Tuesday, June 29, 2010

Fatwa Haram Terbaru

Assalamu'alaikum

Hallo sahabat-sahabat (^;^) apa kabar ?
Beberapa hari tak menulis di blog satu ini dan "jalan-jalan" ke blog teman rasanya kangen banget.
Ada hal lain yang sedang mencuri perhatianku saat ini, tapi masih di dunia tulis menulis. So, apapun itu tak seharusnya memutuskan tali silaturahmi kita ya.

O ya ada satu berita yang mengejutkan yang kubaca kemarin dan ingin kubagi disini, mungkin teman-teman bisa menanggapinya.

Baru-baru ini MUI telah mengeluarkan fatwa kepada kaum wanita di Indonesia. Bahwa haram hukumnya bagi wanita untuk menikahi pria sekantor.

Semua fihak yang baru saja mengetahui tentang telah keluarnya fatwa ini terkejut, dan kantor MUI seketika ramai dipenuhi wartawan-wartawan dari seluruh media cetak dan elektronik. 

Saat dimintai keterangan oleh para wartawan, semula dari fihak Humas kantor MUI nampak terburu-buru dan enggan memberikan jawaban, namun saat didesak akhirnya pejabat itu memberikan jawabannya, berikut petikan wawancaranya.


Wartawan : "Pak Annoe, apakah Bapak bisa menjelaskan tentang keluarnya fatwa haram bagi wanita untuk menikahi pria sekantor ini pak ?"

Pak Annoe : "O bisa bisa..."

Wartawan : "Silahkan Pak, Camera ON !"

Pak Annoe : "Begini, telah diputuskenn bahwa wanita itu hanya boleh menikah hanynya....dengar ya, hanynynya..... dengan satu orang pria sajja. Kaaalau menikah dengan pria sekantor, .....kebanyakan !!!. Massa...nikah rame-rame begitu...apa kata duniaaa..!!! ( Ujar Pak Annoe sambil mengangkat bahu dan membuka telapak tangannya, matanya melotot kepada semua wartawan)"

Wartawan : ???????&*(%*?)?>>?<$#_:":"{?>?>?////????? ( Speechless )

*Permisi, penulis mau kebelakang sebentar......(ngeloyor)*

Saturday, June 26, 2010

Mutiaraku

Sebentuk mutiara indah kutemukan pagi ini
Ia mengedipkan kemilau surya
Setiap kali ia bercahaya
Menggetarkan daya di pembuluh darahku

Ini semangatku...!
Kudapatkan disetiap perjumpaan
Mutiaraku membentuk senyum di bibirku
Ia menghangatkan jiwaku

Mutiaraku wangi di penciumanku
Ia mengundang imajinasiku
Menderetkan janji manis di hatiku
menepis keraguanku

Sebentuk mutiara kutemukan setiap hari
Tak henti menggelitik gemasku
Kubiarkan lembutnya menyentuhku
Mengelus-elus kerinduanku

Kutemukan sebentuk mutiara indah setiap hari
Ia mengasuhku dalam kebahagiaan
Ia mengayunku dalam keterpesonaan
Kutemukan mutiara itu
Dimatamu....


Thursday, June 24, 2010

Tersenyumlah...........

Bumi berkaca-kaca...
Rintihnya memilukan hati...
Ia bertanya-tanya....
Tiada satupun yang menjawabnya...
Ujarnya....


Wahai Hari ....
Mengapa tak kutemukan terangmu ?......
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu  untuk menambah harapanku
Apakah kau melihat manusia melakukan dosa di sinarmu ?
Tersenyumlah matahariku...
Tak semua telah membuatmu nestapa...


Wahai Hujan....
Mengapa tak kutemukan basahmu ?....
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu untuk menyuburkanku
Apakah kau melihat manusia melakukan nista di pantulan airmu ?...
Tersenyumlah pelangiku...
Tak semua telah membuatmu lara....


Wahai Senja....
Mengapa tak kutemukan jinggamu ?....
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu untuk ketentramanku
Apakah kau melihat manusia melakukan khilaf di lembayungmu ?
Tersenyumlah kelamku...
Tak semua telah membuatmu duka...


Wahai Angin...
Mengapa tak kutemukan sejukmu ?
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu untuk mengasuhku...
Apakah kau melihat manusia melakukan ma'siyat di selendangmu ?
Tersenyumlah buaianku...
Tak semua telah membuatmu bermuram durja



Sshh.....sshh.....sshhh
Heninglah....!!!
Suara siapakah itu ?...


Sshh....sshh...sshh
Wahai Bumi....
Aku Embun di daun kering....
Aku datang dari negeri yang jauh...
Dituntun angin yang tak ingin kau tahu kehadirannya


Wahai Bumi....
Mengapa tak kutemukan ikhlasmu ?
Kau tak tersenyum hari ini...
Sedang DIA menciptakanmu untuk menangkup Qadha'-NYA
Kau tempat semua yang diberi kehidupan berjalan...
Kau tempat semua yang bernafsu terpuaskan...
Kau tempat semua yang pasti mati terkuburkan...
Tetapi...
Kau pun tempatnya semua yang yakin beramal shaleh
Kau jua tempatnya semua pendosa bertaubat
Kau lagi tempat  semua perindu berdzikir
.............................................................
Tersenyumlah Permadaniku...
Tak semua telah membuatmu berputus asa...


 Ilustrasi dipinjam dari sini

Wednesday, June 23, 2010

Ironi Untuk Kita Belajar

 Minggu, 20/06/2010 14:49 WIB
Tolak Disodomi
Pelaku Sembunyikan Arion di Tumpukan Baju, Lalu Taruh di Pagar karena Bingung
E Mei Amelia R - detikNews
Jakarta - Polisi telah menangkap dua orang tersangka pembunuh Arion Abro Oktavian Sirait (9). Setelah dibunuh, Arion disembunyikan di tumpukan baju sehingga tidak ditemukan polisi. Pelaku lalu menggantung jenazah bocah malang itu di pagar depan rumah.

"Polisi sempat telah menggeledah rumah Zaenal, salah sorang tersangka pembunuhan itu, tapi saat itu hasilnya nihil, ternyata mayat Arion disembunyikan di balik tumpukan baju," kata Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kompol Ade Ary Syam kepada detikcom, Minggu (20/6/2010).

Ade menjelaskan, peristiwa naas itu berawal saat orang tua Arion meminta agar Arion menagih utang ke Zaenal, Jumat (18/6/2010), sekitar pukul 19.00 WIB. Rumah Zaenal hanya berjarak 200 meter dari kediaman orang tua Arion di Jakasampurna, Bekasi Barat.

"Utang itu besarnya Rp 400 ribu," kata Ade.

Setibanya di rumah Zaenal, Arion diajak Fauzan, rekan Zaenal, naik ke kamar Zaenal di lantai dua. Kemudian Fauzan mencoba menyodomi Arion, namun Arion menolak dan berteriak. Akhirnya Fauzan membekap Arion hingga tewas.

"Karena tidak pulang-pulang orang tua Arion menanyakan anaknya ke Zaenal, tapi dia bilang anaknya sudah pulang," katanya.

Orang tua Arion tambah binggung ketika mendapatkan SMS dari nomor yang tidak dikenal yang menyatakan Arion baik-baik saja. Kemudian keluarga  melaporkan kehilangan Arion ke polisi.

"Polisi kemudian mengeledah rumah Zaenal tapi kita tidak menemukan Arion, ternyata jenazah anak itu disembunyikan," kata Ade.

Warga menemukan jenazah Arion tergantung di pagar rumah Zaenal pada Sabtu (19/6/2010) pukul 04.00 WIB. "Mungkin pelaku bingung dengan jenazah itu, sehingga menggantungnya di depan rumah," katanya.

Polisi menetapkan Zaenal dan Fauzan sebagai tersangka pembunuhan itu. "Yang melakukan pembuhuhan Fauzan, sedangkan Zaenal ikut serta menyembunyikan mayat anak itu," katanya. (nal/nrl)

Menetes air mataku saat membaca artikel ini, tak ada yang dapat merasakan kecuali hanya bisa membayangkan, betapa hebat luka dan sakit di hati  sang ibu, wanita yang pernah melahirkan , membesarkan dan mencintai anaknya yang telah disakiti jiwa dan raganya ini. Ibu manapun bahkan tak ada yang berani memikirkannya hal itu terjadi kepada anak-anaknya. 


Adakah hati kita tak terusik, hanya karena kemalangan ini menimpa orang lain, orang tua lain, anak-anak lain?
Sebelumnya gencar di pemberitaan bagaimana  seorang ayah tega melindaskan kaki anaknya yang masih balita dengan roda kereta api. Bagaimana seorang ibu tega membunuh anak-anaknya dengan alasan cinta. Bagaimana orang tua meninggalkan anak-anaknya berhari-hari dalam keadaan terkunci tanpa makanan dan minuman. Bagaimana seorang ibu menganiaya anaknya berusia 5 bulan hingga patah seluruh tulangnya.


Kubandingkan sendiri dengan keadaan di lingkunganku. Memang keadaan masyarakat kini telah banyak berubah. Serasa baru kemarin kunikmati keakraban bertetangga di daerahku di masa kecilku.  Satu sama lain saling bersilaturahmi, saling mengajak pada  kebersamaan, saling menjaga.
Hal yang tak kutemukan lagi di masa kini kecuali sedikit. Bahkan bisa jadi ada saudara tinggal di lingkungan yang sama, lama tak saling berkunjung dengan alasan sibuk. Jika yang satu sakit, yang lain tak mengetahui.
Kadang keadaan berbalik, dengan orang lain menjadi saudara, dengan saudara menjadi orang lain. 


Segala musibah yang terjadi di atas menurutku technically adalah karena sudah berkurangnya (dengan pengurangan yang sangat besar) akan arti keperdulian terhadap sesama. Dalam hal ini khususnya antar sesama orang bertetangga. Setiap keluarga seakan hidup dalam sangkar emasnya, hanya sesekali berinteraksi dengan tetangganya dan itupun kadang-kadang penuh keterpaksaan. Menjadi pimpinan diantara tetangga seakan menjadi beban tak menyenangkan, karena tak bisa menjadi sumber penghasilan. Sehingga wajarlah jika di masyarakat kini kita melihat fenomena-fenomena kejahatan yang terjadi sulit diprediksi sebelumnya oleh tetangga maupun pemimpin lingkungannya akibat dari jarangnya interaksi diantara mereka. Dan yang terberat bagiku mendengarnya adalah jika akibat buruknya menimpa kalangan anak-anak yang tak berdaya seperti telah diuraikan di atas.


Apakah ini karena sudah lunturnya kesadaran beragama diantara kita?
Aku rasa bukan !!
Jika kesadaran beragama (dalam Islam) itu diartikan dengan :

  1. Rajin mengikuti pengajian rutin di lingkungan atau organisasi
  2. Melaksanakan ibadah-ibadah ritual
  3. Membuat catatan-catatan religius di situs jejaring sosial
  4. Memiliki pengetahuan agama yang banyak
Bagiku itu semua tidak menjamin berjalannya fungsi silaturahmi yang hakiki diantara orang bertetangga.
Berapa banyak orang telah dalam keadaan yang seperti tersebut dalam empat point di atas ,namun keadaan tetap demikian bahkan semakin parah.

Bukan berarti yang rajin mengikuti pengajian itu salah, bukan berarti yang melaksanakan ibadah itu salah bahkan hal itu adalah kewajiban yang harus dijalankan, buakan yang membuat catatan-catatan relijius itu salah, bahkan hal itu perlu untuk saling mengingatkan, dan bukan pula yang memiliki pengetahuan agama yang banyak itu salah, bahkan itu diperlukan. 

Justru ironi yang terjadi ini harus menjadi bahan pembelajaran, apakah sibuknya kita dalam "kebaikan" itu sudah menghantarkan kita menjadi pribadi yang diharapkan oleh "yang dipelajarinya sendiri". Pribadi yang menjadi berkah bagi lingkungan sekitarnya. Pribadi yang dicintai karena kebajikan-kebajikan dirasakan oleh setiap yang mengenalnya, walau hanya sesungging senyuman atau sewadah kiriman. Yang kecil namun dawam, berkesinambungan, akan sangat berarti bagi maslahat pergaulan bermasyarakat. 

  • Masing-masing kita menjadi polisi yang mengawasi kemungkinan adanya orang jahat yang mengintai anak-anak kita semua (bukan anak saya saja), 
  • Masing-masing kita menjadi relawan yang memperhatikan masih adakah orang lapar disekitar kita (bukan di rumah kita saja)
  • Masing-masing kita menjadi ulama yang menyadarkan orang-orang khilaf di lingkungan kita (bukan dalam keluarga sendiri saja)
  • Masing-masing kita menjadi guru bagi siapa yang masih buta ilmu dimana saja (bukan hanya bagi keturunan sendiri saja)
 Segala ironi di negeri ini khususnya harus menjadi "tempat kita belajar" memeriksa kelemahan diri agar menjadi pribadi yang lebih baik, membawa maslahat untuk bumi yang kita pijak, maslahat untuk manusia lain yang menemani kehidupan kita di langit dan bumi milikNYA.
Agar tak terulang segala kenistaan yang kita buat sendiri
Agar kita memiliki jawaban yang benar dihadapan pengadilanNYA nanti

Sunday, June 20, 2010

Persembahan Terakhir

Pada suatu hari di daerah Bandung bagian selatan, seorang ibu tua dengan berjalan terseok-seok, membawa tubuhnya yang ringkih karena penyakit reumatik yang dideritanya bertahun-tahun ….
Seperti hari-hari sebelumnya selama belasan tahun berkeliling dari perumahan satu ke perumahan yang lain, kadang-kadang menyusuri pemukiman kumuh melewati gang-gang sempit menjual makanan hasil olahannya sendiri ‘Gemblong’ namanya makanan daerah terbuat dari tepung ketan hitam dibalut gula merah, yang disimpan di dalam sebuah baskom kaleng berukuran besar.
Dibawanya diatas kepalanya yang beralas kain sambil meneriakkan dagangannya di setiapkali melewati rumah-rumah atau tempat-tempat dimana terdapat ramai orang.


Kulitnya yang berkerut dimakan usia dan menghitam terbakar matahari setiap hari, menunjukkan ketabahannya menjalani taqdir yang dikehendaki Tuhannya.
Hidup sebatangkara di rumah kontrakan sangat sederhana yang ia bayar sendiri dari penghasilannya berjualan gemblong. Anak laki-laki satu-satunya sudah sangat lama tak pernah lagi menjenguknya atau sekedar menanyakan kabarnya sejak meninggalkannya merantau ke Papua bertahun-tahun yang lalu. Sedang seorang anak perempuannya, walau tinggal sekota tidak dapat menolongnya karena kerasnya kehidupan yang menghimpitnya.
Maka tinggallah sang Ibu sebatangkara di tengah ganasnya persaingan usaha mencari nafkah untuk kehidupan. Bertahan dengan penyakit yang ia derita karena tak sanggup untuk membayar dokter untuk berobat,walau jarak rumah kontraknnya ke puskesmas hanyalah tujuhpuluh langkah saja.



Hari itu hari yang sama dengan hari-hari sebelumnya, matahari tepat di atas ubun-ubunnya.
Panas menyengat kulit tangannya yang memegang erat dagangannya dan menempel di pinggangnya. Gemblong jualannya masih tersisa separuhnya. Langkahnya gontai…semakin lama semakin lemah,hingga terduduk ia di pelataran masjid besar di sebuah perumahan. Dibelinya segelas minuman mineral yang terasa kesat di lidah tuanya.
Dalam sisa tenaganya, sang ibu tua penjual gemblong itu melangkah perlahan mengambil air wudlunya, perutnya belumlah terisi nasi sejak pagi, hanya sebuah gorengan dan lontong dari warung langganannya yang sanggup ia beli. Kepalanya sedikit pusing,sesuatu hal yang sudah biasa ia rasakan sejak muda, maka tak ia hiraukan. Tetapi tubuhnya semakin lemah saja,maka sembahyang pun ia lakukan sambil terduduk di sudut belakang masjid.



Tak seorang pun jama’ah masjid yang memperhatikan perempuan itu, kecuali seorang bapak tua penjaga mesjid yang setiap hari merawat dan membersihkan masjid  *Marbot Masjid*.  Ia sudah sangat mengenal perempuan tua itu karena setiap dzuhur ia selalu shalat dan beristirahat di tempat itu.
Bapak marbot tersebut memperhatikan sang ibu tua yang masih terduduk bersandar di dinding masjid. Mukenanya belumlah ia lepaskan,namun saat ibu penjual gemblong itu melihat bapak marbot sedang melihat ke arahnya, dengan lemah ia berusaha melambaikan tangannya meminta supaya dia mendekat. Rupanya bapak marbot itu menangkap maksudnya,maka diapun mendekat.



Tak lama setelah bapak marbot itu berada dihadapannya,si ibu berkata kepadanya:

”Bapak yang baik, bolehkah saya meminta tolong Bapak sekali ini saja?”. Bapak penjaga masjid itu terdiam, ia mengira si ibu penjual ini sedang tidak enak badan :

”Baik Ibu, Ibu ada keperluan apa?”
Ibu tua itu mengeluarkan sesuatu dari balik mukenanya, selembar uang Lima Ribu Rupiah, lalu diserahkannya kepada bapak itu dan berkata:

”Saya menitipkan kepada Bapak uang ini untuk Sari di kampung Baru dekat sini,bilang sama dia jualan saya belum habis terjual,saya cuma bisa kasih segini. Tolong ya pak,dia butuh uang ini”.



Bapak marbot menerima selembar uang Lima Ribu rupiah itu dengan hati bertanya-tanya, namun saat matanya menoleh kepada sang ibu tua itu hendak bertanya lebih lanjut , sang ibu sudah terpejam matanya, nafasnya tiada lagi.
 Innalillaahi wa innaailaihi raaji’uun…sang penjual sederhana tersebut rupanya telah wafat,  masih terbungkus pakaian sembahyangnya.
Gemparlah seisi masjid , demikian pula warga perumahan itu. Sang penjual tak memiliki sanak saudara, maka hanya warga perumahan itulah yang mengurus jenazahnya.



Tiga hari setelah wafatnya Ibu penjual gemblong itu, bapak marbot mencoba melaksanakan wasiatnya. Ia pergi menuju tempat yang ditunjukkan sang penjual. Seharian ia mencari, bertanya kepada orang-orang dimanakah wanita bernama Sari itu tinggal.
Akhirnya,setelah pencarian yang melelahkan bertemulah ia dengan wanita yang dimaksud.
Berceritalah bapak penjaga masjid itu kepada Sari pertemuan terakhirnya dengan Ibu penjual gemblong itu di masjid. Maka meledaklah tangis wanita yang bernama Sari itu. Marbot bertanya dengan hati-hati:


”Maaf Nak, apakah Ibu itu ibumu?”
Sari kembali tersedu, namun ia menggelengkan kepalanya lalu ia berkata:

” Bukan pak, bukan ibu kandung saya, tapi saya menganggap beliau ibu saya sendiri. Kami sama-sama hidup dalam kekurangan, Ibu kasihan kepada saya karena anak saya banyak, suami saya meninggal karena kecelakaan dua tahun yang lalu. Setiap hari, Ibu itu datang ke tempat saya dan memberi saya uang sepuluh ribu rupiah,  katanya untuk nambahin keperluan anak-anak. Waktu saya tolak,  karena saya tahu ibu pun orang miskin, beliau menjawab:
”Nak Sari, biarlah ibu bisa menabung sedikit kebaikan dari rejeki ibu. Ibu kepingin ketemu Tuhan nak. Kalau Ibu kasih uang ini buat anak-anakmu, mudah-mudahan Tuhan “seneng” dan mudah-mudahan Tuhan pengen ketemu sama Ibu nanti”.
Sari tak kuat lagi menahan tangisnya, begitupun sang marbot tua itu. Rupanya, di hari wafatnya,ibu itu masih berusaha menggapai cita-citanya ingin bertemu Tuhan kelak dengan mensedekahkan hartanya yang sangat sedikit dalam perhitungan manusia walau hanya dengan separuh penghasilannya.


Sungguh terpuji hati dalam jiwamu yang hina dipandang orang...
Semoga engkau benar-benar sudah bertemu Tuhan kini, Ibu.




*Terinspirasi dari sosok yang benar-benar ada dan saya kenal di Bandung*

Friday, June 18, 2010

Open Your Eyes




Look around yourselves
Can’t you see this wonder
Spreaded infront of you
The clouds floating by
The skies are clear and blue
Planets in the orbits
The moon and the sun
Such perfect harmony


Let’s start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us
Or are we so blind
To push it all aside..
No..
We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..


Look inside yourselves
Such a perfect order
Hiding in yourselves
Running in your veins
What about anger love and pain
And all the things you’re feeling
Can you touch them with your hand?
So are they really there?
Lets start question in ourselves
Isn’t this proof enough for us?
Or are we so blind
To push it all aside..?
No..


We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
When a baby’s born
So helpless and weak
And you’re watching him growing..
So why deny
Whats in front of your eyes
The biggest miracle of life..


We just have to
Open our eyes, our hearts, and minds
If we just look quiet we’ll see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..


Open your eyes and hearts and minds
If you just look bright to see the signs
We can’t keep hiding from the truth
Let it take us by surprise
Take us in the best way
(Allah..)
Guide us every single day..
(Allah..)
Keep us close to You
Until the end of time..
Allah..
You created everything
We belong to You
Ya Robb we raise our hands
Forever we thank You..
Alhamdulillah..


Artist: Maher Zain
Album: Thank You Allah
Copyright: Awakening Records 2009

Wednesday, June 16, 2010

Menikmati Ironi di Ujung Senja

Dia termenung di pinggir Telaganya .
Menatap lekat ke arah gedung-gedung megah diseberangnya.
Nampak indah dipandang dikala senja
Berpayung biru di langitnya
Cahaya lampunya berpendar merefleksikan godaannya

Dia termangu di anjungan
Jemarinya gemetar menyentuh dingin airnya
Menikmati ironi dihadapannya
Adakah ia menginginkannya?
Mengingkari idealisme yang digenggamnya erat-erat?

Tidak...!!!
Dia hanya ingin menatapnya
Sekedar membacanya
Barangkali ada hikmah tersisa disana
Di Telaganya

Sunday, June 13, 2010

Menang atau Profesional ?

Bismillah

Segala puji hanya milik Allah yang memberiku rasa senaaang hari ini (mudah-mudahan nggak terlalu ya). Walaupun agak terlambat tapi syukurlah akhirnya bisa tahu informasinya. Tulisanku yang diikutkan pada Kontes Blog Berbagi Kisah Sejati yang diselenggarakan mbak Anazkia  dan disponsori oleh Denaihati beruntung mendapat peringkat ke-3 dari 89 peserta yang mengikuti kontes ini. Judul kisah yang aku ikutkan di kontes itu adalah Gerobak Untuk Anakku


Ini lomba pertamaku yang mendapat penghargaan dari ajang festival atau kontes tulisan, jadi buatku sangat berarti. Tapi, bagaimanapun, aku tetap meyakini bahwa mungkin juga ini hanya so'al keberuntungan saja, soal rezeky. Allah yang menggerakkan para juri itu menentukan pilihannya, so aku berusaha untuk tidak terlalu senang jika mendapat kemenangan begitu juga berusaha untuk tidak terlalu kecewa jika mendapatkan kekalahan.

Tidak hanya satu kontes yang aku ikut terlibat di dalamnya, kuikuti beberapa lomba lainnya seperti yang terakhir lomba Puisi Kocak-nya mbak Fany yang ditemani mbak Fanda dalam penjuriannya atau lomba Pre-Review-nya mbak Clara tapi dalam lomba-lomba itu aku belum beruntung. Dalam keyakinanku, Allah juga yang menggerakan para juri itu untuk tidak memilihku menjadi pemenangnya dan juga peserta-peserta lain yang ber"nasib" sama denganku.

Intinya adalah mengikuti lomba-lomba semacam itu sangat positif dan besar manfaatnya untuk membuat kita lebih terpacu untuk berkarya dan berkarya. Menjadikan tulisan sebagai media untuk kita bisa saling menginspirasi, saling memotivasi, saling mendukung satu sama lain, sebagai wujud persahabatan dan persaudaraan khususnya antar para nara-blogger.

Tidak masalah untuk menjadi pemenang ataupun tidak, walaupun motivasi awalnya tentu saja para peserta lomba sangat mengharapkan kemenangan. Namun kembali ke awal, semua hanya masalah rezeky dan masalah waktu yang bisa jadi jalannya adalah masalah selera juri hehehe. Betul kan?


Masalah selera ini memang sulit diganggu gugat, karena hal ini masalah rasa yang setiap orang berbeda-beda ambang penerimaannya. Misalnya waktu ada pengumuman lomba pemenang puisi kocak, yang menurut jurinya diantara semua peserta yang menyertakan puisi kocaknya nyasulit sekali menemukan puisi yang bisa membuat mereka sekedar mesem apalagi sampai tertawa berguling-guling (hehe ini kutipan dari kata-katanya mbak Fanny lho), padahal dalam penilaianku, saat aku berjalan-jalan membaca puisi-puisi kocak peserta lomba itu banyak yang bikin aku ketawa-ketawa sendiri kecuali puisi kocakku (lho...?) karena aku memang menyadari dalam kehidupan sehari-hari aja susah bikin orang ketawa dari lawakankku kecuali anak-anakku (itu juga sesudah diancam dibujuk harus ketawa,  kalo tetep cembeluut,  nggak akan dikasi donat kesukaan mereka hihihi). Jadi, ternyata apa yang bisa bikin aku kayak orang GeJe karena ketawa-ketawa sendiri (berdua deng sama monitor), ternyata belum tentu bisa membuat para juri itu terangkat bibirnya walaupun cuma yang sebelah kanaaan aja, apalagi sampai terpingkal-pingkal.


 Mungkiiin, keberuntunganku kali inipun karena kebetulan aja tulisanku agak-agak sesuai seleranya juri, padahal bisa jadi diantara peserta lain yang baca kisahku itu berfikiran :"Masa' sih yang kayak begini bisa dapet peringkat tiga?" atau "Yaah cuma segini aja, kira'in bagus" hehehehehe.... bukannya su'udzan ya (berprasangka jelek kepada orang lain) ini hanya ber mungkin-mungkin aja karena memang aku mengalaminya juga.


Yang bisa aku ambil hikmahnya adalah ketika kita memiliki satu keterampilan berkarya dan sekaligus cita-cita besarnya akan hal tersebut, maka harus diiringi keprofesionalan dan keikhlasan (tanpa pamrih) sehingga bagaimanapun penghargaan orang atas karya kita, maka tetaplah kita sebagai pemenangnya karena kita sudah berintegritas atas usaha kita sendiri.


So...keep try and be professional...
Semoga apa yang kita usahakan disukai Allah, disukai juga hamba-hambaNYA, aamiin...

PS : Untuk mbak Anazkia dan Denaihati terimakasih banyak atas apresiasi dan hadiahnya, sangat berarti dalam hatiku (^;^)

Friday, June 11, 2010

Cemburu

"Apa !!, cemburu ?, Sudah bukan itu perso'alannya, aku hanya merasa terhina, dia memintaku sembunyi di balik dinding tebal, menebalkan gincu bibirku hanya untuknya,  dia sendiri bebas melempar pandangan dan khayal liarnya pada wanita jalang".


*Sebuah ungkapan pedas seseorang atas "kecurangan" kekasihnya*

Sering kita melihat, sebuah fenomena yang dinamakan orang dengan istilah 'Cemburu' dimana bisa saja awal kejadiannya berbeda-beda pada setiap pasangan.

Mungkin saja hal itu dipicu manakala sepasang suami istri sedang berjalan-jalan di sebuah mall tiba-tiba berpapasan dengan mereka seorang wanita cantik berpakaian seksi atau bisa jadi wanita itu berpakaian tertutup namun tetap terlihat sangat cantik, lalu tanpa disadari sang suami melirik wanita itu, agak lama dan sang istri mengetahuinya.

Atau bisa jadi tanpa disengaja seorang wanita mengetahui kekasihnya diam-diam melihat-lihat dengan seksama foto album seorang wanita cantik teman facebooknya. Atau tiba-tiba ia melihat jejak pacarnya telah melakukan chatting di internet dengan seorang rupawan selain dirinya.


Banyak kejadian seperti itu yang dapat menjadi awal mula sebuah perselisihan terjadi yang dapat berakibat rusaknya sebuah hubungan.
Lalu jika salah satu fihak yang merasa di"selingkuhi" walaupun masih pada tahap "main mata" itu bereaksi apakah hal itu salah?
Tentu saja hal itu akan sangat tergantung bagaimana reaksi itu diberikan dan reaksi akan bergantung pula pada apakah dia mengetahui sebab-sebab mengapa"main mata" itu terjadi.


Sering fihak yang merasa dicemburui oleh pasangannya (katanya, kebanyakan kaum pria) merasa tidak nyaman dengan kesensitifan pasangannya saat kekasihnya itu mengetahui "kenakalannya" . Mereka akan dengan mudah menyatakan bahwa pasangannya itu 'Cemburuan' atau 'Curigaan'.
Padahal jika ditelusuri apa yang terjadi pada perasaan fihak yang merasa "dikhianati" (biasanya kebanyakan kaum wanita) akan terungkap bahwa mereka bukan cemburu atau curiga secara membabi buta dan otomatis menuduh kekasihnya telah berkhianat besar kepadanya.
Seperti yang terungkap dalam kata-kata di ungkapan di atas, reaksi yang diberikan oleh fihak yang merasa "dicurangi" (katanya kebanyakan kaum wanita) adalah bahwa sesungguhnya "cemburu" yang dialamatkan kepada mereka adalah sebuah tuduhan yang tidak adil, mereka hanya merasa tidak dihargai, tidak dihormati keberadaannya sebagai seseorang yang telah menjadi teman hidup bukan sekedar teman ngobrol atau teman remeh temeh lainnya bagi kekasihnya.





Sebuah fenomena yang sesungguhnya semuanya berhilir pada merajalelanya hawa nafsu. Dimana mata penglihatan manusia memang menyukai hal-hal indah untuk dilihat. Dan lebih jauhnya hal-hal indah untuk dirasakan. Selama berada pada track yang  benar maka hal itu tidak menjadi masalah. Oleh sebab itu dalam agama Islam (karena itu yang saya ketahui walaupun sedikit) ada tuntunan tentang menjaga pandangan dan menjaga hati. Tertera dalam kitabNYA bahwa:


Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat ".
QS. an-Nur (24) : 30

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
QS. an-Nur (24) : 31


Wallahu a'lam.
Hanya menyimak fenomena, selanjutnya..terserah anda (^;^)

Keep spirit !

Thursday, June 10, 2010

Terimakasihku........

Bismillahirrahmaanirrahiim



Aku mulai tulisan ini dengan mengucap rasa syukurku kepada Rabb yang telah memberiku mau untuk menulis sesuatu yang kuharap akan menggugah lebih dalam lagi rasa syukurku. Menulis adalah salah satu kecintaan duniawiku, padanya aku menikmati memetik kata-kata merah ranum untuk kususun  menjadi secawan kalimat indah.
Jika kecintaanku itu telah melukiskan banyak gambaran kehidupan di sekelilingku, maka alangkah pantasnya jika kugoreskan pula hal yang sama tentang orang yang kusayangi.


Bertahun-tahun yang lalu, adalah harapan besarku untuk dapat memiliki rumah tangga dan keluarga yang baik. Baik dalam pandangan manusia, terlebih lagi baik dihadapan Tuhanku.
Selalu kumintakan disetiap do'a-do'aku, kiranya Allah memberiku pasangan hidup yang baik bagiku
Mencintaiku sebagai diriku apa adanya yang terlalu banyak kekurangan dan keterbatasannya.
Dan akupun meminta kepadaNYA agar aku dapat mencintainya sebagai dirinya apa adanya yang tentulah bukan manusia maksum yang sempurna tanpa cacat dan cela.
Aku memohon kepada Rabb-ku, cintaku bersih kepadanya karena Allah semata.


Ketika saat itu tiba....saat-saat dimana Allah mempertemukan kami dengan caraNYA yang tak terduga.
Tak seperti biasanya pertemuan insan lainnya.
Aku menerimanya dengan tanda tanya :"Adakah dia yang telah Allah pilihkan untukku, sebagai jawaban atas do'a-do'aku ?"
Seperti Allah telah menjawab pintaku dengan cara "misterius"NYA, maka akupun tahu, aku harus mencari jawabannya sesuai dengan jalan yang dikehendakiNYA.


Ku arungi kemudian hari-hariku didalam naungan orang yang kusebut suamiku.
Sebagai Al-faqir, berdua menjalani beratnya mengendalikan perahu kecil kami ditengah ombak kehidupan
Hingga Allah hadirkan bintang-bintang kecil yang mencahayai malam-malam kami
Sinarnya datang satu persatu menghibur dan  menghalau penat  jiwa kami


Sebelas tahun mendayungi perahu kecilku
Tak sekalipun aku melihatnya berhenti mengasihiku
Walau tak terucap dengan kata-kata  karena kesederhanaan cintanya
Namun denyutnya dapat kurasakan dalam nadi perasaanku


Suamiku dulu bukan siapa-siapaku dan mungkin tak pernah mengharapkanku
Namun sejak tanggung jawab ditegakkan, dia tulus menjagaku dan anak-anakku
Hari-harinya diberati beban besar untuk menanggung nafkah bagiku dan empat buah hatinya
Sebelum kehadiranku, rezeki yang didapatkannya dengan susah payah tentu dapat membahagiakan orangtua dan saudara-saudaranya
Namun kedatanganku sebagai istrinya tidak membuatnya merasa telah disempitkan rezekynya, walau dengan itu mungkin akan berkurang kemampuannya untuk membagi nafkahnya kepada orang tua yang dicintainya.
Sungguh semua itu adalah kehormatan bagiku dan tak berhenti syukurku menerima kebaikannya disaat banyak wanita dinista pasangan hidupnya.


Diamanahi empat anak bukanlah hal yang mudah bagi manusia lemah sepertiku
Namun suamiku selalu menemani bahkan disaat-saat tersulitku
Seluruh anak-anakku disambut kehadirannya di dunia ini dengan adzan dan iqamah yang dibisikkan suamiku di telinga mereka.
Agar nama Rabb lah yang pertama kali dikenal di pendengarannya.
Membersihkan kotoran dan mengganti popok mereka bukan hal yang tabu untuknya
Menolongku mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumahpun  tak menjadi keberatannya
Memijit kakiku yang lelah seharian mengurus anak-anak tak membuatnya mengeluh
Dan setiap letihnya bekerja adalah murah harganya,ia tak meminta lebih selain dari secangkir teh hangat dan senyum anak-anakku.
Sungguh suatu kesyukuran besarku menerima karunia manis yang membahagiakan ini, disaat banyak keluarga ditinggalkan nakhodanya.


Sebelas tahun adalah waktu yang tak sedikit untuk hidup bersamaku dengan segala kefaqiranku
Namun ia masih bertahan disisiku
Ia bagai pakaian bagiku, menutupi segala aib dan hinaku
Ia bagai malaikat bagiku, selalu ingin membantu kesulitanku
Ia  teman hidupku yang pernah kuminta dahulu dalam setiap do'aku


Seandainya bisa, ingin ku menjadi seperti Ainun bagi Habibie
Seandainya bisa, ingin ku menjadi wanita sederhana yang penuh cinta bagi suaminya
Namun aku hanya manusia biasa yang selalu luput dan khilaf


Karenanya......
Terimakasih Aby...untuk tetap menjadi suamiku...
Maafkan , belum dapat menjadi istri seperti yang kau harapkan
Semoga Allah berkenan  menaburkan Fadhal dan RahmatNYA untuk kita
Aamiin.....

Wednesday, June 9, 2010

Untuk Zahra-ku...

Ummyyyyyyyyyyyyyy......Teteh maluuu

Itu teriakan pertama Zahra waktu akhirnya aku perlihatkan postinganku berjudul  SMS Si Dia  tentang isi smsnya kepada Abynya tempo hari ( aku ndak kuat harus menunggu dia sweet seventeen untuk menunjukkan postinganku itu, itu karena aku ingin menghiburnya waktu dia keliatan kesepian karena adik tercintanya sedang tidur ayam   dan ibunya entah kemana....lho ibunya kan aku ya...ckckckck ).

Selama aku mengetik di depan my kompy pundaknya terus mendorong-dorong pundakku, antara malu, kesal dan seneng sih kayaknya (so'alnya namanya jadi terkenal akrab di antara temen-temen artis  blog ibunya).
Walaupun begitu, walaupun ia berteriak lantang seperti orang mengajak perang, aku tetep aja tenang mengetik selembut salju  (wah pas lihat di monitor koq gak ada bekas ketikanku, ooh ternyata tidak boleh selembut salju, jadi aku ubah ketikanku selembut es cendol aja naah baru muncul lagi huruf-hurufnya deh.......hahaha).

Mengapa aku tak ingin tergoyahkan dengan gangguan anakku itu?
Karena aku sedang mempersiapkan hadiah untuknya. Hadiah ulang tahunnya yang ke 10 tahun pada tanggal 6 Juni 2010 kemarin. Aku ingin membuatkan sebuah puisi untuknya, puisi yang berkesan untuk anakku Zahra.


Untuk Zahra-ku


Zahra anakku sayang...
Umy-mu ini tak mengerti mengapa sebagian orang mengingatkanku pada menderitanya saat mual datang ketika  ku mengandungmu
Padahal bagiku, hal itu itu tak berarti sama sekali (sekarang !!  waktu itu sih beeuuuh...)
Walau mual datang menjelang
Dan aby-mu repot membelikan Tolak Angin di warung malam-malam
Tapi aku masih bisa bersyukur dan tenang
Karena bayi yang dinantikan sebentar lagi akan datang


Zahra anakku sayang...
Umy-mu ini juga tak mengerti, mengapa sebagian orang mengingatkanku pada hebatnya saat melahirkanmu
Padahal bagiku, hal itu tak berarti sama sekali (sekarang !! waktu itu sih beeeuuuh...)
Walau sakit tak tertahankan
Dan aby-mu meringis kesakitan  karena tangannya habis-habisan umy cengkram 
Tapi kami akhirnya dapat tersenyum bahagia
Menyaksikan bayi cantik telah lahir ke dunia


Zahra anakku sayang...
Sepuluh tahun hidup bersamamu adalah anugrah tak tergantikan
Menambah setiap detiknya dengan kebahagiaan
Banyak romantika terjadi di antara kita yang semua itu akan menjadi kenangan indah kita
Saat kita berdua dulu karena aby-mu bekerja di luar kota dan pulang seminggu dua kali membuat kita bak sepasang kembar beda usia.
Yang satu bayi cantik imut-imut, satunya lagi ibu cantik amit-amit (kalo lagi bete)
Semua kita hadapi bersama...
Pergi ke warung kau kubawa serta
Jalan-jalan di taman kau kubawa serta
Bersilaturahmi dengan tetangga kau kubawa serta
Bahkan saat orang minta sumbangan datang, kau kubawa serta ngumpet menemuinya dengan senyum manis. 
Hanya... senyum manis!!...membuatnya pulang kembali antara senyum dan tanda tanya mengapa dua orang itu senyum-senyum ga' jelas.


Semua perkembangan dalam hidupmu tercatat dalam ingatan apalagi hatiku
Saat mulai bisa tertawa padaku
Saat mulai bisa menggerakkan tubuhmu menangkup pembaringanmu
Saat mulai tumbuh gigimu
Saat mulai bisa melangkahkan kedua kakimu
Tak terhitung ni'mat Allah yang diberikan padaku dengan kehadiranmu


Kini kau telah semakin besar
Sudah mulai minta diantar creambath
Sudah mulai pintar menulis surat sayang untuk ummy-mu
Sudah mulai senang berkaca di depan cermin
Sudah mulai pandai kirim sms panjang untuk abymu
Sudah mulai amanah mengikuti permintaan orangtuamu
Sudah bisa menjaga adik-adikmu
Sudah senang membuatkan nasi goreng untuk keluargamu
Sudah banyak yang bisa kau buat atas izin Tuhanmu


Semoga Allah memberikan kehidupan yang terindah untukmu anakku...
Semoga DIA selalu membahagiakanmu....
Aamiin


Umy dan Aby mencintaimu......selalu..
Sertakan kami selalu dalam setiap do'amu ya nak....

Postingan ini belum terbaca oleh Zahra. akan kutunjukkan padanya jika telah ada sahabat-sahabatku memberi kado komentar termanis untuknya (tapi tanpa hadial novel buat yang komen termanis) yang akan menjadi kebahagiaannya pula.

Terimakasih sudah mau membaca tulisanku ini yaaa........(^;^)

Friday, June 4, 2010

Kesederhanaan Cinta dalam "Rain Affair"


Berbekal sinopsis-nya yang ditulis oleh penulis novelnya sendiri ditambah beberapa data yang kudapat dari pre-review yang ditulis beberapa teman blogger, aku mencoba menterjemahkannya dalam bahasaku sendiri. Semoga mb. Clara tidak kecewa atas beberapa kekurangan penafsiranku yang memang belum membaca novelnya.  


"Kebahagiaan justru ada pada diri mereka sendiri"...


Sebuah kalimat yang membuat saya tertarik untuk memulai pre-review atas novel Rain Affair milik Clara Canceriana.






Sebuah kisah cinta garpu tala yang sangat biasa terjadi pada anak manusia,  namun Clara berhasil mengemasnya dengan jalinan kata yang magis, seolah-olah cinta yang sejatinya sederhana itu harus melalui kerumitan-kerumitan rasa yang dialami oleh Noah, Lea maupun Nathan.

Noah mencintai Lea, namun ia tak cukup kuat menjaga ikatannya sehingga antara sadar dan tidak, ia merasa harus melakukan pengingkaran-pengingkaran untuk dapat menjaga jaraknya dari perempuan yang masih memiliki  asa besar terhadap dirinya.

Namun Lea tetaplah seorang wanita, makhluk Tuhan yang tersemat didalam dirinya intuisi yang dalam atas perubahan-perubahan kekasihnya. Ia berusaha tak mencurigai lelaki yang dicintainya ini, namun ia tak mengerti mengapa terasa ada tabir antara Noah dan dirinya. Kemana lelaki yang selama ini memenuhi hatinya dengan romantisme ?.


Dalam keadaan gamang itulah Nathan melengkapi "kekosongan kotak kepastian" Lea. Nathan berusaha tulus menghapus setiap jengkal kesedihan Lea akibat mistery yang ditinggalkan Noah untuknya. Nathan berusaha tanpa pamrih  menemani perih bathin wanita itu. Antara tak rela melihat wanita itu tersakiti oleh kekasihnya dan harapan besarnya akan dapat memiliki Lea pada suatu hari.

Sebuah kerumitan dalam kesederhanaan cinta yang membuat mereka tertatih-tatih menjalaninya. sebelum mereka sadar, ternyata kebahagiaan justru ada pada diri mereka sendiri.

Some people say, "it`s like a guilty pleasure."
I know he is lying to me but i keep wanting him.
I thought, I`ve already felt in love with him.
But the worst part is, I`m lying too.


Sebuah novel yang mengangkat romantisme hujan sebagai latar episode-nya, nuansa yang selalu membangkitkan imajinasi pada pemerhatinya. Dilengkapi cover cantik bernuansa biru muda dan payung  terbalik berwarna merah jambu, seakan ingin menerjemahkan keseluruhan cerita yang ingin dikesankan oleh penulisnya tentang kesederhanaan cinta sesungguhnya.

Dan dalam hal ini Gagas Media patut diacungi jempol atas supportnya dalam menerbitkan gagasan Clara tentang cinta garpu tala Noah, Lea dan Nathan.
Semoga terinspirasi...

Salam

Thursday, June 3, 2010

Ada Cinta, Singgah di Hatiku



Mengapa siangku menaungiku teduh
Dan malamku berwarna indah
Burung- burung bersenandung merdu
Dan ilalang meliukkan tarian indah


Mengapa anginku lembut menyapaku
Dan pelangi melukiskan senyuman
Lekukan awan siluetkan anganku
Dan bintang kedipkan romantisme


Mengapa alam berbisik mesra
Dan serangga lantunkan musik indah
Di pesisir dedaunan melambai ramah
Dan ombak menggemakan orchestra


Semua nampak megah
Waktuku seakan berhenti melangkah
Saat padaku lembut matamu terarah
Ternyata...ada cinta, singgah di hatiku


(^,^)   Swit...swiiiiittt......