Monday, February 28, 2011

Seandainya Kudapat Memilih

"Seandainya ku dapat memilih...
Kan kupilih paras paling rupawan untuk wajahku
Kan ku pilih binar terindah dan pandangan paling jelas untuk kedua mataku
Kan kupilih ukiran tercantik dan pendengaran paling tajam untuk telingaku.
Kan kupilih ruh paling tenang dan rasa paling tentram untuk hatiku.

Namun tak seorang mendapat perkenan
Telah mendahului sebuah ketetapan
Bahwa segala perbedaan akan menjadi ujian"

***

Berkali-kali diizinkan Allah bertemu dan berbincang *langsung maupun secara on-line* dengan anak-anak maupun dewasa yang berkebutuhan khusus, membuatku merasa sering disentil Tuhan, bahwa betapa berlimpah ni'mat yang sering aku cuek menerima keberadaannya, saat mana orang lain yang berkebutuhan khusus justru merinai air mata bersyukur saat bisa mendapat sedikit rezeki untuk menabung agar dapat membeli Alat Bantu Dengar yang ternyata begitu mahal harganya *saat ini bisa mencapai Rp.10 juta,- per unit dengan kualitas terbaik*  atau Alat Bantu Memandu bagi orang yang berkelainan penglihatan.

Dari cerita-cerita yang dikisahkan, aku baru memahami bahwa betapa berat beban para orang tua yang dikaruniai anak berkebutuhan khusus. Bayangkan seorang ibu dan ayah yang baru menyadari ternyata putra atau putri yang dikasihinya menderita gangguan penglihatan, atau gangguan dengar atau bahkan gangguan mental.

Bayangkan bagaiamana rasanya jika kita sendiri yang semula dapat melihat dunia ini terang benderang, tiba-tiba harus menerima kegelapan pandangan mata seumur hidup. Atau yang biasanya dapat bercerita dengan keluarga dan teman, saling menelfon dengan kerabat atau orang yang dicintai tanpa hambatan, tiba-tiba suara-suara mereka hilang dari zona pendengaran.

Betapa hitam pekatnya dunia yang dahulu nampak luas, betapa sunyi dan sepinya dunia yang dahulu ramai. Betapa pilunya hati menyadari bahwa segala ni'mat yang pernah dimiliki kini telah pergi.

Sedang sikap manusia sering tak ramah. Kadang seperlunya, tetapi lebih sering menista. Seakan kehadiran mereka tiada guna. Untuk apa dimuliakan. Dan ini tak hanya pada tingkat pribadi per pribadi, bahkan melembaga pada sistem sosial dan kemasyarakatan hingga berujung pada ketidak adilan perangkat hukum yang seharusnya melindungi kaum yang diberi keterbatasan raga ini.

Tidak sedikit, bahkan sangat banyak saudara-saudara kita berkebutuhan khusus yang mendapat perlakuan tidak adil bahkan tidak manusiawi dari lingkungan sekitar yang kurang terdidik dengan baik. Kata-kata cacian walau disampaikan dengan bercanda dalam intonansi paling halus sekalipun terasa menusuk bagai sembilu. Sebutan orang cacat, tuli, buta yang bagi kebanyakan kita terasa biasa-biasa saja, bagai mengelus pipi seseorang dengan selendang sutra, namun percayalah, bagi mereka hal itu sesakit diturih tajamnya beling.

Belum lagi perlakuan lembaga-lembaga yang lebih besar, seperti lembaga pendidikan atau lembaga ketenaga-kerjaan  misalnya yang belum sepenuhnya memberikan ruang yang luas bagi warga yang berkebutuhan khusus untuk mengimplementasikan kemampuannya, memanifestasikan karya-karyanya, mewujudkan cita-citanya.

Banyak dari generasi ini yang berkebutuhan khusus ternyata pandai dalam bidang akademis, tidak kalah bahkan melebihi kemampuan sebayanya. Diantara mereka pada saat sama menjalani test akademis untuk masuk perguruan tinggi besar di negeri ini ternyata bisa lolos mendahului teman-temannya yang lain. Banyak diantara mereka pada saat sama menjalani test akademis untuk masuk sebagai calon pegawai negeri ternyata juga bisa lolos.

Dan lebih jauh dari itu, kita sering mendengar Tuhan sedang "berbicara" kepada kita melalui mereka yang berkebutuhan khusus. Pernah melihat seorang wanita yang tak memiliki kedua tangannya lagi, ia melukis di atas kanvas dengan jari-jari kakinya.

Pernah melihat laki-laki yang juga tak memiliki kedua tangannya ? ia bekerja sebagai ahli reparasi arloji atau jam tangan yang begitu pelik dengan mata dan kakinya.

Banyak "kalam yang berbicara" kepada kita mengabarkan bahwa walau telah kehilangan salah satu fungsi tubuhnya, namun mereka tak kehilangan kemampuan fungsi tubuh lainnya, dan terutama tidak kehilangan hati nuraninya yang oleh sebab itu mereka tetap bersemangat menjalani kehidupan yang diberikan Tuhannya.

Malu hatiku kepada Tuhanku
Betapa miskinnya aku dari rasa syukurku
Mengabaikan ni'mat Tuhan yang tak meminta bayaran
Pada segala kemudahan dariNYA kusia-siakan
Seandainya ku dapat memilih, kan kupilih untuk tak kan memilih ketentuanNYA

Mereka yang berkebutuhan khusus sama dengan kita semua
Tak sedikitpun perbedaan diantara kita
Perdulikan mereka
Sayangi mereka





Sedikit menjelaskan, saya kutip dari ensiklopedia bebas Wikipedia :
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
 Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
 istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
 Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

Tuesday, February 22, 2011

Munajat Bumi

Di terik siangMU bergerak segala hamba sahaya
Mencari penghidupannya dengan apa yang dimilikinya
Mengais-ngais rendahnya dunia dan seisinya


Di kelam malamMU tak berhenti segala yang bernyawa
Menuntaskan setiap perkara yang melilitnya
Memuaskan hasrat yang tak pernah selesai


Aku mencari hujanMU
Dan Kau biarkan kuberwudhlu
Mensucikan diri dari debunya zaman
Membasuh letihku dari beban kesalahan dan khilaf manusia
Melipur laraku sejenak akan keserakahan yang telah mereka gelar di sajadahku


Tuhan...
Manusia selalu kehausan
Setiap detik mereka torehkan luka di tubuhku dan mengisap sari maduku
Menganiayaku untuk penuhi perintah nafsu
Bukan untuk memuliakan kehidupan pemberianMU
Lalu tak cukup hingga disitu
Mereka campakkan aku, hingga tersungkur aku di tepi kesedihanku


Dengan air hujanMU aku berwudhlu
Mencoba sucikan setiap jengkal tanda-tanda KebesaranMU
Dari jejak dusta dan dosa manusia
Agar dapat kembali bersinar
Menjadi mercusuar yang mengingatkan segenap makhluk


Di jagad sejarahku
Kiranya dapat terbentang kembali
Peradaban yang terpimpin hati nurani

Sunday, February 13, 2011

Masih Ada Cinta di Madrasahku ♥

Jika senja telah bertemu malam, dan suara adzan telah memanggil pulang, dari bersibuk dunia atau lelahnya kuliah.. Akan segera tiba waktunya bertemu saat-saat menggembirakan. Pergi ke surau dimana di tempatku kami menyebutnya madrasah. Sebuah tempat mengaji anak-anak yang sederhana. Hanya seluas kira-kira 120 meter persegi.

Seperti malam-malam biasanya,bersiap menemui bidadari-bidadari mungil dan pangeran-pangeran tampanku. Aku selalu antusias dengan wajah-wajah lugu yang murni itu dan aroma kanak-kanak mereka yang wangi. Selalu begitu, mereka telah menunggu di pintu dan mengucapkan salam saat bertemu.


"Assalamu'alaikum Kakak " begitu mereka selalu menyapaku, tak pernah memanggilku atau guru-guru yang lain ustadz atau ustadzah, mendekatkan jarakku kepada mereka.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuuh anak-anakku" dan demikian selalu balasannya, bagi murid-murid yang manis yang sepantasnya didudukkan seperti darah daging sendiri.


Salah seorang anak laki-laki paling gagah diantara mereka mengucapkan salam peringatan dan memimpin do'a teman-temannya. Maka bergemalah di ruang pendengaranku, merambati setiap sudut ruangan sederhana itu suara-suara yang lugu, mengalunkan permohonan kepada Tuhan, semoga Allah berkenan melimpahkan ilmu yang bermanfaat kepada kami semua.


Kulihat dari sudut mataku, satu persatu teman ustadz dan ustadzah yang lain pun telah memasuki madrasah mungil kami, mengambil setiap pojok kecintaannya dan memeluk anak-anak didiknya di dalam asyiknya membaca kitab dan menyelami kedalaman maknanya.


Mernyelami mengalirnya waktu, bersama kisah-kisah para Anbiya, dari sejak Adam hingga ke Idris, dari mula Ayub hingga Dzulkifli, dari awal Musa kepada Muhammad saw. Menapak tilasi riwayat tanah suci hingga melesat membuka tirai Sidratul Muntaha. Menikmati ketakjuban akan kesetiaan para Mala'ikat dan bertasbihnya burung dan rerumputan..


Sungguh, adalah gairahku melihat binar berkelindan di mata murid-murid tersayangku, atau bulir-bulir air berkilau di mata bening mereka, saat menghayati setiap riwayat kesedihan yang kukisahkan.


Jika ada heran di benaknya, segera bersahutan kalimat-kalimat pertanyaan. Jika tak puas dengan jawaban, maka berhamburanlah pertanyaan lain mengejar. Semakin besar penasaran dan selalu dahaga akan pengetahuan, membuatku semakin jauh merasa di dalam kebodohan.


Jika saatnya masa meningkat pancatan, anak-anak gembira menyambut penghiburan. Karena akan ramai ayah dan bunda berdatangan, menyaksikan anak terkasih dapat membaca Al-Qur'an atau menghafal beberapa hadist di dalam ingatan. Biasanya kami berlatih nadzom atau mengajari anak beberapa tarian. Agar sempurna kelak jika disuguhkan. ^^


Hanya sekilas bayangan akan kenangan bertahun-tahun yang lalu. Gambarannya terbentang kembali saat ku melewati pintunya yang terbuka. Saat ini, masih kulihat pemandangan indah itu. Berderet bidadari dan pangeran kecil sebagaimana dahulu. Sedang melantunkan ayat dan mendengarkan sang guru.


Alhamdulillah, masih ada cinta di madrasahku ♥


_________________________________________________________________________________
Ada banyak cerita cinta kukira malam ini, kuselipkan secuil kenangan untuk turut mengisi lembaran kisahnya

Friday, February 11, 2011

Para Inventor Dari Indonesia

Selalu termangu setiap ada orang *baik dalam bentuk verbal maupun tulisan, baik itu dikatakan dalam suasana serius maupun bercanda*, yang mengatakan tidak bisa bangga dengan Indonesia, lalu bermunculanlah daftar keburukan disebutkan. Seakan tak ada tempat lagi untuk kita bisa berharap kebaikan dari negeri yang kita huni dan makan-minum, berkeluarga, beranak-pinak, hidup dan mati di dalamnya ini.


Menurutku, kalaupun tidak bisa bangga *tak ada yang menyuruh kita harus bangga pada bangsa,bahasa,tanah air Indonesia* tetapi minimal tidak usahlah itu diungkapkan. Biarlah itu menjadi masalahnya sendiri.


Hari ini terharu dan membuatku bersemangat kembali setelah di pagi hari membaca di surat kabar, lalu di sore hari secara tak sengaja menyaksikan tayangan yang inspiratif di televisi. Bahwa betapa banyak anak-anak Indonesia yang memiliki karya-karya hebat yang aneh saja orang Indoneia yang tidak bisa bangga karenanya.


Hari ini lima anak Indonesia yang ternyata jago dalam bidang teknologi dan informatika memberikan kuliah umum di Institut Teknologi Bandung, yang terkecil diantara lima anak itu masih duduk di kelas 1 sekolah dasar.


Tidak hanya mahasiswa, kuliah umum bocah jago TI  ini diikuti pula oleh pakar-pakar TI hingga Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahmaloka. Kuliah yang digelar di Aula Timur ITB ini dan dihadiri lebih dari 500 orang peserta.


Tampak ahli forensik digital Ruby Alamsyah,pakar IT Roy Suryo, praktisi keamanan TI Budi Rahardjo, mantan Presiden Direktur IBM Indonesia Betty Alisjahbana, aktivis media sosial Enda Nasution, dan Rektor ITB Ahmaloka hadir dalam barisan paling depan di kuliah umum yang diberikan oleh 5 anak Indonesia yang berhasil membuat karya luar biasa di dunia TI tersebut.


Kelimanya adalah Arrival Dwi Sentosa dan Taufik Aditya Utama (pembuat antivirus Artav), Fahma Waluya Rosmansyah dan Hania Pracika Rosmansyah (pembuat game edukasi di ponsel dan komputer) serta Muhammad Yahya Harlan (pembuat SalingSapa.com).


Selain mahasiswa dan dosen ITB, kuliah umum ini juga diikuti pula oleh ratusan siswa-siswi SMP dan SMA di Bandung.


Yusep Rosmansyah, panitia penyelenggara kuliah umum tersebut mengungkapkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan kuliah umum ini agar anak-anak tersebut dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi anak-anak Indonesia lainnya.


Setiap sessi di tayangan itu membuat darahku berdesir dan air menggenang di mataku, dengan gaya kanak-kanak mereka menyampaikan kuliah umum di hadapan para hadirin yang notabene adalah para pakar di bidang IT.

Yang muncul pertama adalah Arrival Dwi Sentosa dan Taufik Aditya Utama (pembuat antivirus Artav)
Kemampuan Artav, antivirus buatan Arrival Dwi Sentosa dan Taufik Aditya Utama dapat acungan jempol dari ahli forensik digital Ruby Alamsyah.

Dalam acara kuliah umum di Aula Timur ITB, Arrival Dwi Sentosa dan Taufik Aditya Utama membeberkan jeroan antivirus buatannya. Tak hanya menceritakan proses pembuatannya, mereka juga menantang audiens untuk menjajal antivirus tersebut.

"Siapa yang memiliki flashdisk silakan di-scan pakai Artav. Nanti akan ketahuan ada virusnya atau tidak," ucap mereka.

Tantangan ini pun disambut oleh Ruby Alamsyah, praktisi TI yang kerap kali muncul ke media kala kasus skimmer di ATM mengemuka beberapa waktu silam. Dia langsung memberikan satu flashdisk.

Dalam waktu singkat, Artav pun berhasil mendeteksi dan mengkarantina virus yuyun.ink. Sontak, tepuk tangan lebih dari 500 peserta kuliah umum pun membahana.

Ruby tak bisa menutupi kekagumannya terhadap anti virus tersebut. "Ini luar biasa," katanya singkat.

Yuyun.ink merupakan virus lokal yang tengah populer di masyarakat. Virus ini memiliki kemampuan untuk mengubah file .ink sehingga merusak sistem operasi yang ada.

Tak hanya kagum, Ruby pun memberikan masukan kepada kedua bocah ini. Mereka ditantang untuk menambahkan fitur untuk mengkoreksi virus yang ada di database. Sehingga lebih mempercepat waktu scanning.


Anak yang muncul kemudian adalah Muhammad Yahya Harlan siswa kelas 1 SMP Alam Bandung pembuat situs salingsapa.com. Hingga saat ini, situs ini telah diunduh oleh lebih dari 12 negara, dan pengunduh terbanyak dari situs ini adalah dari negri Belanda. Yahya mentargetkan situs miliknya ini diunduh lebih dari 15.000 orang.


Yang paling mengejutkanku datang dari  Fahma Waluya Rosmansyah juara Asia Pasifik ICT Award (APICTA) dan Indonesia ICT Awards (INAICTA) 2010 sekaligus icon Nokia,bersama adiknya  Hania, adiknya yang juga turut berperan dalam membuat beberapa game edukasi di ponsel dan komputer. Mereka mengalahkan 11 negara peserta di ajang kejuaraan dunia itu. Sungguh membanggakan, dimana kebanyakan anak-anak, bahkan anak remaja, bahkan para orang tua masih tenggelam dalam melenakannya permainan games on-line, mereka berdua memilih untuk bisa menciptakannya sendiri.



Hasil kreasi yang telah dibuat oleh lima inovator cilik Indonesia ini mendapat sambutan luar biasa dari para audiens di Aula Timur Kampus ITB. Menkumham Patrialis Akbar pun menjanjikan akan mematenkan secara gratis kreasi yang mereka ciptakan juga Ketua Umum Ikatan Alumni ITB Hatta Rajasa berjanji mendukung penuh prestasi kelima anak jenius ini dari mulai bea-siswa, hard-ware, soft-ware dan juga hal-hal lainnya.



Aku yakin masih sangat banyak anak-anak dan generasi muda kita yang apabila mereka kita dukung dengan segala kebaikan yang kita miliki sebagai bangsa, kita sebagai umat yang dikaruniai banyak sekali nikmat Allah ini bisa bangkit dan memimpin dunia. Tidak selalu berkubang di dalam konflik yang merugikan diri kita sendiri sebagai masyarakat yang tinggal di negeri yang demikian kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Banyak potensi yang kita lupa mengasuhnya karena kita terlalu banyak bermain-main dengan masalah perbedaan keyakinan, perbedaan pemahaman, perbedaan agama, perbedaan ras dan sebagainya.
Kita juga lupa menyadarkan generasi muda yang terlena dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini. Memanfaatkannya bukan untuk kemajuan sesama manusia dan lingkungannya melainkan untuk kepentingan diri dan hasrtnya sendiri.   


Segala keprihatinanku akan fenomena penyalahgunaan media internet oleh generasi muda untuk nafsu sesaat mereka segera terlipurkan dengan datangnya informasi di atas ini. Sesuatu yang pernah aku tulis tentang jiwa Inventor dalam tulisanku beberapa waktu yang lalu, aku temukan hari ini di dalam sosok-sosok mungil mereka.Semoga segala harapan yang baik dari lubuk hati setiap kita yang masih memiliki hati nurani bagi kebaikan negeri ini dapat segera terwujudkan. Aamin.


*Dengan bangga kusematkan judul untuk tulisanku kali ini : Para Inventor dari Indonesia*

Wednesday, February 2, 2011

Siapa Takut ?

Nggak akan ada karya Asma Nadia bertebaran dimana-mana dan disukai banyak orang, nggak ada karya Pipiet Senja, nggak ada karya Dianing Widya, nggak ada karya Helvy Tiana Rosa, nggak ada karya Imazahra Fatimah, nggak ada karya Hera Hizboel, Dewi Lestari, Ayu Utami, dan penulis-penulis wanita brilliant lainnya yang seperti mereka bertebaran di jagad kepenulisan Indonesia jika dahulu mereka tidak pandai dan berani berimajinasi, tidak pandai serta berani mencurahkan imajinya kedalam bentuk tulisan lalu tidak pandai dan berani mem-publish-nya ke hadapan publik.


Mereka akan terus berkubang di lumpur keraguannya, atau rasa takutnya jika saja tidak berani mendobrak segala yang menjadi penjara inspirasi dan imajinasi mereka untuk dituangkan ke dalam karya-karya mereka. Selalu khawatir dengan pendapat atau kritikan orang yang justru bisa membuat mereka lebih maju seperti apa yang telah mereka capai sekarang ini.


Cerita-cerita tentang mereka cukup menginspirasiku dan membuat aku bisa memberanikan diri untuk terus menulis dan menerbitkannya ke ruang publik *walau masih sebatas kalangan teman-teman on-liners*.


Pernah, *dan mungkin masih* keraguan itu muncul justru pada detik-detik tulisanku akan diterbitkan ke ruang umum dimana banyak pembaca dari berbagai kalangan dengan selera bacaan yang berbeda-beda akan menyimak tulisanku. Disitu keberanianku diuji, "Apakah ini saat yang tepat untuk mem'publish'nya ?", "Apakah mereka akan menyukainya ?", "Apakah ada yang merasa terganggu dengan tulisanku ?", "Apakah nanti mereka akan berfikir macam-macam tentangku berdasar tulisanku ?" dan sebagainya. Pokoknya minder deh.


Tapi aku kembali mencoba belajar profesional, karena aku juga punya cita-cita yang sepantasnya aku hargai setinggi nilai cita-citaku itu bahwa walaupun memang tidak bisa hanya bermodal nekat yang tanpa perhitungan, tetapi aku harus keluar dari "zona amanku" untuk bisa meraihnya. Aku tidak bisa selalu mempertimbangkan praduga orang lain, atau praduga-praduga negatifku tentang calon pembaca tulisanku yang akhirnya membuatku tidak bisa produktif lagi.


"Menulis itu, bukan sejauh mana kita belajar, tapi sejauh mana kita berani menulis".

Itu yang kuingat dari quote-nya mb.Anazkia  tentang menulis dan menurutku juga dalam menerbitkannya, kata-kata ini selalu menjadi semangatku untuk tidak takut-takut lagi berkarya, sesederhana apapun.


Semoga ini juga bisa menjadi inspirasi untuk kawan-kawan yang masih sering merasa ragu untuk dan mem'publish'nya.



Jadi, masih mau menulis dan publish ? Siapa takut ...