Sunday, May 29, 2011

Irish terakhir...

Hatiku masih disini
Terpaku diantara rerimbun kenangan kita
Mengutip satu-satu aksara yang pernah kau bagi untukku
Mendekapnya di palung ingatanku


Getar itu masih sama di dawai kalbu
Seakan kata-kata itu baru kau ucap tadi malam
Mengusap-usap halus rinduku
Tak hirau kemelut di benak insan


Angin musim gugur mainkan anak rambutku
Seperti nasib tlah mengombang ambing cerita kita
Biarkan genggaman lepas dan hanyutkanmu
Jauh...jauh membentang jarak tak berbatas


Masih kujejaki perjalanan kita
Walau hanya berkendara nada




Ini  Irish terakhirku
Kusematkan...di nisan-mu




PS : Gambar dari sini

Saturday, May 21, 2011

Kebajikan, Milik Siapa ?

Masih dini hari, dan hujan semalam belumlah usai. Bayu masih berdiri di antara rumah-rumah kumuh yang berderet-deret itu. Ada satu rumah yang menarik perhatiannya, dan telah menerbangkan perasaannya sedemikian, disebabkan pemandangan yang telah disaksikannya selama ini.



Sebuah tempat yang telah tak layak disebut rumah, disebabkan rapuhnya dan tak tentu lagi bentuknya. Air hujan telah menggerogoti setiap rangka kayunya dan melubangi atapnya. Namun telah cukup menjadi naungan seorang ibu renta yang selama hidupnya telah disibukkan untuk menjawab segala kesengsaraan dan penderitaan. Kedua putra lelakinya yang sama telah tua dan tak berdaya, disebabkan penyakit lumpuh dan keterbelakangan mental menjadi mata air cintanya yang tak pernah surut untuk tetap berjuang mencari penghidupan.



Bayu tahu, wanita tua itu setiap hari harus menimba air, mencucikan baju tetangga, dan tetap harus merawat dan menjaga putra-putranya yang telah dewasa namun tak berdaya itu. Setiap pagi ia harus mencuci dan menjemur nasi basi pemberian majikannya, agar dapat ia olah kembali untuk sekedar membayar rasa lapar perut anak-anaknya. Tak berharap lauk bercita rasa, cukuplah setabur garam atau barang kepala ikan yang dipungutnya dari kios ikan atau sayur bekas makan yang tak habis dimakan majikan.



Bergumpalan pedih di hati Bayu, menyaksi penderitaan. Hanya pemberian sedikit beras sesekali, atau sekedar rupiah tak berarti yang dapat ia beri. Cukuplah sedikit cerita dan isak tangis sang wanita tua, telah menggugah semangatnya untuk dapat tetap mengunduh kebajikan. Dimana sama berada dalam kesadarannya, bahwa tak hanya satu keluarga yang membutuhkan perdulinya. Beratus deret gubuk lainnya dengan nasib tak jauh berbeda, telah sama menyentak rasanya.



Bayu tak habis mengeluh, deretan rumah-rumah kumuh itu tak jauh berdiri dari deretan lain rumah-rumah mewah yang hanya dibatas selapis benteng batu. Namun tiada perduli barang setipis kain yang mampu menghantarkan iba para insan kaya kepada tetangganya kaum miskin papa.



Ada satu gemasnya, kepada seorang saudagar kaya yang gedungnya hanya sepelemparan batu dari gubuk nenek tua itu. Bagaimana bisa keluarga itu tak mengerti keadaan sekelilingnya. Sedang dindingnya telah menghalangi cahaya surya pada kediamana keluarga sang nenek renta. Bertahun-tahun air cucuran atap mewahnya telah mencucurkan kemalangan melalui atap bocor sang nenek.  Tanpa disadarinya, Bayu terbangkan do'a kepada sang Maha Pencipta, kiranya Dia turunkan azab kepada sang dzalim tak punya rasa.



Berbulan kemudian, seperti biasa. Bayu berjalan dari rumahnya, hendak menjenguk keluarga sang nenek tua. Dilewatinya rumah mewah yang dia tak bersimpati pada penghuninya. Ada bendera kuning berkibar disana, tanda ada seseorang telah wafat di dalamnya. Bayu hanya merunduk saja, agamanya tak izinkan dia bersuka atas kemalangan orang lain walau musuh yang dibencinya.



Tak lama, sampailah ia di pintu sang nenek tua. Terkejut hati Bayu, seketika melihat sang nenek tengah menangis tersedu menyebut nama seseorang yang rupanya pemilik rumah yang tadi ia lewati yang kini telah meninggal dunia itu.
Tatkala ia menanyakan sebab, mengapa sang nenek meratapi kepergian orang itu, maka terkejutlah hatinya untuk kesekian kali, dan besarlah takjubnya, betapa rahasia Tuhan tak ada yang mengetahu, melainkan dengan izinNYA.



Dari cerita sang nenek tua, barulah Bayu tahu, betapa rupanya sang tuan kaya itu telah meninggal dalam keadaan meninggalkan banyak kenangan kepada para miskin dan orang tak berpunya. Setiap malam di sisa usianya, sang tuan selalu berkeliling membagikan makanan kepada mereka selama 10 tahun lamanya. Meminjamkan uangnya kepada mereka yang membutuhkan tanpa sepengetahuan yang lainnya tanpa jaminan dan bunga. Membayar biaya pengobatan para faqir yang sakit. Dan baru diketahuinya, tenyata sang tuan pun sering pula menolong keluarga sang nenek tua.



Dari bibir seorang keluarga sang tuan, Bayu mengetahui alasan, mengapa mereka  begitu kehilangan. Di setiap siang harinya sang tuan selalu memungut sebuah batu setiap kali ia merasa melakukan khilaf dan kesalahan. Sebanyak ia lakukan kesalahan, sebanyak itu pula batu ia kumpulkan. Ketika tengah malam tiba, ia bangun dari pembaringan. Mengambil air wudhlu dan tegakkan shalat malam. Di hamparan sajadahnya, bersama tetesan air matanya, ia serakkan butiran-butiran batu itu, ia sebutkan satu persatu dosa dan kesalahannya di siang hari kepada Tuhannya. Ia adukan kelemahannya dan haturkan limpahan taubatnya. Berharap sang batu menjadi saksinya betapa ia teramat menyesali perbuatannya.



Menangis terguguk Bayu di nisan sang tuan. Betapa selama ini ia telah menjadi hakim tak punya perasaan. Mengalamatkan tuduhan tak berbukti tak beralasan. Sedang dalam Al-Qur'an yang suci telah disebutkan, seorang mu'min itu tiada kuasanya melainkan hanya saksi bagi mu'min yang lainnya. Dan Rasul itu adalah saksi bagi manusia seluruhnya. Tiada haknya, untuk menilai seseorang hanya dari sudut pandangnya saja.



Melangkah lunglai kakinya, di tangan Bayu tergenggam sebuah amanat. Sekotak uang dari almarhum sang tuan yang dititipkan keluarganya kepadanya dan permintaan maaf kepada keluarga sang nenek tua, sebagai pengganti kerugian dari akibat air cucuran atap sang tuan yang telah merusak atap keluarga nenek miskin itu.



Maha Besar Allah yang Maha Penyayang. Kebaikan itu disematkanNYA kepada siapa saja yang dikehendakiNYA.
Semoga kita, termasuk orang-orang yang dipilihNYA, untuk memilikinya jua.
Tiada kebajikan itu melainkan adalah milik dan datang daripadaNYA. Maka tiada sombong itu memiliki ruangnya.

Selamat menabur kebajikan teman-teman :)

Monday, May 16, 2011

Blogger Berbagi Kisah Sejati

Mohon izin berbagi bahagia ya...

Ada sekelumit kisah yang kutulis di buku ini, bersama penulis-penulis lain berbagi pengalaman sejatinya. Berawal dari sebuah lomba yang kemudian beberapa tulisan terpilih diabadikan dalam buku dengan cover berjudul :
Blogger, Berbagi Kisah Sejati

Jika berkenan membacanya, silahkan untuk menyimak informasinya dibawah ini.

***************************************************************


Blogger Berbagi Kisah Sejati

Penulis : Anazkia, Akhi Dirman, Naqiyyah Syam, dkk
Penyunting : Indiepro
Tata Letak : Indiepro
Cover : Indiepro
ISBN : 978-602-9142-09-9
Ukuran : viii + 177 hlm; 14x 21 cm
Harga : Rp 35.000 (belum termasuk ongkos kirim JNE dari Tangerang)


“Kisah sejati selalu ada di setiap kehidupan manusia, hal yang manusiawi mengingat setiap orang menjalani keunikan hidupnya dengan takdir masing-masing. Andai ada kekecewaan dalam kisah sejati tersebut, perlu diingat bahwa setiap orang pasti melewati fase kekecewaan dalam hidup dengan bentuk apapun dan sebahagia apapun terlihat orang lain, jadi tidak perlu iri melihat kebahagiaan orang lain. Selamat belajar kehidupan dari kumpulan kisah sejati ini :) ”

Ari Wijaya, Penyiar Radio 103.4 DFM Jakarta,
Founder Komunitas Blogger Multiply Indonesia


Buku ini berawal dari lomba menulis untuk para blogger yang mengangkat tema “Berbagi Kisah Sejati”. Dari ajang tersebut terpilihlah para blogger yang akhirnya naskahnya dibukukan sebagai dokumentasi, juga kenang-kenangan. Juga menjadi pelajaran, bahwa beragamnya kehidupan, itu penuh dengan warna suka dan duka. Tak semestinya kesedihan itu berpanjangan, ada kalanya sedih berujung pada kebahagiaan.

Dua puluh lima kisah sejati para blogger, yang kadang tak sedikit menguras air mata saat membacanya. Di sini, dalam buku ini, ada blogger, berbagi kisah sejati.


================================

Tertarik dengan buku ini? Silakan pesan via SMS ke 085694771764 dengan Format : Nama, Alamat Lengkap, Judul Buku yg dipesan, Jumlah pembelian. Lalu Indiepro akan mengkonfirmasi ongkos kirim ke alamat kamu.

Setelah itu, kamu bisa transfer uang pembelian + Ongkos kirim ke no rekening berikut ini :

BCA no 0080346719 an Endah Widayati atau
BSM no 6007006333 an Dani Ardiansyah

Thursday, May 12, 2011

Sebatang Pohon Bisu




Aku sebatang pohon bisu. Apa bisaku...?
Hanya mendengar celoteh camar dan kisah-kisah yang diriwayat ombak.
Teriakku bahkan tak getar sehelai pun dedaunku
Tinggal isak sedu dibalik reranting
Masih saja aku...... mendengar cerita itu


Di dahanku ada sedu sedan sepasang Murai
Mengabar hujan telah enggan datang melainkan bersama murkanya
Dan angin telah sungkan berkelana melainkan dengan amuknya
Surya tak lagi ramah....    menggigit terik
Malam tak lagi lena.....    memelas culas


Ketika semesta berkabung...
Menyaksi peradaban telah tak kudus lagi
Nafsu berdaulat di jiwa-jiwa yang merasa jumawa
Dan berbangga diri telah menjadi agama baru


Telah lupa dari mana tempat semua itu berasal
Sungguh-sungguh mereka lupa....


Merintihku tak perduli kunjungan hujan
Memeluk sedihku memandang zaman
Dimana manusia telah semakin pandai, hampir segala keajaiban telah dalam genggaman
Namun semakin menjauh kesadaran, bahwa tiada semua jika tak bersama  Tuhan yang menciptakan


Memandang terpesona wajah rupawan 
Memandang indah harta berlimpahan
Memandang kagum tahta bertinggian


Seakan tiada lagi sekecil  bilik bagi si buruk rupa
Seakan tiada lagi sejengkal ruang bagi si miskin papa
Seakan tiada lagi setapak alas bagi si hina dina


Berluncuran hasrat duniawi mengatas nama Asma SuciMU
Tiada lagi malu.....tiada lagi lugu



Aku hanya sebatang pohon bisu...
Tiada bisaku melainkan hanya tasbihku
Melantun wirid mengasuh asaku
Mengubur dalam-dalam kesumatku


Kulepas sejauh tatap memandang
Sehelai daun salam terkatung-katung di tengah lautan
Tiada dayanya melainkan karena angin dan ombak bergelora
Sebagai hakikat makhluq yang sesungguhnya
Tiada bisanya, jika tiada Tuhan bersama mereka


Aku hanya sebatang pohon bisu...
Berkeluh......... tersedu......






********************************************************************
Keterangan :
Foto milik Keyboard Berita Tercepat dan Terdepan,The Largest Indonesia BloggerAda di Link ini : http://keyboardberita.blogspot.com/2010/10/lonely-trees-pohon-kesepian.html