usia 25, Baharuddin Lopa, sudah menjadi bupati di Majene, Sulawesi Selatan. Ia, ketika itu, gigih menentang Andi Selle, Komandan Batalyon 710 yang terkenal kaya karena melakukan penyelundupan.


Lopa pernah menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi di Sulawesi Tenggara, Aceh, Kalimantan Barat, dan mengepalai Pusdiklat Kejaksaan Agung di Jakarta. Sejak 1982, Lopa menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Pada tahun yang sama, ayah tujuh anak itu meraih gelar doktor hukum laut dari Universitas Diponegoro, Semarang, dengan disertasi Hukum Laut, Pelayaran dan Perniagaan yang Digali dari Bumi Indonesia.


Begitu diangkat sebagai Kajati Sulawesi Selatan, Lopa membuat pengumuman di surat kabar: ia meminta masyarakat atau siapa pun, tidak memberi sogokan kepada anak buahnya. Segera pula ia menggebrak korupsi di bidang reboisasi, yang nilainya Rp 7 milyar. Keberhasilannya itu membuat pola yang diterapkannya dijadikan model operasi para jaksa di seluruh Indonesia.Dengan keberaniannya, Lopa kemudian menyeret seorang pengusaha besar, Tony Gozal alias Go Tiong Kien ke pengadilan dengan tuduhan memanipulasi dana reboisasi Rp 2 milyar. Padahal, sebelumnya, Tony dikenal sebagai orang yang ''kebal hukum'' karena hubungannya yang erat dengan petinggi. Bagi Lopa tak seorang pun yang kebal hukum.


Lopa menjadi heran ketika Majelis Hakim yang diketuai J. Serang, Ketua Pengadilan Negeri Ujungpandang, membebaskan Tony dari segala tuntutan. Tetapi diam-diam guru besar Fakultas Hukum Unhas itu mengusut latar belakang vonis bebas Tony. Hasilnya, ia menemukan petunjuk bahwa vonis itu lahir berkat dana yang mengalir dari sebuah perusahaan Tony.


Sebelum persoalan itu tuntas, Januari 1986, Lopa dimtasi menjadi Staf Ahli Menteri Kehakiman Bidang Perundang-undangan di Jakarta. J. Serang juga dimutasi ke Pengadilan Tinggi Sulawesi Selatan. (sumber Database Tokoh Indonesia di  http://www.tokohindonesia.com)


Ketika menjabat sebagai Jaksa Tinggi di Makasar ia memburu seorang koruptor kakap. Ia juga pernah memburu kasus korupsi mantan presiden Soeharto saat ia tengah menjabat sebagai Sekretaris Jendral Komnas HAM dengan mendatangi kawan-kawannya di Kejaksaan Agung dimana saat itu akhirnya mantan presiden Soeharto berhasil diajukan ke pengadilan walaupun Hakim saat itu gagal mengadilinya karena alasan kesehatan. Jika anda ingin membaca statementnya secara langsung silahkan dilihat disini pada wawancara beliau oleh Hani Pudjiarti dari TEMPO Interaktif.


Akhir riwayat sang pemberani ini cukup menjadi perhatian publik, ada kontroversi disana yang menyangkut penyebab kematiannya. Di kalangan sementara orang ada yang meyakini bahwa kematiannya disengaja (mirip kasus Munir) oleh fihak-fihak yang merasa posisinya dirugikan dengan sepak terjang laki-laki yang meninggal pada usia 66 tahun ini.


Banyak kenangan berkesan yang didapat oleh rekan-rekan sejawatnya akan keberanian lelaki ini, diantaranya yang diungkapkan Pakar Hukum Tata Negara UI, Margarito Ganis, menurutnya saat ini dibutuhkan sosok Jaksa Agung yang seperti Baharuddin Lopa.Sosok yang ada diantara sekian banyak kata-katanya yang tidak pernah dilupakan Enang, salah satunya adalah:
“Kendatipun kapal akan karam, tegakkan hukum dan keadilan".


Suri tauladan, itulah yang generasi ini butuhkan. Lebih efektif dari sekian banyak upacara peringatan dan perayaan-perayaan lainnya. Dan Baharuddin Lopa telah memberikannya bukan hanya pada saat menjalani profesinya, akan tetapi juga pada kehidupannya seluruhnya. Beliau telah mempraktekkan kesederhanaan hidup dan kejujuran di dalam rumah tangganya yang untuk itu, apapun sepak terjang yang telah dilakukannya telah menyulitkan para penerus sesudahnya.


Selamat jalan Bapak Baharuddin Lopa, sungguh kami semua sangat menginginkan hadirnya sosok-sosok berani seperti anda. Semoga Allah menerima seluruh dharma baktimu dalam sebaik-baik penerimaanNYA, amiin. 

4 comments:

Sukadi said...

Dulu bapak yang satu ini sangat terkenal, namun sekarang setelah meninggal jarang sekali namanya disinggung...
semoga saja muncul pemberani dalam penegakkan hukum seperti beliau..

ibunyachusaeri♡candrasa said...

Mudah-mudahan ada tokoh yang muncul untuk melanjutkan perjuangan beliau...

gaelby said...

Amiin... Di tengah carut marutnya penegakan hukum dan bertebaranya para koruptor serta mafiaso, masih tersisa harap kpd Pak Busro, Basrie dan Timur Pardopo untuk menjadikan Baharuddin Lopa the best person untuk diikuti sepak terjangnya.

Selamat hari Anti Korupsi, salam sobat :)

Unknown said...

Susah nyari tokoh yang kaya dia saat ini..
smoga nanti ada yang meneruskan