Thursday, December 30, 2010

Pribadi Pilihan

Tiada keistimewaan moment apapun bagi orang-orang yang tidak istimewa
Waktu berlalu begitu saja tiada arti
Hanya orang-orang yang spesial yang menganggap hari-harinya adalah hadiah terindah dari Tuhannya
Menjaga dan merawatnya dengan apapun yang dimilikinya
Agar dapat mempersembahkan yang terbaik di dalam kehidupannya



Setiap kita adalah jiwa-jiwa yang faqir
Namun dijadikan Tuhan memiliki potensi yang baik untuk membangun peradaban yang luhur
Semuanya dimaksudkan agar menjadi pribadi-pribadi yang indah
Pantas untuk dapat berpulang kembali kepadaNYA dalam keadaan yang terbaik
Mendapatkan Rela dan Ridha-NYA yang tak ada apapun di dunia yang bisa menandinginya



Walau diri terkungkung keterbatasan raga
Ada lemah karena penyakit ataupun batasan usia
Namun cita-cita dan impian terbang melampaui cakrawala
Sayapnya mencapai ke segala penjuru semesta
Kiranya Tuhan berkenan  menjadikan tahun yang baru sebagai masa yang penuh berkah dengan rahmat dan fhadilatNYA




♥ Selamat Tahun Baru 2011 sahabat-sahabatku ♥

Semoga menjadi tahun dimana setiap kita menjadi pribadi-pribadi  pilihan yang lebih baik , amiin

Thursday, December 23, 2010

Hadiah Terindah

Apa yang anak (seberapapun usianya) ingat, atas ibunya pada saat mereka berjauhan oleh jarak maupun alam yang telah berbeda ?

Jika ibunya pernah menjadi seorang pegawai, apakah anak akan mengingat saat-saat dia ditinggal ibunya pelatihan beberapa hari di suatu tempat untuk mendapatkan kenaikan jenjang profesi ? Atau saat-saat ibunya dalam setiap sekian tahun naik jabatan?

Jika ibunya pernah menjadi seorang pekerja swasta, apakah anak akan mengingat saat-saat ibunya mendapat keuntungan besar sehingga dapat membelikannya aneka mainan saat ia kecil dahulu ? Atau saat-saat ibunya menerima komisi dari perusahaannya sehingga dapat membawanya jalan-jalan kemanapun ia sukai ?

Jika ibunya seorang ibu rumah tangga apakah anak akan mengingat seberapa banyak ibunya menyediakan mainan dan makanan-makanan enak untuknya ?. Atau baju apa yang ibunya berikan saat ulang tahunnya ?


Kupandangi anak-anakku. Mereka dengan usianya yang masih sangat belia selalu membahagiakanku dengan beraneka caranya.

Seringkali jika aku sedang asyik membaca atau menulis di komputerku, tiba-tiba Zahra ada di dekatku, lalu mencium pipiku dan bilang bahwa ia sayang padaku.

Putriku ini juga sering menulis surat yang berisi rasa sayangnya dan permintaan maafnya kalau ia merasa melakukan kesalahan kepada ibunya.

Sering merasa bersalah, karena aku hampir tidak pernah membuat surat sayang buat dia, kecuali di hari ulang tahunnya.

Faishal (panggilannya Aal) berbeda dalam sifat, ia tidak mengutarakannya secara verbal. Tapi ia tunjukkan dengan perhatian berupa membantuku jika nampak ibunya ini kesulitan mengangkat sesuatu. Padahal Aal sendiri badannya kecil. Dia juga akan mengasuh adik kecilnya kalau melihat ibunya sedang kerepotan memasak atau mencuci pakaian.

Fadhly (Adek) lain lagi. Suatu saat aku sedang menjemur pakaian. Ia berdiri di belakangku dan terdengar bergumam :

"kasian ummi capek ya"
Aku nengok sebentar dan bilang :

"Kalo gitu, adek do'ain ummi ya"
Tidak lama aku dengar dia berdo'a dibelakangku yang masih terus menjemur pakaian, aku dengar dia berdo'a :

"Ya Allah, tolong Ummi. Ummi jangan sakit ya Allah. Adek sayang ummi"


Begitu banyak hal yang seorang ibu terima dari Tuhannya berupa kebahagiaan melalui anak-anaknya. Yang dari sana akupun belajar bahwa tiadalah kasih sayang seorang ibu itu melainkan datang dari Tuhan, bukan dari kekuatannya sendiri sebagai orang yang melahirkan membesarkan. Tuhan menganugrahinya kebahagiaan dengan cara ia bisa mencintai dan mengasihi anak-anaknya sedemikian rupa dalam bentuknya yang berbeda-beda.


Tentang hal ini, aku sering merasa bahwa sebagai anak, banyak kekuranganku dalam kemampuanku untuk bisa membahagiakan kedua orang tuaku khususnya ibuku. Tetapi dalam pandanganku dan dalam apa yang beliau ucapkan, aku tahu ibuku bahagia memiliki kami putri-putrinya. Beliau tidak pernah melainkan selalu meneteskan air mata setiap awal bertemu atau akan berpisah denganku. Melalui air matanya aku tahu ibuku mencintaiku.


Ibuku dahulu seorang guru sekolah dasar. Tetapi tiada yang kuingat hingga saat ini kecuali Ibuku selalu pulang ke rumah menemui kami dengan senyum khasnya. Membawakan sedikit oleh-oleh berupa makanan kecil di setiap beliau pulang. Aku mengingatnya saat beliau ngobrol berdua saja denganku menceritakan kisah cintanya sebelum dengan ayahku (hehe). Aku mengingatnya saat ia marah padaku karena sesuatu hal, lalu ia datang ke kamarku dan menjelaskan mengapa beliau marah kepadaku, dan bahwa ia menyayangiku sesungguhnya. Aku pun mengingatnya saat beliau akan berangkat ke tanah suci, ibuku memelukku dalam balutan mukenanya, dan menangis memohon maaf kepadaku belum bisa menjadi ibu yang baik untukku.


Maka demikian pula yang aku ingin anak-anakku ingat tentangku jika aku telah tiada nanti. Bahwa dengan segala kekuranganku sebagai ibu mereka, aku tetaplah sangat mencintai dan mengasihi mereka dengan sepenuh hatiku. Bahwa sebagai siapapun mereka sekarang dan nanti, aku selalu menyayangi mereka dengan segenap perasaanku.


Hanya satu yang kumintakan dari Tuhanku, bahwa semoga kiranya DIA berkenan menjadikanku seorang ibu yang baik dan tepat untuk anak-anakku. Dapat menemani kehidupan mereka di dunia dengan segala yang dapat mencerdaskan dan membahagiakan mereka. Dan bahwa segala kekuranganku janganlah sampai menyakiti lahir dan bathin mereka selamanya.


Kiranya demikianlah harapan semua ibu di dunia untuk putra putri mereka, yang tidak akan pernah bisa cukup kutuliskan disini. Yang untuk itu cinta kita kepada ibu sepantasnya dipersembahkan dalam bentuk yang terbaik, karena kita telah menjadi hadiah terindah untuk mereka.

♥ Selamat Hari Ibu ♥


Wednesday, December 15, 2010

Merunduk Sejenak di Hari Asy-Syura' [Detik-Detik Tanah Memerah]

Memulai menulis 'note' ini dengan sedikit kebingungan, saat explore ke sumber-sumber literatur on-line mengenai sejarah hari Asy-Syuura' selalu ada kesan yang diberikan bahwa peringatan hari itu hanya dimiliki oleh komunitas tertentu saja di kalangan kaum muslimin, seperti misalnya kaum Syi'ah, kaum Salafi, Tarekat Qadariyah, jama'ah-jama'ah Ahlul Bayt, sebagian kaum Sunni dan sebagainya yang nota bene kelompok-kelompok yang saya sebutkan itu semuanya mengaku sebagai umat Islam. Dan memang demikian sebagian besar faktanya, di literatur-literatur cetak pun biasanya pembahasan tentang hal ini dilakukan oleh sumber-sumber berbasis komunitas-komunitas itu.


Sambil terus browsing, didalam hatiku berserak pertanyaan-pertanyaan bukankah di dalam sejarah hari itu ada peristiwa besar yang menimpa keluarga Nabi Muhammad saw, peristiwa hitam yang menimpa keluarga junjungan kita semua, keturunan Nabi kita yang sama. Mengapa ada pemilahan seolah-olah Asyuura hanya diperingati oleh kelompok tertentu saja di kalangan kaum muslimin, dan yang lain tidak perlu 'sedalam' itu mengacuhkannya. Sedang kematian siapapun dari keturunan Nabi Adam tanpa hak adalah suatu kekejian yang tidak pantas dan tidak berhak dilakukan oleh siapapun. Dan dari sanalah perjalananku menyibak peristiwa hitam di Padang Karbala dimulai. Dan aku hanya dapat menunduk dihadapan kebesaran kesabaran yang telah diperlihatkan keluarga Nabi saw khususnya sang putra dari sd.Ali karomallahuwajhah, Husein bin Ali bin Abi Thalib ra.


Karbala adalah permadani pasir yang menghampari bagian sunga Eufrat di Irak. Padang tandus yang matahari siang dan bintang-bintang malamnya telah menjadi saksi bagaimana keluarga, darah daging Nabi Muhammad sendiri, putra-putri  Az-Zahra telah dibuat kelaparan dan kehausan dalam sebuah blokade oleh pasukan dari rezim bani Umayyah, atas penolakan mereka terhadap pengangkatan Yazid bin Mu'awiyyah sebagai khalifah menggantikan tampuk kepemimpinan monarchi ayahnya Mu'awiyah. Dan pada puncaknya, di hari yang hari ini kaum muslimin dunia memperingatinya sebagai hari Asyuura' dahulu pada tanggal 10 Muharram 61 H atau tanggal 10 Oktober 680 M terjadi pertempuran yang sangat tidak seimbang antara sekitar 70 orang dari kalangan keluarga Nabi para Ahlul Bait yang dipimpin oleh cucu dari Nabi Muhammad saw yaitu Husain Bin Ali bin Ali Thalib melawan kebrutalan pasukan Ubaidillah bin Ziyad atas perintah Yazid bin Muawiyyah.


Jauh sebelumnya telah diberitakan oleh malaikat Jibril kepada Rasulullah saw. Ummu Salamah isteri tercinta Rasulullah saw menuturkan:
" Ketika hendak tidur Rasulullah saw gelisah, ia berbaring kemudian bangun, berbaring dan bangun lagi. Aku bertanya kepadanya: "Mengapa engkau gelisah ya RasulAllah? Rasulullah saw menjawab:  
Baru saja Jibril datang kepadaku memberitakan bahwa Al-Husein akan terbunuh di Karbala. Ia membawa tanah ini dan simpanlah tanah ini. Jika tanah ini kelak telah berubah warna menjadi merah pertanda Al-Husein telah terbunuh.” Dan Ummu Salamah pun menyimpan tanah itu.

Al-Husein (sa) yang telah mengetahui rencana Khalifah (Yazid) untuk memeranginya, mengajak keluarganya dan sahabat-sahabat Nabi saw yang masih hidup saat itu untuk bergabung bersamanya. Sebelum meninggalkan kota Madinah, Al-Husein (sa) pergi berziarah ke pusara kakeknya Rasulullah saw. Di kubur Kakeknya ia membaca doa dan menangis hingga larut malam dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi Rasulullah saw datang kepadanya, memeluknya dan mencium keningnya. Dalam mimpinya Rasulullah saw berpesan:

“Wahai Husein, ayahmu, ibumu dan kakakmu menyampaikan salam kepadamu, mereka rindu kepadamu ingin segera berjumpa denganmu. Wahai Husein, tidak lama lagi kamu akan menyusulku dengan kesyahidanmu.” Lalu Al-Husein terbangun.

Di kubur kakeknya Al-Husein berjanji dan bertekah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, menyampaikan Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya. Kemudian Ia mendatangi keluarganya dan mengajak sebagian sahabat-sahabat Nabi saw yang masih hidup saat itu untuk bergabung bersamanya.

Ketika akan meninggalkan kota Madinah menuju ke Irak, Al-Husein berpamitan kepada Ummu Salamah yang menangis dan mengantarkan kepergiannya dengan linangan air mata, ia terkenang saat bersama Rasulullah saw dan teringat akan
pesan yang disampaikan kepadanya.


Kini Al-Husein dan rombongannya berangkat menuju Irak. Karena lelahnya perjalanan , Al-Husein dan rombongan yang tidak lebih dari 73 orang berhenti di padang Karbala. Rombongan Al-Husein (sa) terdiri dari keluarganya dan sebagian sahabat-sahabat Nabi saw. Mereka memancangkan kemah-kemah di padang Karbala untuk berteduh dari sengatan panas matahari dan istirahat karena lelahnya perjalanan yang sangat  jauh.


Karena jauhnya perjalanan Al-Husein dan rombongannya kehabisan bekal. Mereka dalam keadaan haus dan lapar. Sebagian dari mereka berusaha mengambil air dari sungai Efrat, tapi mereka dihadang oleh pasukan Ibnu Ziyad. Mereka tetap berusaha keras mengambil air untuk dipersembahkan kepada Al-Husein dan keluarganya serta rombongan yang
kehausan. Tapi mereka gagal karena diserang oleh anak-anak panah pasukan Ibnu Ziyad, dan mereka berguguran menjadi syuhada’.

Deru suara kuda terdengar dari kejauhan. Semakin lama suara itu semakin jelas bahwa suara itu adalah suara deru kuda pasukan Ibnu Ziyad yang jumlahnya ribuan. Rombongan Al-Husein yang jumlahnya tidak lebih dari 73 orang terdiri dari  anak-anak kecil dan wanita dari keluarganya, dan sebagian sahabat-sahabat Nabi saw. Mereka harus berhadapan dengan ribuan pasukan Ibnu Ziyad gubernur pilihan Yazid bin Muawiyah.


10 Muharram 61 H, pasukan Ibnu Ziyad mulai melakukan serangan pada rombongan Al-Husein yang dalam keadaan haus dan lapar. Salah seorang anggota pasukan melancarkan anak panah pada leher anak Al-Husein yang masih bayi dan berada dalam pangkuan ibunya, sehingga mengalirlah darah dan meninggallah bayi yang tak berdosa itu.


Pada sore hari 10 Muharram 61 H, pasukan Al-Husein banyak yang berguguran. Sehingga Al-Husein (sa) tinggallah seorang diri dan beberapa anak-anak dan wanita. Dalam keadaan haus dan lapar di depan pasukan Ibnu Ziyad , Al-Husein (sa) berkata: “Bukalah hati nurani kalian, bukankah aku adalah putera Fatimah dan cucu Rasulullah saw. Pandanglah aku baik-baik, bukankah baju yang aku pakai adalah baju Rasululah saw.”


Tapi sayang seribu sayang iming-iming hadiah jabatan dan materi dari Yazid bin Muawiyah, kecuali Al-Hurr telah membutakan pasukan Ibnu Ziyad untuk tidak memperdulikan ajakan Al-Husein (sa), mereka menyerang Al-Husein yang tinggal seorang diri. Serangan itu disaksikan oleh Zainab (adiknya), Syaherbanu (isterinya), Ali bin Husein (puteranya), dan rombongan yang masih hidup yang terdiri dari wanita dan anak-anak.
Pasukan Ibnu Ziyad melancarkan anak-anak panah pada tubuh Al-Husein, dan darah mengalir dari tubuhnya yang sudah lemah. Akhirnya Al-Husein terjatuh di tengah-tengah  para syuhada’ dari pasukannya.


Melihat Al-Husein terjatuh dan tak berdaya, Syimir dari pasukan Ibnu Ziyad turun dari kudanya, menginjak-injakkan kakinya ke dada Al-Husein, lalu menduduki dadanya dan menghunus pedang, kemudian menyembelih leher Al-Husein yang dalam kehausan, sehingga terputuslah lehernya dari tubuhnya. Menyaksikan peristiwa yang tragis ini Zainab
dan isterinya serta anak-anak kecil menangis dan menjerit tragis. Tidak hanya itu kekejaman Syimir, ia melemparkan kepala Al-Husein yang berlumuran ke kemah Zainab. Semakin histeris tangisan Zainab dan isterinya menyaksikan kepala Al-Husein yang berlumuran darah berada di dekatnya.


Zainab menangis dan menjerit, jeritannya memecah suasana duka. Ia merintih sambil berkata: Oh… Husein, dahulu aku menyaksikan kakakku Al-Hasan meninggal diracun oleh orang terdekatnya, dan kini aku harus menyaksikan kepergianmu dibantai dan disembelih dalam keadaan haus dan lapar. Ya Allah, ya Rasullallah, saksikan semua ini. Al-Husein telah meninggalkan kami dibantai di Karbala dalam keadaan haus dan lapar. Dibantai oleh ummatmu yang mengharapkan syafaatmu. Ya Allah, ya Rasulallah Akankah mereka memperoleh syafaatmu sementara mereka menghinakan keluargamu, dan membantai Al-Husein yang paling engkau cintai?


10 Muharram 61 H, bersamaan akan tenggelamnya matahari, mega merah pun mewarnai kemerahan di ufuk barat, saat itulah tanah Karbala memerah, dibanjiri darah Al-Husein dan para syuhada’ Karbala. Bumi menangis, langit dan seluruh penghuninya berduka atas kepergian Al-Husein pejuang kebenaran dan keadilan.



Kini rombongan Al-Husein  yang masih hidup tinggallah adiknya Zainab dan isterinya, Ali putra Al-Husein yang sedang sakit (Ali bin Husein / Zainal Abidin hidup dari th 658-713) , dan sisa rombongannya yang masih hidup yang terdiri dari anak-anak dan wanita. Mereka diikat rantai dan digiring dalam keadaan haus dan lapar, dari Karbala menuju kantor gubernur Ibnu Ziyad yang kemudian mereka digiring ke istana Yazid bin Muawiyah di Damaskus. Dalam keadaan lemah, lapar dan haus, mereka dirantai dan digiring di sepanjang jalan kota Kufah. Mereka disaksikan oleh penduduk Kufah yang berbaris di sepanjang jalan. Sebagian pasukan membawa kepala Al-Husein untuk dipersembahkan kepada Yazid.


Dari sebagian sumber riwayat menuturkan bahwa sejak kepergian Al- Husein dari Madinah,  Ummu Salamah selalu memperhatikan tanah yang dititipkan oleh Rasulullah saw, dan saat tanah itu berubah warna menjadi merah, Ummu Salamah selalu menangis pilu.


Penulisan kisah ini bukan untuk membangkitkan dendam. Dan tiada gunanya dendam kita untuk para Ahlul Bait yang bagi mereka sesungguhnya kehidupan dan kematian telah menjadi hal yang sama, karena selama hidupnya mereka berjalan dimuka bumi seperti orang kebanyakan namun hati mereka selalu bergantung kepada TuhanNYA, senantiasa diliputi dzikir dalam setiap diam dan bergeraknya kepada Dzat yang Al-Ghaib namun mutlak keberadaanNYA yang Allah asmaNYA.


Memperingati peristiwa Asy-Syura' hanya sepenggal moment untuk kita bertafakur diri untuk dapat mengalahkan ke-Yazid-an nafsu kita sendiri. Karena jika dilihat dari sejarah manapun, nafsu yang tidak terkendali akan menjerumuskan manusia pada titik kekejian yang terdalam. Nafsu serakah, nafsu berkuasa dalam berbagai skala tingkatannya telah membawa manusia di sepanjang zaman saling berperang satu sama lain. Bagaimana kita dapat belajar untuk dapat menempatkan sesuatu pada haknya walaupun hal itu pahit dan teramat berat, dan walaupun taruhannya adalah nyawa sekalipun.


Semoga Allah senantiasa mengaruniakan Rahmat dan Fadhilah-NYA untuk kita semua.
Amiin


Bogor, 10 Muharram 1432 H /  16 Desember 2010

Saturday, December 11, 2010

Kendatipun Kapal akan Karam, Tegakkan Hukum dan Keadilan [Memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia]


Kata-kata di atas adalah penggalan kalimat yang diucapkan mantan Jaksa Agung Republik Indonesia di periode Kabinet Persatuan dari 6 Juni 2001 sampai wafatnya pada 3 Juli 2001. Almarhum Prof. Dr. Baharuddin Lopa. Berkaitan dengan hari korupsi sedunia, dimana kata-kata ini telah membuat semua orang kembali memiliki harapan besar akan munculnya keadilan di negeri yang subur dengan praktek korupsi di setiap sendinya ini.

Bagaimana tidak issue tentang hal ini memang telah banyak membakar manusia di sepanjang sejarah dunia, geram dengan merajalelanya korupsi di kehidupan mereka. Yang kalau saja tidak menjerumuskan mereka pada jurang kemiskinan pada titik yang paling nadir, niscaya hal ini tidak akan menjadi pembicaraan terus menerus hingga saat ini.


Bagaimanapun fenomena korupsi telah mengharu biru kehidupan berbangsa dan bernegara di banyak tempat di dunia, karena dengannya secara sistematis telah menggerogoti sendi keberadaan dan kehidupan negara itu sendiri dengan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemimpin-pemimpinnya dari akibat yang ditimbulkannya, pemiskinan terstruktur yang diciptakan budaya korupsi sama sekali jauh dari cita-cita awal berdirinya negara itu sendiri.



Dari sejak tanggal 9 hingga hari ini memperhatikan bagaimana orang-orang mensikapi Hari Anti Korupsi. Mencari tahu ke perpustakaan Google dan yang didapat hanya dua besar yang menguasai 'page one', yaitu ritual peringatan oleh jajaran aparat pemerintahan dan demonstrasi massa. Hampir-hampir tidak ada perubahan berarti walaupun peringatan ini digelar setiap tahunnya mengingat masih banyaknya kasus-kasus korupsi yang belum terselesaikan tanpa menafi'kan upaya pemerintah yang telah bergulir dalam menangani masalah ini.


Semula banyak yang ingin dimuat dalam postingan ini diantaranya nama-nama tokoh dunia dan dalam negeri yang ditasbihkan sebagai tokoh-tokoh paling korup. Tapi apalah gunanya kita membaca deretan nama dan dosa yang dikalungkan kepada mereka, apabila hal itu tetap saja tidak merubah jiwa-jiwa setiap kita untuk mau berjuang setidaknya bergerak untuk melawan badai korupsi di negeri ini.


Alangkah lebih baik menurutku untuk mengingat sepak terjang tokoh yang dapat menginspirasi kehidupan kita untuk bisa hidup secara jujur, apa adanya, tiada yang ditakuti kecuali hanya Tuhan semesta alam  seperti yang telah ditunjukkan oleh seorang laki-laki pemberani yaitu Baharuddin Lopa.


Beliau lahir di Mandar, Sulawesi Selatan, 27 Agustus 1935. Beliau dikenal sebagai tokoh pejuang keadilan yang mewariskan ketegasan dan keberanian dalam penegakkan hukum di Indonesia.


Dalam usia 25, Baharuddin Lopa, sudah menjadi bupati di Majene, Sulawesi Selatan. Ia, ketika itu, gigih menentang Andi Selle, Komandan Batalyon 710 yang terkenal kaya karena melakukan penyelundupan.


Lopa pernah menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi di Sulawesi Tenggara, Aceh, Kalimantan Barat, dan mengepalai Pusdiklat Kejaksaan Agung di Jakarta. Sejak 1982, Lopa menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Pada tahun yang sama, ayah tujuh anak itu meraih gelar doktor hukum laut dari Universitas Diponegoro, Semarang, dengan disertasi Hukum Laut, Pelayaran dan Perniagaan yang Digali dari Bumi Indonesia.


Begitu diangkat sebagai Kajati Sulawesi Selatan, Lopa membuat pengumuman di surat kabar: ia meminta masyarakat atau siapa pun, tidak memberi sogokan kepada anak buahnya. Segera pula ia menggebrak korupsi di bidang reboisasi, yang nilainya Rp 7 milyar. Keberhasilannya itu membuat pola yang diterapkannya dijadikan model operasi para jaksa di seluruh Indonesia.Dengan keberaniannya, Lopa kemudian menyeret seorang pengusaha besar, Tony Gozal alias Go Tiong Kien ke pengadilan dengan tuduhan memanipulasi dana reboisasi Rp 2 milyar. Padahal, sebelumnya, Tony dikenal sebagai orang yang ''kebal hukum'' karena hubungannya yang erat dengan petinggi. Bagi Lopa tak seorang pun yang kebal hukum.


Lopa menjadi heran ketika Majelis Hakim yang diketuai J. Serang, Ketua Pengadilan Negeri Ujungpandang, membebaskan Tony dari segala tuntutan. Tetapi diam-diam guru besar Fakultas Hukum Unhas itu mengusut latar belakang vonis bebas Tony. Hasilnya, ia menemukan petunjuk bahwa vonis itu lahir berkat dana yang mengalir dari sebuah perusahaan Tony.


Sebelum persoalan itu tuntas, Januari 1986, Lopa dimtasi menjadi Staf Ahli Menteri Kehakiman Bidang Perundang-undangan di Jakarta. J. Serang juga dimutasi ke Pengadilan Tinggi Sulawesi Selatan. (sumber Database Tokoh Indonesia di  http://www.tokohindonesia.com)


Ketika menjabat sebagai Jaksa Tinggi di Makasar ia memburu seorang koruptor kakap. Ia juga pernah memburu kasus korupsi mantan presiden Soeharto saat ia tengah menjabat sebagai Sekretaris Jendral Komnas HAM dengan mendatangi kawan-kawannya di Kejaksaan Agung dimana saat itu akhirnya mantan presiden Soeharto berhasil diajukan ke pengadilan walaupun Hakim saat itu gagal mengadilinya karena alasan kesehatan. Jika anda ingin membaca statementnya secara langsung silahkan dilihat disini pada wawancara beliau oleh Hani Pudjiarti dari TEMPO Interaktif.


Akhir riwayat sang pemberani ini cukup menjadi perhatian publik, ada kontroversi disana yang menyangkut penyebab kematiannya. Di kalangan sementara orang ada yang meyakini bahwa kematiannya disengaja (mirip kasus Munir) oleh fihak-fihak yang merasa posisinya dirugikan dengan sepak terjang laki-laki yang meninggal pada usia 66 tahun ini.


Banyak kenangan berkesan yang didapat oleh rekan-rekan sejawatnya akan keberanian lelaki ini, diantaranya yang diungkapkan Pakar Hukum Tata Negara UI, Margarito Ganis, menurutnya saat ini dibutuhkan sosok Jaksa Agung yang seperti Baharuddin Lopa.Sosok yang ada diantara sekian banyak kata-katanya yang tidak pernah dilupakan Enang, salah satunya adalah:
“Kendatipun kapal akan karam, tegakkan hukum dan keadilan".


Suri tauladan, itulah yang generasi ini butuhkan. Lebih efektif dari sekian banyak upacara peringatan dan perayaan-perayaan lainnya. Dan Baharuddin Lopa telah memberikannya bukan hanya pada saat menjalani profesinya, akan tetapi juga pada kehidupannya seluruhnya. Beliau telah mempraktekkan kesederhanaan hidup dan kejujuran di dalam rumah tangganya yang untuk itu, apapun sepak terjang yang telah dilakukannya telah menyulitkan para penerus sesudahnya.


Selamat jalan Bapak Baharuddin Lopa, sungguh kami semua sangat menginginkan hadirnya sosok-sosok berani seperti anda. Semoga Allah menerima seluruh dharma baktimu dalam sebaik-baik penerimaanNYA, amiin. 

Tuesday, November 23, 2010

DIA

Tuhan

Siapakah DIA

DIA-kah yang dikabarkan orang Yang selalu Ada bersamamu ?

Benar,  DIA-lah Tuhan

Yang tak pernah berhenti merawat dan memelihara bahkan disaat kau terluka dan merasa sendiri tak punya siapa.

Disaat kau selalu melupakanNYA, DIA terus menjaga.

Disaat kau merasa kehilangan bintang di langit malam,sesungguhnya  DIA tengah mengaruniakan kedamaian di hatimu dengan suara hewan malam di keheningan gulita.

Disaat kau merasa kehilangan hangat sinar MentariNYA, sesungguhnya DIA tengah melimpahkan keteduhan siang untuk penawar lelahmu.

Disaat kau merasa kehilangan cinta seseorang, sesungguhnya DIA tengah menatapmu lebih lekat dan menyiapkan kebahagiaan lain yang tak pernah kau duga.

Disaat kau merasa kehilangan, sesungguhnya DIA tengah memberimu.

Belajarlah memandang dengan hati, bukan hanya mata kasat dan logika yang sering menipu.

Sungguh Tuhan tak pernah meninggalkanmu

Dia selalu bersamamu walau sering kau " tak-mengacuhkanNYA"

Dia tak putus memberi, walau kau tak pernah meminta.

Dia terus menyayangi, walau kau sering tak perduli.

Jangan pernah takut untuk 'berlari', menggapai mimpimu, DIA akan "membantumu", menjagamu kala kau semakin kencang, dan mengobatimu kala kau terjatuh dan terluka.

Jangan pernah ragu akan kesetiaanNYA, DIA ada didadamu manakala kau selalu mengingatNYA

DIA bersamamu, bersama setiap detak jantungmu, bersama setiap denyut nadimu, bersama setiap hela nafasmu.

Maka tak perlu berteriak untuk memanggilNYA karena DIA teramat dekat

Tak perlu kau menarik perhatianNYA karena DIA selalu "menatap"

Tak perlu menghardikNYA mempertanyakan do'a yang kau anggap tak terjawab, karena DIA selalu memberi setiap detik setiap waktu.

Tak perlu kau menjauh menghindariNYA, karena DIA akan selalu menemukanmu

DIA-lah penciptaMU, yang Membentuk setiap noktah sel tubuhmu

Yang Memperjalankan setiap aliran darahmu

Yang Menggerakkan setiap degup jantungmu

Yang Mengetahui setiap yang terlintas di benakmu

Yang Membaca setiap desir hatimu

Yang Menyembuhkanmu kala kau sakit

Yang Menghiburmu kala kau berduka

Yang bersama di kesendirian dan ramaimu

Dia lah TuhanMU

Yang Menyayangimu, Yang  MengasihiMU



Wednesday, November 17, 2010

Mudahnya Ikhlas...

Dua hari ini banyak yang mengangkat tema Idul Adha yang nota bene membicarakan Qurban. Jika diamati, hampir semua media mengangkat hal ini termasuk siapa saja dari tokoh-tokoh masyarakat yang berqurban hari kemarin dan tak ketinggalan berita tentang berjubelnya masyarakat dari kalangan yang lain mengantri untuk mendapatkan jatah daging hewan qurban tersebut. Tak jarang drama insiden terjadi semakin menyakiti rasa keadilan ini, melihat kaum wanita dan anak-anak yang seharusnya terlindungi terinjak-injak orang di kerumunan pengantri jatah daging hewan qurban tersebut.


Salah satu moment yang sudah menjadi rutinitas tahunan, namun nampakya telah kehilangan banyak maknanya di benak dan hati orang-orang yang merayakannya. Walaupun tak dipungkiri, jika melihat kuantitas, semakin banyak orang yang melaksanakan ibadah yang satu ini. Dari kalangan pejabat negara dan orang-orang ternama lainnya yang memiliki harta berlimpah seakan berlomba-lomba menyerahkan hewan Qurban dengan harga yang tinggi dan kualitas hewan yang terbaik.


Hanya saja apakah semua ini adalah cermin dari keikhlasan seperti yang telah diteladankan oleh sang perintisnya yaitu sang kekasih Allah Nabi Ibrahim as. Jika jawabannya belum, tentu semua orang yang berqurban dapat memahami, namun adakah setiap orang yang berqurban juga mau dan bertekad untuk meneladani ? Inilah pertanyaannya. Dan jawaban dari semua ini tercermin dari kehidupan kita sendiri.

Jika dalam masyarakat yang masih diselimuti oleh kereligiusan ini masih berseliweran jiwa-jiwa yang korup, ini menjadi pertanda, bahwa keihlasan umat atas aktivitas berkehidupannya masih diragukan. Bagaimana dapat dikatakan ikhlas, jika walaupun dia bekerja di instansi yang mengatas namakan kepentingan masyarakat namun pada faktanya adalah tempat dirinya memperkaya diri sendiri dengan cara mencurangi hak-hak orang lailn.


Kasus-kasus korupsi bermula pada telah hilangnya ikhlas dalam dada setiap pelakunya. Dia telah menjadikan kepentingan diri dan keluarganya satu-satunya alasan beraktivitas. Maka demi kepentingannya sendiri, dia rela bekerja habis-habisan, berkorban waktu dan tenaga, berkorban kebersamaan dengan keluarganya (yang dijadikannya tujuan), berkorban karena telah mempertaruhkan kehormatan dan masa depannya jika ketahuan korupsi dan sebagainya.


Bagaimana bisa dikatakan berqurban jika sepanjang hidupnya mengabaikan nasib orang lain dalam harta yang diamanahkan kepadanya untuk dia nikmati sendiri. Bagaimana bisa dikatakan berqurban jika selama usianya tak perduli akibat perbuatannya atas kesengsaraan ribuan saudara sebangsanya gara-gara apa yang


Hati masih berharap banyak dengan fenomena ini, harus selalu ada rasa syukur mengiringi segala keironisan. Karena hakikat berqurban adalah keikhlasan. Ikhlas itu suatu keadaan dimana hati kita kosong dari segala sesuatu pada saat melakukan perbuatan yang baik, kecuali yang ada hanyalah Allah sebagai maksud dan tujuannya. Maka adakah kita telah menjadikan Allah sebagai sebab dan tujuan dari ibadah qurban ini, adalah hanya Tuhan sendiri yang tahu, sedangkan kita sesama manusia hanya dapat menilai dari yang tersurat dan tersirat


Berqurban aslinya adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan kita sendiri yang rakus, yang tak pernah puas dengan apa yang telah diberikan Tuhan sehingga bersedia untuk menyikut sana-sini demi kepuasan diri sendiri.


Bicara Qurban sesungguhnya bicara tentang keikhlasan, mempersembahkan yang terbaik yang kita miliki demi mengagungkan Tuhan semesta alam yang imbasnya adalah kebaikan untuk sesama makhlukNYA. Akan mudah sekali untuk merasakan ikhlas manakala kita telah berusaha memmbersihkan diri dari segala kepentingan *walau hanya sebuah nama baik.*

Thursday, November 11, 2010

Rayuan Pulau Kelapa

Semalam mati lampu cukup lama. Untuk menghibur anak-anak yang kurang nyaman dengan suasana yang gelap dan sunyi, aku coba menyanyikan lagu-lagu sekalian menina-bobokan mereka dengan lagu Bintang Kecil, O Ayah dan Ibu, Insan Utama, Ambilkan Bulan Bu dan Pelangi.


Tidak tahu kenapa, tiba-tiba terfikir untuk menyanyikan lagu nasional Rayuan pulau Kelapa yang sudah "berabad-abad" hilang dari playlist benakku. Saat menyanyikan lagu itu, anakku yang tadi ikut mengikuti nyanyianku terdiam (mungkin karena sudah mengantuk juga), dan tiba-tiba muncul rasa haru setiap menyebutkan satu demi satu baitnya. Merasakan betapa besarnya karunia Tuhan atas negriku ini; keindahan panoramanya, kekayaan sumber alamnya, keramahan penduduknya, keaneka ragaman agama, bahasa dan budayanya. Banyak sekali yang Tuhan berikan untuk kita semua di negeri ini.


Tidak terasa mataku berkaca-kaca malam tadi, dan keharuan membuat suaraku jadi tidak stabil.

Dan tahukah apa yang membuatku lalu tersenyum malam itu ?
Adalah melihat anak dan suamiku tertidur karena lagu Rayuan Pulau Kelapa itu walau hanya diiringi dentingan gitarku.


*Semoga kita menjadi hamba-hambaNYA yang pandai bersyukur kepadaNYA ya nak. Dapat memuliakan kehidupan ini dengan benar sesuai kehendakNYA,amiin
Selamat tidur sayang *




Wednesday, November 3, 2010

Jangan Yang Tersisa Untuk Insan Yang Mulia .........


Sejak Ibu mengetahui kehadiranmu dalam rahimnya
Hanya cinta dan kerinduan yang membuatnya diam dan bergerak
Telah berganti segala hasrat
Hanya ingin bertemu 'penyejuk mata' dalam kandungan


Dan sejak Ayah menyadari akan kemunculan sang tumpuan harapan
Hanya keberanian dan tanggung jawab yang membuatnya datang dan pergi
Telah berganti segala tekad
Hanya ingin berjumpa 'buah hati' dalam buaian


Ibu menisik sulaman do'a-do'a
Ayah membanting tulang menguras kekuatan
Bersama-sama menjemput harapan
Akan kehadiran putra putri yang dirindukan


Jika saatnya tiba
Tak hilang segala pengorbanan
Seribu sakit di tubuh Ibu menjadi satu
Bersimbah darah menyambut sang tamu


Ayah menjaga, Ibu mengasuh
Letih dan lelah menjadi teman
Ayah bekerja, Ibu mengayomi
Berlimpah segala pengorbanan


Hingga kau tumbuh dewasa dan menjauh pergi
Tak berhenti Ayah dan Ibu memberi
Kebahagiaanmu menjadi mimpi indahnya
Kesulitanmu adalah tangis-tangis malamnya


Tak ada jeda kasih sayangnya
Tak ada henti do'a-do'a tulusnya


Namun bagaimana keadaanmu atas mereka ?



Jika ada waktu dan tenagamu tersisa, baru kau luangkan untuk sekedar mengunjungi mereka
Jika ada uang dan hartamu tersisa baru kau sisihkan untuk sekedar "jajan" mereka
Jika ada ruang di rumahmu tersisa baru kau persilahkan menjadi tempat berteduh mereka
Jika ada sedikit bakatmu tersisa baru kau tuliskan puisi sederhana untuk mereka
Jika ada ingatanmu tersisa baru kau panjatkan do'a pendek untuk mereka



Sedang selama hidup sejak kau dilahirkan
Ayah dan Ibu selalu memberikan yang terbaik mereka
Masa muda telah habis untuk mencintaimu
Walau siapapun berkata itu telah menjadi kewajiban mereka
Namun tetaplah kau tak lebih berharga dibanding jerih payah mereka telah menyayangi dan mencinta
Seberapa besarpun kau berusaha menggantinya
Tak pernah bisa kau membayar harga pengorbanan dan ketulusan mereka


Kini tinggallah pertanyaan besar...


Mengapa Allah telah berfirman
Bahwa Ayah dan Ibu semua insan
Telah menjadi yang kedua setelah Tuhan
Tempat syukur setiap anak dipersembahkan


Bukan yang tersisa dari waktumu untuk menemui Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat sangat merindukan kehadiranmu

Bukan yang tersisa dari hartamu untuk mencukupi Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat malu menengadahkan tangan kepadamu

Bukan yang tersisa dari rumahmu untuk menjaga dan merawat Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat malu untuk "merepotkanmu"

Bukan yang tersisa dari budi pekertimu untuk memuliakan Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat malu untuk memohon perhatianmu

Bukan yang tersisa dari ingatanmu untuk mendo'akan Ayah dan Ibu, sedang di masa tua mereka teramat malu untuk mengharap kesetiaanmu



Walau bagaimanapun keadaan tuan
Baik kelapangan ataupun kesempitan
Jangan yang tersisa yang kau berikan
Kepada orang tua yang melahirkan membesarkan



Hanya satu yang Tuhan berikan kesempatan untukmu
Membahagiakan Ibu dan Ayahmu
Dengan yang terbaik yang kau bisa
Seperti yang terbaik yang kau beri untuk anak-anakmu
Serta menyertakan mereka dalam setiap do'a-do'amu



Jangan beri yang tersisa dari yang kau punya
Untuk insan yang berkorban nyawa dan harta
Sebelum tiba masanya...
Kau ingin memberi segala
Namun telah tak bisa
Karena mereka telah tiada.....



"Rabbigfirly waaliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani shagiiraa...'

"Wahai Tuhan kami ampunilah kami serta orang tua kami. Dan sayangilah orang tua kami sebagaimana mereka telah menyayangi kami..."
Allahumma Aamiin



Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan untuk orang tua kita semua, aamiin

Bogor, 3 November 2010
________________________________________________________________
Sebuah catatan untuk diri sendiri, setelah kemarin Ibu ingin pulang sementara ke Bandung padahal beliau belum terlalu sehat walaupun kondisinya mulai membaik ( "Kangen rumah" katanya).


Monday, November 1, 2010

Sekali Lagi Tentang Keragaman

Kalau sedang sendirian, yang paling menyenangkan buatku salah satunya adalah main gitar. Bisa agak tenang gubah lagu (amatiran buat koleksi pribadi) atau sekedar nyanyi ngetan ngulon (ngaler ngidul kan buat ngobrol).


Kalau suatu hari ada snar gitar yang putus karena terlalu kencang aku plintir waktu atur nada dasarnya, pasti aku cari maximal 2 hari harus sudah dapat snar pengganti. Karena rasanya tidak enak aja punya gitar nggak ready to used. Kehilangan satu snar untuk seorang gitaris adalah "bencana", apalagi gitaris profesional yang mencari rezekinya dari hasil memetik dawai gitarnya. Kehilangan satu dawai gitar berarti tak ada musik yang bisa dimainkan dengan benar, tak ada nada indah yang bisa didengar.


Bermain gitar hari ini mengingatkanku pada film yang dibuat teman-teman hebat MP-ku "Dari Republik Multinesia Untuk Republik Indonesia" yang sinopsisnya diulas oleh mas Luqman dalam Review-nya. Karena sudah terulas secara baik dan lengkap oleh sutradaranya sendiri, maka aku disini tidak akan mereview lagi film tersebut, silahkan ditonton sendiri yang tentunya penilaian akan sesuai dengan pandangan yang menonton sendiri-sendiri.


Melihat film itu entah kenapa aku justru lebih tertarik pada durasi terakhir penayangannya, yaitu saat film itu mulai memperlihatkan kebersamaan teman-teman saat mempersiapkan film itu dengan backsound lagu yang membuat hati ikut terharu. Teman-teman dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda mampu mewujudkan sebuah film sederhana dengan isi yang sarat makna. Teman-temanku bersahabat dalam perbedaan yang mereka punya, jauh sebelum film ini bahkan direncanakan. Persahabatan yang dimulai dari dunia tulis menulis di dunia maya yang secara alami mendekatkan mereka satu persatu, dan bahkan akupun mulai merasa masuk ke dalam dunia mereka yang sederhana yaitu kecintaan mereka terhadap persaudaraan tanpa memandang perbedaan yang ada yang memang telah diberikan Tuhan sebelumnya. Perbedaan itu bahkan membuat mereka berada dalam kebersamaan. Sekali lagi aku melihat postingan teman di jurnal mbak Nita, membuat aku berkali-kali merasa tersentuh dengan kebersamaan mereka.


Jika mau memandang secara lebih luas, pada dasarnya segala yang terjadi dalam dinamika kehidupan kita juga berawal dari perbedaan. Perbedaan yang saling mengisi, yang saling membangun. Tidak berdiri rumah kita jika tidak dibangun atas perbedaan bahan bangunannya, apa jadinya jika semua bahan bangunan jika hanya terdiri dari pasir saja, atau semen saja atau kayu saja. Tidak ada manusia yang dirinya hanya terdiri dari otak saja, atau jantung saja, atau ruh saja, atau hati saja. Dia membutuhkan raga, membutuhkan ruh, membutuhkan hati, membutuhkan rasa agar dapat disebut sebagai manusia. Demikian pula bangsa ini, negara ini, membutuhkan perbedaan yang saling bersinergi untuk eksistensinya. Membutuhkan keragaman yang saling menjaga untuk menambah kekuatannya. Tak bisa negara ini berdiri dengan adanya saling mengutuk perbedaan sesama saudara sebangsanya. Tak bisa tanah air kita ini berjaya dengan adanya saling menyerang perbedaan sesama saudara senegaranya.


Seperti gitar yang tak dapat melahirkan dentingan indah tanpa satu snarnya , maka kitapun tak bisa kehilangan satupun teman,saudara, siapapun penghuni negeri di bumi Tuhan ini kecuali dalam keputusan taqdirNYA, kita hanya akan terus bermimpi akan perdamaian di negeri ini, jika tak bisa saling menghargai dan memuliakan perbedaan masing-masing.


Mengenang kembali keragaman yang dirayakan tanggal 30 Oktober 2010 kemarin, semoga perbedaan diantara kita, benar-benar akan menjadi rahmat untuk kita semua.

Monday, October 25, 2010

Sang Inventor



Nggak tahu kenapa aku selalu suka dengan banyak hal yang "beraroma" Jepang, mulai dari landscapenya, design rumahnya, perabotan-perabotannya, cara berpakaiannya (yang udah modern ya, kalau yang tradisional ribet banget), filosofi hidupnya, budayanya, kerapihan dan kebersihannya, keramahannya, sampai pada kepintaran ilmuwan-ilmuwannya.

Nah yang terakhir ini, aku menemukannya di salah satu televisi swasta kemarin malam, waktu jagain mamaku yang sakit. Di televisi ditayangkan seorang laki-laki sepuh yang nampak masih energik, dipanggil dan ditag di tayangan dengan nama Dr. Nakamats, menjelaskan tentang kekhasan dia saat memilih kamera. Lelaki itu mengatakan:

"Orang-orang memperhatikan lensa dan fiturnya saat akan membeli kamera, tapi tidak denganku. Aku menciumnya. Jika baunya enak, maka berarti kamera itu bagus, sebaliknya jika baunya tidak enak, maka sebaiknya kau tidak membelinya"

Sebuah tips yang "konyol" kupikir saat itu. Namun membuatku tertarik untuk mengikuti adegan sesudahnya. Banyak hal-hal tidak biasa dilakukan kakek yang masih gagah itu, diantaranya membuat sepatu untuk jogging dengan menggunakan pegas dibagian bawahnya agar tekanan tidak membebani tungkai kaki, atau membuat sepatu roda dengan remote controlnya, atau menyimpan telpon selulernya di pergelangan tangannya seperti biasanya orang menggunakan jam tangan, yang menurutnya untuk menghindarkan dari resiko serangan jantung, atau berenang dan menyelam sambil menulis ide-idenya di bawah air dan masih banyak lagi.

Terpesona dengan profil si kakek energik ini, aku googling dan wiking (bener nggak ya istilahnya) mencari-cari si pemilik nama Dr. Nakamats ini, maka hasilnya keluar sedikit biografi tentang dirinya sebagai berikut yang saya ambil dan terjemahkan dari Wikipedia :

Yoshiro Nakamatsu (中 松 义 郎, Nakamatsu Yoshiro?),

Lahir 26 Juni 1928, dikenal sebagai Dr Nakamats, adalah seorang penemu dari Jepang yang mengklaim memegang rekor dunia untuk lebih dari 3.000 penemuan, termasuk sepatu musim semi "PyonPyon" dan dasar teknologi untuk floppy disk, CD, DVD, jam digital, CinemaScope, kursi "Cerebrex", pompa saus, dan meteran taksi (argometer).


Nakamatsu mengatakan ia menemukan teknologi floppy disk sambil mendengarkan rekaman Beethoven's Fifth Symphony, berusaha memikirkan cara untuk memainkan musik tanpa jarum, hak patennya diberikan pada tahun 1952. Dia juga mengaku floppy disk temuannya telah berlisensi, hak paten untuk IBM Corporation pada tahun 1979, namun rinciannya bersifat rahasia.
Ia dianugerahi lagi hadiah Nobel untuk Nutrisi pada 2005, untuk memotret dan retrospektif menganalisis setiap makanan yang telah dia konsumsi selama periode 34 tahun (dan terus bertambah). Tujuan Nakamatsu adalah untuk hidup setidaknya 144 tahun.




Dalam sebuah wawancara, Nakamatsu menggambarkan dirinya sebagai "kreativitas proses", yang mencakup mendengarkan musik dan diakhiri dengan menyelam bawah air, di mana dia bilang dia datang dengan ide-ide yang terbaik dan membuat catatannya saat di bawah air.


Pada tahun 2009, Denmark visual artis Kaspar Astrup Schröder membuat film dokumenter tentang Nakamatsu berjudul Penemuan Dr NakaMats (Opfindelsen af Dr Nakamats).


Pada tahun 2010, ia menjadi seorang ksatria Malta.


Informasi selebihnya tentang hasil-hasil penemuannya bisa anda cari sendiri dari Google atau Wikipedia ya :)


Namun ada beberapa yang kucatat setelah "menyimak" profilnya yaitu :

1. Dr.Nakamats orang yang optimis dan sangat menghargai dirinya sendiri. Ia pernah mengatakan 'Otakku amatlah berharga'. Ia tahu "harga" kepandaiannya bisa untuk membuat manusia lebih terbantu, maka ia ciptakan alat-alat yang spektakuler.
2. Sangat menghargai waktu dan kehidupan. Ia gunakan waktunya seefektif mungkin untuk menemukan dan menciptakan apa saja yang dapat membantu kehidupan umat manusia pada umumnya.
3. Inovatif, idenya selalu tersedia saat menemukan satu peristiwa dilingkungannya yang ia fikir bisa ia bantu memperbaikinya.
4. Disiplin, ada satu scene yang aku mendengar dia mengatakan :"Waktu sekolah dulu aku tidak pernah bolos", dan dia kemudian menjelaskan bahwa dia tidak pernah bolos bukan karena dia takut dihukum, tapi dia takut rugi tidak berhasil mendapatkan ilmu di hari manapun di kelasnya.
5. Simple. Gaya hidup dan cara berfikirnya sederhana dan termanifestasikan pada banyak karya-karya temuannya.


Membaca berulang-ulang profilnya di Wikipedia dan beberapa blog yang membahas tentang orang ini membuatku berfikir, jika sampai saat ini sudah lebih dari 3000 penemuan beliau yang di-hak patenkan, betapa bermaknanya keberadaannya bagi manusia di sekitarnya dan dunia pada umumnya. Dia bagiku tentu saja dengan segala kekurangannya mewakili sosok generasi yang mencerahkan.


Sejak kapan ia memulai prestasinya itu kira-kira ?, melihat pencapaian-pencapaiannya saya bisa memastikan hal ini semua sudah dia usahakan sejak dia masih muda, bahkan mungkin sejak kecil. Maaf tanpa bermaksud merendahkan, namun jika dibandingkan dengan Thomas Alva Edisson yang menghasilkan sekitar 1000an penemuan, Dr.Nakamats ini telah jauh melampaui generasi sebelumnya itu.


Hmm...jadi semangat.
Anak muda sekarang harus lebih giat lagi menggali potensi diri, banyak sekali bekal yang disediakan Tuhan didalam diri kita untuk memuliakan kehidupan yang DIA berikan.
Jadi, yuk kita berkarya yang terbaik sama-sama. Mudah-mudahan Indonesia khususnya bisa menjadi lebih baik lagi.


Jangan menunggu untuk menjadi pengikut seseorang, jadilah sang penemu. Jadilah sang inventor.

_________________________________________________________________
[ Kontemplasi menjelang Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2010 ]

Saturday, October 16, 2010

Memanja Rasa

Dikasar raga mendenyut rasa
Menggerakkan nurani dan sanubari silih berganti
Sesekali menerbangkan bahgia
Sesekali melayangkan lara


Kunikmati saja rasa yang ada
Memanja dengan temuan taqdirnya
Jika harus kumencinta
Maka kurenangi lautan geloranya
Jika harusku menelan duka
Kuberkhidmat di setiap sudutnya



Memanja rasaku sempurna
Mencicip setiap madu manisnya
Menelan setiap pahit getirnya


Namun tak berhingga fakta berkata-kata
Ada lebih banyak cinta menyapa
Lembut memetik dawai peristiwanya


Terbang di ketinggian lazuardy
Menabur sinar teduhnya pelangi
Membelai mengelus nurani


Di rasaku
Kau bertahta






Baca'puisinya sambil dengerin musiknya ya...:D Klik...!

Wednesday, October 13, 2010

Curhat

Nggak tahu mau posting apa. Tapi begitu membuka blog teman yang didalamnya ada tanda persahabatan untukku, air mataku netes lagi. Terimakasih mas Sukadi atas awardnya.Hari-hari terakhir ini, mudah sekali aku menangis (cengeng ya).


Aku lelah dengan tulisan-tulisan yang bersuasana negatif di koran, facebook maupun blog. Dan setiap aku menerima kebaikan orang, walau cuma tulisan atau kata-kata pasti akan membuatku terharu.


Hari-hari ini aku tanpa sadar selalu menyampaikan perasaan, perasaan sayangku kepada sahabat-sahabatku yang sudah seperti saudara, baik di dunia nyata maupun maya. Kadang-kadang hanya dengan mengomentari foto teman SMA-ku di fesbuk, pasti aku tambahkan :"Aku sayang kamu" kecuali kepada teman laki-laki , tentu aku tidak sevulgar itu walaupun di dalam hati rasa sayang itu rata terbagi. Aku merasa, hidup ini terlalu berharga untuk kita pakai saling acuh dan abaikan sesama.



Pengalaman hidupku, pernah berada dalam suatu organisasi yang tiada hari-harinya selain dari memusuhi pemerintah dan masyarakat di luar kalangannya membuatku merasa jengah. Walaupun organisasi itu berbasis agama, tetapi aku tahu (dengan pengetahuan yang mungkin cetek) bahwa agamaku tidak mengajarkan itu sesungguhnya. Agama yang kuyakini datang dari Tuhan semesta alam aku yakini sebagai pelita yang mencahayai hubungan kemanusiaan sesungguhnya.



Saat aku telah keluar dari lingkarannya, dan telah terlepas dari penjara aturan organisasi itu aku mengharap "atmosfir" kesejukan bisa kuhisap dalam-dalam di luar sana, dimana satu sama lain saling menghargai walau ada perbedaan diantara mereka.


Namun ternyata apa yang kudapat tak seindah yang kuharap. Ternyata, setelah menjadi "masyarakat biasa"pun tanpa diembel-embeli aktivis atau pejuang pun aku mendapati hal yang tidak berbeda. Mereka pun sama saling mencaci di luar kalangannya. Aku bergaul dengan anggota partai tertentu, darinya aku tahu ada perbedaan sikap dan perlakuan kepada orang-orang di luar anggota partainya dan diteruskan sikap itu kepada simpatisannya.


Di dunia maya pun aku "membaca", tak kalah sengit sikap-sikap sumir, sindir-menyindir, keras bahkan tajam sama ditujukan kepada orang-orang selain diri atau kelompoknya. Selalu ada alasan untuk menjelekkan dan menjatuhkan kehormatan orang lain, bahkan walaupun itu pemerintahnya sendiri, negaranya sendiri, dsb.


Untuk diketahui, aku sama sekali tidak tertarik dengan politik, dan aku bukan pendukung para pelaku politik manapun. Bukan pendukung SBY, bukan pendukung lawan-lawan politiknya juga. Tak ada kepentinganku atas semua itu. Aku hanya ibu rumah tangga biasa yang sama perlu dengan apa-apa yang mereka teriakkan dan tuntut.


Tetapi tidak harus dengan kata-kata yang menghinakan untuk mengingatkan seseorang, sama sebagaimana kita tak ingin dihina orang. Kita hidup di negeri ini, makan minum di dalamnya, berjodoh beranak pinak di pelukannya,dan mungkin akan mati pun disana pula.
Mengapa harus menanam kebencian untuk menuai kasih sayang. Mengapa harus menebarkan permusuhan untuk menghadirkan persaudaraan. Mengapa harus membuat kehancuran untuk mewujudkan keadilan ?


Saya kira, jika kita bisa mengembalikan diri kita kepada fhitrah kita yang baik aslinya, kita tak akan seberingas ini mensikapi keadaan.


Suatu hari (atau sudah kau temukan ???), akan terasa betapa sedikitnya waktu untuk bisa kita mengecap kebahagiaan bersama sesama kita. Bersama orang tua kita, bersama adik kakak kita, bersama suami atau istri kita, bersama teman-teman kita, bersama kerabat, tetangga dan masyarakat sekeliling kita. Bersama pemimpin kita.


Yang sedikit itu akan sangat terasa manakala kita merasa akan ditinggalkan oleh mereka yang kita sayang dan menyayangi kita.


Entahlah....
Mungkin perasaan mello ini disebabkan berita mengejutkan sekaligus menyedihkan buatku kemarin sore. Mamaku sakit sahabatku. Mama orang yang aku sayangi sakit. Mamaku mengidap Leukemia.


Persahabatan kita disini sudah sangat berharga buatku, tapi ada satu lagi yang aku minta dari pertemanan ini, yaitu do'a. Dengan kerendahan hati saya mohonkan do'a teman-teman untuk Mamaku. Semoga beliau bisa menjalani episode ini dengan sabar, tenang dan tidak kehilangan kebahagiaannya.
Allahumma aamiin...


Ya Allah, tulisan ini untuk Mamaku
Sembuhkanlah dia dengan Kasih SayangMU

Bogor 14 Oktober 2010



Sunday, October 10, 2010

Ibu, Sebut Aku Dalam Do'amu

Ibu...
Sedang apa Ibu disitu ?
Ini tahun kelimaku
tak lama akan kubawakan uang untukmu


Sesuatu yang tak pernah Ibu minta
Tapi aku telah bersungguh-sungguh mencarinya
Walau tak bisa memberi kabar berita


Bersabarlah Ibu...
Sebentar lagi aku akan menjumpaimu
Membawa berlimpah harapan yang dijanjikan padaku


Ibu...
Engkau pernah bercerita pada suatu hari
Tentang akhir usia yang ingin kau sudahi
Di tanah suci tempat diturunkan wahyu para Nabi


Aku tahu...
Dulu Ibu mengumpulkan setiap recehan
Membagi dua rezeki untuk kita makan
Agar sampai ke tanah tujuan


Ibu...
Aku rindu kepadamu
Ingin segera kumenatap teduh wajahmu
Dan merasakan peluk hangat di tubuhku


Bersabarlah Ibu...
Kan kubawakan untukmu baju Ihrammu
Agar dapat kau do'akan aku anakmu
Di tepian Ka'bah kerinduanmu


Ibu...
Sebut aku di do'amu
Biar kuobati dulu luka di punggungku
Karena dera siksa majikanku


Bgr, 10 Okt 2010
(Terinspirasi dari derita TKW di perantauan sana)

Thursday, October 7, 2010

Mellow

Hijab PasirMu



Kusapu pasir di mataku
Halusnya telah lama menabirku dariMU
Kutatap butirnya satu persatu

Tiba-tiba, mereka menari...

Melukis orang-orang yang kucintai
Menggambar benda-benda yang kusukai
Mensketsa hasrat yang kuobsesi

Lalu kusadari...

Semua itu telah membelengguku di sepanjang hidupku
Semua itu telah menyibukanku dariMU
Semua itu telah melenakanku

Aku selalu tahu
Saat Kau menyentuhku dengan musibah duniawiku
Aku selalu tahu
Saat Kau mengusapku dengan bahagia ragawiku

Namun aku selalu menepisMU
Aku selalu mengabaikanMU
Aku selalu 'menyakitiMU"

Sedang kusebut Engkau dalam lafadzku 'Kekasihku'
Sedang kunanti Engkau dalam setiap kesepianku
Sedang kubutuhkan Engkau dalam setiap laraku

Ya Ghafuur
Betapa ku telah mendustaiMU
Sedang Engkau sang Maha Tahu

Di kehampaan asa ini izinkan kuberkata
Bahwa aku mencintaiMU
Jika seluruh usiaku kuhabiskan dalam dusta
Maka inilah kali pertama kujujur kepadaMU

Di terik siang dan hening malamMU
Ku bersimpuh di pintuMU
Menghiba ampunan dan "pelukanMU"

Tuhan...
Aku rindu kepadaMU




Saturday, October 2, 2010

Es Krim versus Lebay

Mencoba "menyimak" pemberitaan-pemberitaan ataupun pergaulan orang-orang baik di dunia nyata maupun dunia maya. Jadi ingat ke jaman masih aktif di organisasi di sekolah (OSIS) dulu, ada istilah "Es Krim"untuk mengganti kata ekstrim (extreme), sebuah istilah yang disandangkan pada keadaan atau sikap yang melebihi batas yang seharusnya. Keadaan atau sikap yang tidak proporsional lagi, tidak seimbang, tidak harmony. Dalam istilah agama kata ini setara dengan istilah ta'ashub (kefanatikan), pendirian yang radikal, cenderung berburuk sangka dan menganggap orang lain salah. Jika sudah demikian maka ia akan mengkristal menjadi paradigma (cara pandang), kemudian menjadi sikap bathin, dan bisa membuahkan perbuatan-perbuatan yang ekstrim pula pada akhirnya.


Ada beberapa padanan katanya yang sering dipersamakan orang untuk menggambarkan keadaan atau sikap ekstrim itu, yang sedang trend sekarang di kalangan anak muda adalah istilah 'Lebay'. Kalau saya menyebut kata lebay, siapa yang terfikir seorang artis di televisi yang sering bersikap seperti itu ?... Sudah terbayang ? Sukakah anda dengan artis itu ? Mmm suka atau tidak suka, mungkin jawabannya akan relatif, tapi saya yakin sebagian besar akan menjawab tidak. Hal ini membuat rasa yang tidak nyaman, bahkan muak.


Sikap lebay atau ekstrim pertama yang dilakukan manusia untuk pertama kalinya dilakukan oleh putra Nabi Adam as, Qabil. Diawali saat ia tidak bisa menerima kenyataan adiknya Habil menikah dengan wanita yang disukainya. Timbul iri hati dan dengki kepadanya, dan puncaknya adalah saat Tuhan lebih memilih persembahan adiknya daripada persembahannya sendiri. Sikap lebay/ ekstrim Qabil ini berbuntut pada pembunuhan atas adiknya itu.


Saya merasa, keadaan dunia yang semakin memanas saat ini juga adalah karena semakin besarnya jumlah orang yang bersikap ekstrim dalam segala hal. Semua kalangan mudah bersikap lebay. Padahal kita tidak suka kalau melihat orang yang lebay bukan ? Orang yang lebay, reaksinya selalu menebarkan aura negatif pada lingkungan sekitarnya, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Menanggapi segala sesuatu keadaan selalu berlebihan. Pada mulanya mungkin orang-orang masih bisa menerima kelebayannya, tapi semakin lama orang tentu akan lelah "mengikuti" sikap yang demikian.


Keberlebihan dalam paradigma, lalu sikap, lalu perbuatan ini sudah menimbulkan dampak tidak baik bahkan menghancurkan dalam sejarah dunia ini. Segala peperangan yang terjadi juga adalah akibat dari sikap ekstrim ini. Kalau sekarang terdapat banyak literatur tentang faham-faham / ide yang diusung oleh manusia-manusia yang dianggap legenda yang telah menciptakan peperangan-peperangan tingkat dunia, maka itu semua tidak lain karena sikap lebay mereka dalam memahami dan mensikapi kehidupan.


Tidak ada lagi ruang untuk berprasangka baik, tidak ada celah untuk bertoleransi, tidak ada kesempatan untuk orang lain memperbaiki diri. Ingat lagunya Ebiet G Ade : "Apakah jika orang pernah berbuat salah, dia akan tetap salah". Ke-ekstrimisan membuat orang hopeless, putus asa, tak ada lagi harapan, yang dia anggap salah harus dibabat, dibantai, dihancurkan. Maka tak heran jika di pemberitaan dunia sekarang dipenuhi dengan pemberitaan tentang anarkisme. Ada demonstrasi berdarah, ada pembagian zakat berdarah, ada penyiksaan TKW, ada pelemparan dengan kotoran gedung kedutaan, ada pembakaran Al-Qur'an, ada pembakaran bendera negara yang dianggap musuh, ada penjarahan, ada penghancuran gedung oleh demonstran, ada pemboman oleh teroris, ada perampokan berdarah, ada genosida (pembersihan etnis, suku, agama), ada penjajahan negara dan kengerian-kengerian lainnya.


Bisakah kita belajar memandang kehidupan ini secukupnya ? sesuai dengan yang seharusnya ? adil, proporsional. Mengecilkan volume keriuhan ini. Membenahi berantakan ideologi dan faham yang berserakan ini. Menata kembali semuanya pada tempat yang seharusnya. Biarlah semua ide itu tetap ada, namun tersimpan dalam tempatnya masing-masing. Bergaul satu sama lain dalam harmony. Menemukan asyiknya hidup guyub dan rukun di dunia ini.


Harus dimulai dari diri kita sendiri. Menjadi pribadi yang bijak, dapat memandang, memahami, mensikapi dan menggauli kehidupan ini secara adil, secara proporsional. Banyak yang bisa kita lakukan untuk kebaikan jika semua kita bersikap arif. Banyak waktu yang dapat kita manfaatkan untuk sebesar-besar perubahan untuk kemaslhatan kehidupan jika kita bertindak benar. Memulai dari saat ini, setidaknya saat membaca dan mensikapi postingan ini


Hmm dunia semakin panas, daripada ekstrim, mendingan kita makan es krim aja yuuk...


Monday, September 27, 2010

Cinta Tanpa syarat

Mendapat inspirasi untuk postingan kali ini dari hasil diskusi dengan teman boleh kan ?
Walaupun mungkin tidak persis sesuai dengan isi diskusi itu yang lebih menitik beratkan pada perso'alan definisi. Kali ini saya tidak ingin bingung dan membuat bingung pembaca.
Hanya ingin bicara cinta pasangan sepuh yang di saat usia tua mereka tidak kehilangan cinta sederhananya saat mereka memulainya dahulu .


Dalam diskusiku itu aku mengangkat kisah cinta dua tokoh yang berbeda dengan orang kebanyakan. Yang pertama kisah Ferrasta Soebardi alias mas Pepeng Soebardi dan istrinya mbak Utami, dan yang kedua kisah cinta BJ Habibie dan Sri Ainun Bestari.


Saat mendengar cerita mas Pepeng di televisi pada program Kick Andy di Metro Televisi, ada satu scene dimana saya begitu terkesan karena saya memang orang yang jijikan dengan makhluk bernama ulat/ belatung. Namun justru discene ini ada kisah tentang ulat, bahwa  di atas kasurnya kini setiap hari mas Pepeng menjalani kehidupannya. Istrinya pernah mengambil ulat-ulat (belatung) di dalam daging kakinya dengan pinset setiap hari, dan saking susahnya ia mengambil ulat itu, mas Pepeng menyuruhnya menggunting sedikit kulitnya dan istrinya melakukannya.

Setiap hari mbak Tami mengurus suaminya yang sudah tak bisa apa-apa dan kemana-mana lagi selain di atas kasurnya dengan penyakit langka ini, tentu saja saya meyakini dengan segala dinamikanya mbak Tami pun tentu memiliki saat-saat hatinya tidak nyaman, gundah, marah, resah. Namun apa yang membuat beliau tetap bertahan disisi suaminya ? Begitupun mas Pepeng, dalam kondisi seperti itu pastilah sebagai lelaki ia masih memiliki dan mengharap cinta kepada istrinya, namun terbayang bagaimana perang terjadi dalam bathinnya menghadapi kenyataan ia tak bisa membuktikan cintanya dalam bentuk yang ia inginkan karena penyakitnya.

Aku membaca puisi mas Pepeng untuk istrinya yang cukup memberiku gambaran tentang apa yang bergejolak di dalam dadanya :

Puisi Buat Tami

Dua orang mahasiswa mengikat cinta dalam perkawinan untuk menghindari berbagai hubungan yang dilarang Sang Khalik.
Hari itu, 30 Oktober 1983, si pria 29 tahun dan gadisnya 22 tahun. Dua orang mahasiswa mengikat cinta dalam perkawinan untuk mendapat keturunan sepeti yang diperintahkan Sang Khalik.

Anak pertama lahir, si bapak mengurus, menjaga malam hari, mengganti popok, dan memandikan, si ibu menyusui. Mereka masih muda dan saling mencinta. Si pria 32 tahun dan kekasihnya 25 tahun.

Si pria sudah sarjana, setelah 10 tahun, setelah mempunyai anak dua. Mereka masih muda dan saling mencinta, si pria 34 tahun dan kekasihnya 27 tahun.
Si pria sudah bekerja, kekasihnya sudah sarjana, anak mereka sudah empat. Hari itu mereka memasuki rumah yang diidamkan oleh setiap keluarga. Mereka masih bugar dan saling mencinta. Si pria 42 tahun dan kekasihnya 35 tahun.

Hari ini si pria 54 tahun, ia tergeletak karena sakitnya didampingi oleh kekasihnya yang 47 tahun, tidak muda lagi menjelang ulang tahun perkawinan mereka yang ke-25.

Dalam sakitnya, berkelebat semua kenangan dengan kekasihnya. Dalam sakitnya ia menulis untuk kekasihnya:
“Dik Uta,” demikian panggilan kesayangan sang pria setelah sakit untuk kekasihnya yang bernama Utami.

Saya tidak akan pernah lupa ketika awal penyakit itu datang kamu menenangkan saya dengan kata-kata, “Kita sedang menjalani peran baru.”

Subhanallah, Dik Uta, kata-kata itu sangat menjadi inspirasi untuk saya menjalani sakit saya. Saya selalu berdoa, “ Ya Allah berilah kecerdasan untuk kami agar kami selalu melihat semua ketetapan-Mu melalui sudut pandang yang membahagiakan.”
Peran baru, itu adalah salah satu sudut pandang yang cerdas dan membahagiakan.
Ah, Dik Uta, terlalu banyak dan panjang jika saya tulis betapa besar rasa terima kasih atas ketegaranmu menjalani peran baru ini.

Saya tahu Dik Uta sedih, tapi kamu tetap tegar.
Saya tahu Dik Uta takut, tapi kamu tetap tegar.

Saya tahu Dik Uta lelah, tapi kamu tetap tegar, mengurus saya, membersihkan dan membalikkan bada saya setiap satu jam di malam hari.

Saya tahu Dik Uta ingin jalan-jalan untuk menghilangkan jenuh, tapi kamu tetap tegar mendampingi saya karena saya tidak bisa ditinggal terlalu lama sendiri.

Saya tahu Dik Uta selalu mengharapkan kata-kata cinta dari saya, tapi kamu tetap tegar walau kamu tak pernah mendengar kata-kata itu.

Hari ini kamu akan mendengar dari mulut saya.

"Dik Uta, aku cinta kamu tanpa batas. "

"Saya akan selalu bahagiakan kamu tanpa batas. "

"Saya akan selalu ada untuk kamu tanpa batas. "

Kelak kalau saya sudah bisa jalan, kita akan pergi kemana pun kamu mau, yang selama ini tidak pernah kita lakukan.

Dik Uta, pikirkanlah yang terbaik tentang cita-cita kita, karena Allah berfirman, "Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku."

Februari, 2009
Pepeng Ferrasta



Aku termenung dihadapan "pelajaran Tuhan" ini, bagaimana keikhlasan telah ditunjukkan.

Dan inilah salah satu puisi seorang engineer bidang mesin yang brilliant yang diakui dunia, menjadi menteri riset dan teknologi beberapa dasawarsa, bahkan pernah menjadi Presiden Republik Indonesia, tetapi pada saat berhadapan dengan cintanya kepada wanita yang menjadi istrinya selama hampir seluruh hidupnya, kitapun akan meleleh membaca setiap huruf yang ia rangkaikan.

Puisi Untuk Ainun

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,

selamat jalan,
calon bidadari surgaku ....
BJ.HABIBIE


Dan ini do'a pak Habibie yang beliau ucapkan saat tengah menggelar tahlil di rumah beliau di Patra Kuningan Jakarta.

"Ya Allah, lindungilah Ainun, di manapun dia berada. Tempatkanlah Ainun di sisi-Mu, dan berikan Ainun kekuatan, kesabaran, ketentraman, pertolongan dan kenikmatan di sisi-Mu, ya, Allah," pinta Habibie.
"Jika tiba waktunya saya sudah bisa melaksanakan itu semua, dan Engkau berpendapat saya boleh pulang, pulangkanlah ke rumah saya. Rumah saya adalah di tempat mana Ainun sudah tinggal lebih dahulu kini"

Mendengar kisah cinta hingga maut memisahkan mereka sudah banyak kita ketahui mulai dari televisi hingga tulisan-tulisan teman. Namun yang membuatku terpana adalah saat membaca penuturan Dr.dr.Ahsan seorang dokter keluarga B.J Habibie.


Dr.dr Ahsan berkata :"Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat disana sejak beberapa waktu & istrinya mengidap penyakit Alzheimer. Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 thn terakhir".

Dr.dr Ahsan sangat terkejut dan  berkata,
"Dan bapak masih kesana setiap hari walaupun istri bapak sudah tidak kenal lagi?" Dia tersenyum, seketika itu tangannya menepuk tangan Dr. Ahsan sambil berkata,
"Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia kan?" Dr. Ahsan menahan air mata sampai kakek itu pergi, tangan Dr. Ahsan masih tetap merinding, Cinta kasih seperti itulah yang semua kita mau dalam hidup



Cinta sesungguhnya justru akan nampak di saat seseorang merasa tidak bisa memiliki lagi cintanya. 

Saya suka dengan quote :
"Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik pada apa yang mereka miliki".

Cinta yang sederhana, Cinta tanpa syarat.


-------------------------------------------------------------------------------------------
PS : Untuk sementara saya konfirmasikan bahwa foto saya pinjam dari Google Image karena saya tidak bisa membuka link sumbernya.

Thursday, September 23, 2010

Belajar Membalik Watak

"Hari Perdamaian Sedunia ???"
Biasa, reaksi orang kurang informasi ya begini ini. Tapi memang begitu adanya saat membaca postingan teman pada tanggal 21 September 2010 lalu (oke deh, tepatnya postingan berjudul Dimana Ya Damainya ?).

Masalahnya pada hari itu, sepanjang yang kuketahui dari pemberitaan-pemberitan di televisi maupun internet, justru terjadi banyak sekali ketidakdamaian di negeri ini maupun di belahan dunia lain. Melanjutkan fenomena yang sama menyedihkannya dengan hari-hari sebelumnya, dan aku khawatir hal yang sama akan tetap berlangsung di hari-hari selanjutnya, di sepanjang hidup kita akan menyaksikan banyak kengerian kemanusiaan yang tidak hanya menimpa manusia-manusia yang mengaku dewasa dengan segala yang dimilikinya, melainkan juga menimpa manusia-manusia tak berdaya seperti anak-anak, orang-orang yang berusia sepuh, dan orang-orang tak berpunya baik dalam hal fisik, mental maupun harta.


Apakah perdamaian tidak mungkin bisa diwujudkan ?

Apakah tidak bisa kini orang-orang semakin banyak yang menguasai ilmu pengetahuan untuk membuat perdamaian menjadi nyata ?
Apakah tidak cukup kini orang-orang banyak mengaku beragama untuk membuat perdamaian dapat diwujudkan ?
Apakah makna perdamaian itu sendiri sesungguhnya ?
Benarkah jika hal itu menjadi tujuan ?

Seolah-olah kita sudah kehilangan harapan bahkan di negri yang katanya penduduknya relijius, ramah dan suka bergotong royong ini. Apa yang salah yang telah berjalan selama ini dan tidak kita sadari ?

Mungkin karena kita malas belajar,
  • Malas untuk belajar "membaca" dinamika kehidupan, sehingga tak bisa mengambil saripati hikmahnya.
  • Malas untuk belajar mengejawantahkan ilmu pengetahuannya untuk kebaikan kemanusiaan, banyak orang yang intelek namun hanya sekedar menyempitkan otaknya dengan angka-angka, tapi tidak memperkaya pemahamannya terhadap kehidupan.
  • Malas untuk belajar bahwa memeluk agama yang diyakininya sebagai perwujudan imannya bukanlah sekedar hiasan, kata lain untuk narsisme religitas juga bukan stempel untuk melegalisir perbuatan-perbuatan yang sesungguhnya disemangati hasrat nafsu pribadinya.
  • Malas untuk belajar memahami bahwa segala bentuk perbedaan kemanusiaan di dunia ini adalah berasal dari Tuhan juga, yang seharusnya menjadi rahmat bagi akalnya untuk mendapatkan rahasia-rahasia kebesaran Tuhannya.
  • Malas untuk belajar dari sejarah, bahwa manakala segala perbedaan itu dipaksa agar menjadi sama, maka akan hancurlah dunia yang dibangun atas perbedaan yang harmony itu.
  • Malas untuk belajar menyadari jika dirinya telah terjerumus pada sikap-sikap rendah seperti merasa diri lebih baik dari yang lain, merasa dan mengaku paling benar sendiri.
  • Malas untuk belajar menyetir wataknya agar dapat sesuai dengan fitrahnya sendiri yang hanif.

Pada point terakhir yang tersebut diatas kiranya dapat menjadi program bersama yang pantas untuk "dibelajarkan" kembali kepada kita semua, yakni untuk belajar membalik watak. Watak yang biasa diperbudak oleh watak manusia pada umumnya sekarang ini. Salah satunya adalah apabila dicela, mendapat perlakuan yang disangkanya tidak menyenangkan, dihina, digunjing, apalagi terkena fitnah, segera saja nafsunya yang berbicara. Tidak bisa menerima, mendendam, mengancam, marah bahkan mengamuk (ini yang terjadi hampir di seluruh belahan negri ini khususnya).


Akan lain halnya apabila orang yang niatnya sangat kuat untuk didekatkan oleh Allah kepada-NYA, maka hal itu justru diterima dengan lapang dada, bahkan disyukuri sebagai alat untuk memperbaiki diri.

Mungkin masih ada waktu untuk kita belajar hari ini...
Selamat hari perdamaian sedunia, kapanpun itu.


Thursday, September 16, 2010

Ikuti Kata Hatimu

Pernah nonton film 'Three Idiots" ? Disutradarai oleh Rajhkumar Hirani. Film yang menurutku cerdas jalan ceritanya dan sangat menginspirasi. Dulu nonton film India suka suntuk, apalagi kalo udah ada adegan cari-cari pohon sama tiang bendera buat dipake nyanyi dan nari, uhh repot banget. Sekarang sudah banyak film India yang bagus dan mendidik walaupun tetep senderan di pagar dan tembok masih ada kayaknya hehehe. Sudah terlambat membahas film bagus ini, dirilis akhir tahun 2009 lalu (walaupun ada beberapa adegan yang tidak baik untuk ditiru) aku ingin mengambil hikmahnya aja.


Menonton film itu membuatku ingat dengan keponakanku. Dia bisa mendapatkan profesi sesuai dengan kata hatinya. Keponakanku Erin namanya, sangat suka dengan kucing sejak kecil. Orang tuanya (kakakku) penyayang binatang, ada banyak peliharaan di kebunnya, dan kucing ini termasuk peliharaan yang dibiarkan berkeliaran di dalam rumah. Erin dan kedua adik perempuannya semua sama mencintai binatang berbulu lebat ini.


Aku tidak menduga, perjalanan hidup Erin membawanya pada profesi yang ia inginkan. Setelah lulus dari SMA di daerahnya ia melanjutkan pendidikannya ke jurusan peternakan di IPB Bogor. Dan menyelesaikan seluruh pendidikan kedokteran hewannya di UGM Yogya.


Bahagiaku untuknya, sekarang ia sudah menikah dan mengandung anaknya yang pertama, bersama suami dari bidang profesi yang hampir sama ia nampak sangat menikmati hari-harinya.
Yang pake kerudung hitam ini Erin

Erin dan teman-teman berpose didepan kandang sapi, suami Erin di belakang asyik dengan pasiennya :)


Banyak dari kita yang menjalani profesinya tidak sesuai dengan hati nuraninya, membuat pelakunya berat menjalaninya. Jangankan untuk bisa berdedikasi dan berintegritas, mau disiplin aja sulit. Makanya menurutku banyak kejadian diberitakan di TV seperti PNS ( yang bukan PNS juga banyak) sering bolos atau mangkir, pas jam kerja keluyuran di mall-mall, menurutku mereka adalah orang-orang yang kurang mencintai pekerjaannya. Hanya mengharapkan salarynya aja, nggak fair memang.


Apa yang aku "lihat" di film yang tersebut di atas bisa menjadi inspirasi untuk kita semua, untuk mengikuti kata hati dalam memutuskan profesi apa yang akan kita pilih dalam kehidupan kita, sebelum kita menyesalinya.


Banyak orang tua (mungkin termasuk kita sendiri) sering memaksakan kehendak kepada anak-anak kita, disadari atau tidak. Memasukkan mereka ke sekolah-sekolah tertentu untuk mengarahkan masa depan mereka. Menyuruh mereka les ini dan itu yang melelahkan otak dan hati mereka, karena belum tentu itu yang mereka suka dan inginkan walau dari "luar" mereka tampak enjoy-enjoy saja.



Kita lebih menginginkan mempunyai anak yang otaknya jenius daripada anak yang berani menghadapi kehidupan dengan apa yang ia punya. Kita lebih menginginkan memilik anak yang terkenal daripada anak yang bahagia dengan masa kecilnya. Kita lebih menginginkan memiliki anak yang asal punya pekerjaan di masa dewasanya daripada anak yang berintegritas tinggi terhadap pekerjaannya apapun itu. Tak heran banyaknya koruptor di masa kini menurutku juga karena mereka tidak benar-benar mencintai pekerjaannya, hanya mengambil "manfaatnya" saja untuk memperkaya dirinya sendiri.



Banyak kita lihat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita, jika bapaknya polisi cenderung akan mengarahkan anaknya jadi polisi juga, jika bapaknya tentara cenderung akan mengarahkan anaknya jadi tentara juga, orang tuanya guru maka anak-anaknya pasti ada yang menjadi guru juga, orangtuanya dokter maka anak-anaknya tidak akan jauh-jauh dari profesi itu.



Memang tidak salah jika orang tuanya seorang pengusaha menginginkan anaknya jadi pengusaha juga atau profesi-profesi lain. Tapi kita tidak boleh mengabaikan kata hati anak, mereka juga memiliki hak untuk bahagia dengan profesinya kelak.



Sebagai orang tua yang mencintai mereka kita bisa membaca apa minat mereka sejak kecil, apa saja kecenderungannya, apa yang mereka minati. Kemudian membantu memberikan gambaran kepada anak-anak kita tentang apa yang disukainya dan kemungkinan-kemungkinannya di masa depan.


Alhamdulillah, aku sendiri telah merasakannya, bagaimana memiliki profesi yang sesuai dengan minat dan bakatku sendiri. Aku dapat melakukan hobyku sekaligus mendapatkan bonusnya berupa salary yang cukup dalam pandanganku. Yang penting aku bahagia, dan ketika kita bahagia menjalani profesi kita, maka secara otomatis kita akan menyerahkan segala integritas kita dalam pekerjaan itu.


Ada quote menarik dalam film Three Idiots yang aku suka :
"Ikutilah kata hatimu, sebelum kau berbaring di ranjang kematianmu dan menyesali keputusanmu dahulu, percayalah all is well (maksudnya mungkin "everything is gona be okay").


So tunggu apa lagi, semangaatt....!!!


Monday, September 6, 2010

Lebaran Besok Juga Buatmu Sayang, Walau Dunia Terasa Sunyi



Sekedar kicauan di dalam hati, saat menatapmu sendirian dijendelamu


Sedang apa kamu sayang ?
Matamu jauh menatap teman-teman yang ramai bermain di luar sana.
Mengapa tak bergabung bersama mereka ?
Adakah kau mengetahui apa yang sedang mereka tertawakan ?
Atau memahami apa yang sedang mereka bicarakan ?


Apakah kau merasa tersisihkan ?
Bukankah kamupun berpuasa hari ini ?
Dan tak pernah menyerah untuk hidup hingga detik ini ?
Walau duniamu terasa sunyi...



Ah bodohnya aku
Tentu saja kamu tak tahu semua itu
atau mungkinkah ada yang tak kusadari
Bahwa kamu selalu berusaha mencari
Apa yang dapat kamu lihat tapi tak bisa kau maknai




Karena kau tak bisa mendengarnya
Dan tak ada yang bisa membantumu mendengarnya



Lebaran besok juga untukmu sayang
Walau tak bisa kau dengar suara takbir mendayu-dayu
Walau tak bisa kau dengar suara beduk bertalu-talu
Namun munajatku menanjak naik
Bahwa Tuhan menaburkan damainya malam Fitri ini untukmu
Bahwa DIA hangat "memelukmu" dalam sepimu




Lebaran besok juga untukmu sayang
Walau dunia terasa sunyi


*Didedikasikan untuk anak-anak tuna rungu di negeri ini, khususnya yang masih berjuang mendapatkan alat bantu dengar (ABD) hingga hari ini, peluk sayangku untukmu*




Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin


PS : Illustrasi dipinjam dari sini



Wednesday, September 1, 2010

Mengapa Harus Bertemu (Lagi) ?

Ah mengapa harus bertemu lagi ? Aku tak ingin mengingatmu. Disini kamu membangunkan tidurku dari segala tentangmu. Aku telah melupakanmu belasan tahun, dan belasan tahun pula aku selalu gagal, karena kamu tak mau pergi dari otakku. Kini kamu muncul dihadapanku, lengkap dengan semua kenangan itu.


Aku benci mengingat pertama kali beradu pandang denganmu. Padahal sumpah, aku tidak bermaksud memperhatikanmu saat itu. Sebel rasanya jika sampai kamu menganggapku menyukaimu. Tapi mengapa waktu itu selalu kutunggu kemunculanmu untuk melihat reaksi di matamu setiap kali kuberdandan cantik dengan kuncir di rambutku ya ?.


Bukan aku yang menginginkan pertemuan ini. Karena aku akan ingat betapa lemasnya lututku saat kamu mendekatiku dan menanyakan nomor telphone-ku. Kamu tahu ? malam itu aku terlambat tidur gara-gara menunggu dering telphone darimu dan berbincang panjang tentang banyak perso'alan hingga larut malam. Aku yakin kamu tak pernah tahu, betapa akhirnya aku tak bisa tidur lagi sesudahnya, entah mengapa tubuhku seperti melayang, walau terasa aneh tetapi nyaman.


Hmm...sudah lima belas tahun, tak ada perlunya kita bertemu lagi. Aku marah mengingat degup di jantungku yang selalu mendadak tidak normal setiap berdekatan denganmu. Suaraku akan terdengar tidak biasa, bicara gemetar dan susunan bahasa yang kacau. Tak cukup dengan itu, keringat tiba-tiba bercucuran di badanku. Aku tak suka harus mengingat kamulah penyebab semua penyakitku kumat saat itu.


Tapi tak apalah, jangan kamu harap aku akan kalah lagi kali ini. Aku tak kan mempan dengan semua hujanan pesonamu. Aku hanya akan membaca inbox ini dengan hati sedingin es batu, karena kamu memang bukan apa-apaku lagi. Bukankah kau hanya sekedar menyapaku :


" Assalamu'alaikum, apa kabar Nie ? Masih ingat aku ? Sudah lima belas tahun nggak ketemu ya, tapi kamu nggak berubah, still sweet as ever :).
Boleh aku minta nomor HP-mu Nie ? Ada yang ingin aku bicarakan, please ..."

................................................................

(Tuhan, ada apa dengan lututku ini, lemas sekali. Terduduk aku di sudut kamarku, meredam degup jantung yang mendadak kencang....)



***


Ini asli buat ikutan lomba prosa cinta-nya mbak
Eka (katanya harus cinta-cintaan) dalam rangka merayakan ultah perkawinannya dan blognya Cerita Eka (CE).
Terimakasih buat mbak Antung Apriana atas infonya ya mbak.


Tuesday, August 31, 2010

Antara Kenaikan Pajak Barang Mewah dan Jeritan Hati Para Penyandang Tuna Rungu

Tulisan ini pernah saya posting di Facebook tanggal 31 Agustus 2010, saya muat kembali disini semoga lebih membuka mata kita bahwa banyak perso'alan yang lolos begitu saja dari pengamatan dan kepedulian kita.
Menyimak berita tahun lalu

Berita di bulan september 2009 mengenai: Panja RUU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) DPR RI dengan pemerintah menyepakati kenaikan tarif pajak barang mewah (PPnBM) dari 75% menjadi 200% dalam UU PPN dan PPnBM yang baru. Akan tetapi  Panja DPR belum memutuskan mulai berlakunya UU ini. "Tapi ada 2 alternatif, 1 Januari 2010 atau 1 April 2010".(detikfinance.com, Senin, 14/09/2009)

Lalu googling mencari definisi tentang barang mewah yang hasilnya adalah :
Empat kategori barang mewah itu adalah
1. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok,
2. barang itu yang hanya dikonsumsi masyarakat tertentu,
3. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
4. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status


Untuk sesaat, keterhubungan kedua point diatas tidak menggangguku, namun mengetahui kemudian bahwa ada barang yang amat penting dan termasuk barang primer bagi masyarakat yang tersentuh oleh peraturan PPN dan PPnBM diatas membuatku cukup geram akhirnya.


Terkait dengan judul di atas, berdasarkan data dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) , yang bunyinya sebagai berikut :
Prevalensi anak tunarungu di Indonesia berdasarkan data statistik Departemen Pendidikan Nasional Indonesia menunjukkan bahwa jumlah anak-anak tunarungu di Indonesia cukup tinggi mencapai 0,17%, dimana 17 dari 10.000 anak prasekolah sampai umur 12 tahun mengalami tuli, maka jumlah itu cukup besar dan menuntut perhatian.


Bagaimana tidak membuat sedih, dalam sebuah jurnal di Multiply seorang penyandang Tuna Rungu menuliskan bahwa Alat Bantu Dengar yang bagi mereka merupakan barang primer yang bisa membantu mereka keluar dari dunianya yang sunyi telah dimasukkan dalam kategori barang mewah, sehingga di pasaran Alat Bantu Dengar ini (ABD) bisa mencapai harga jutaan. Bahkan ada seorang ibu berkomentar di threadnya mengatakan bahwa harga ABD untuk satu telinga anaknya senilai enam juta rupiah, berarti untuk dua telinga sang ibu harus mengeluarkan uang sebanyak dua belas juta rupiah, sebuah harga yang fantastis bagi kebanyakan rakyat yang menyandang kurang pendengaran di negeri ini yang mayoritas bukanlah dari kalangan orang-orang kaya. Bahkan ada informasi lain harga sepasang ABD ada yang mencapai 34 juta rupiah, subhanallah.


Memang sampai saat ini ABD masih merupakan produk import sehingga ada yang memaklumi ketinggian harganya di pasaran, tapi kalau harus ditambah lagi dengan besarnya pajak yang harus ditanggung, alangkah menyedihkannya. Masalahnya apakah benar ABD masuk dalam kategori barang mewah yang ditetapkan nilai pajaknya ?. Bagi penyandang tuna rungu, memiliki ABD bukan untuk gaya-gayaan, mereka memerlukannya sebagai telinga pengganti untuk bisa mendengar dan belajar dan bekerja seperti manusia lainnya.


Ada perdebatan juga bahwa ternyata, untuk ABD tidak ada peraturan berkaitan dengan hal ini, alias tidak ada pajak untuk ABD. Namun dalam thread teman saya itu ada orang yang berasal dari kantor pajak yang justru mempertegas keberadaan pajak itu atas ABD. Jadi, yang mana yang benar ? Apa orang pajak itu yang tidak tahu peraturan mentrinya tapi dengan seenaknya menetapkannya kepada masyarakat yang tidak mengerti ? atau adakah jawaban lainnya ?


Jika harus digambarkan betapa sedihnya  Ibu dan Ayah saat mengetahui anaknya menderita kelainan alat pendengaran, terbayangkan masa depannya harus bergantung terus kepada orang lain. Bayi yang sejak lahir telah menderita kelainan alat pendengaran, bisa dipastikan jika tidak menggunakan ABD, maka ia tidak akan bisa belajar bicara. Ini membuktikan bahwa seperti fungsi kacamata bagi penderita rabun mata, maka fungsi ABD juga amat penting bagi penyandang tuna rungu.


Banyak kisah saya baca tentang para penyandang tuna rungu atau tuna netra yang memilik prestasi yang hebat. Dengan support alat-alat bantu seperti ABD ini mereka bisa hidup selayaknya manusia normal lainnya, mampu memiliki karir dan beraktivitas seperti manusia lainnya. Tak ada yang tahu, barangkali lewatsumbangsih mereka juga  negeri ini bisa menjadi lebih baik.


Semoga para dhu'afa tidak semakin terpinggirkan di negeri ini

PS :
Informasi tentang hal ini juga dapat dibaca di sini langsung dari penyandang kurang pendengaran itu sendiri disitu atau disini